Bagaimana hubungan Sino (China – US Terkait One China Policy pada era Barrack Obama?

One China Policy telah berdampak terhadap China, Taiwan dan negara-negara yang melakukan hubungan diplomacy dengan China dan Taiwan. Namun bagaimana hubungan China dengan salah satu negara adikuasa, Amerika terutama pada masa pemerintahan Presiden Barrack Obama?

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yosias Marion Arthur Wabiser, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana menyebutkan bahwa selama masa kampanye pemilihan presiden, Obama menyatakan Amerika Serikat tidak memiliki kewajiban dalam membela Taiwan. Obama merasa bahwa Cina adalah partner perdagangan yang lebih penting. Obama juga mengatakan siap menjadi host talk antara militer Cina dan Taiwan. Hal ini cukup mengejutkan, mengingat selama ini Amerika Serikat tidak pernah concern untuk mendorong Taiwan bernegosiasi dengan Cina (http://nationalinterest.org/commentary/obama‐turns‐toward‐taiwan‐9048).

Pada awal pemerintahannya, Obama menekankan bahwa Amerika Serikat tidak mendukung kemerdekaan Taiwan dari Cina. Obama berhasil meredakan ketegangan antara Cina dan Taiwan. Namun, Obama terlihat cenderung mendukung Cina, terbukti dengan Obama menunjuk penasihat kebijakan yang pro Cina. Bahkan, salah satu penasihat keamanan nasional, Zbigniew Brzezinski menyatakan Taiwan adalah endangered species yang menjadi hambatan Amerika Serikat dalam menjalin hubungan dengan Cina.

Kebijakan Presiden Obama berubah pada periode kedua pemerintahannya. Obama kembali
menekankan pentingnya hubungan dengan Taiwan. Obama menandatangani kebijakan yang mendukung Taiwan ikut serta dalam International Civil Aviation Organization. Obama juga fokus pada diskusi yang serius pada hubungan bilateral mengenai US-Taiwan Free Trade Agreement. Hubungan ini berlanjut dengan dukungan AS terhadap keanggotaan Taiwan pada Trans-Pacific Partnership Agreement. Hubungan dengan Taiwan dalam bidang militer kembali berlanjut ketika Presiden Obama menandatangani penjualan misil ke Taiwan. Hal ini memicu protes keras Cina pada Amerika Serikat.

Perubahan kebijakan Obama ini disebabkan oleh fokus Amerika Serikat yang menekankan pada doktrin Asia Pasifik. Artinya, Obama fokus mengembangkan pengaruh AS di Asia Pasifik. Saat ini, kekuatan Cina di Asia sudah sangat besar. AS khawatir, jika hal ini dibiarkan, pengaruh Cina di Asia Pasifik bisa saja mengalahkan pengaruh AS.

Untuk melawan pengaruh Cina, AS perlu mencari aliansi, seperti Jepang, India, Korea Selatan, ASEAN, dan salah satunya termasuk Taiwan. Dengan adanya aliansi, AS berharap pengaruhnya di Asia Pasifik menjadi lebih besar daripada pengaruh Cina. Bahkan, AS secara spesifik pada pemerintahan Obama mengutamakan Trans-Pacific Partnership dengan mengajak Taiwan tetapi tidak mengajak Cina sebagai anggota.