Bagaimana hubungan politik antara Indonesia dengan Rusia pada masa Pra-Kemerdekaan?

Indonesia dengan Rusia

Bagaimana hubungan politik antara Indonesia dengan Rusia pada masa Pra-Kemerdekaan?

Rusia yang sebelumnya bernama Uni Soviet memiliki sejarah kerjasama dan hubungan yang cukup unik dengan Indonesia, bila dibandingkan dengan hubungan Indonesia dengan negara-negara lain. Kedekatakn ideologis antara Indonesia dengan Uni Soviet pada awal kemerdekaan Indonesia menjadi salah satu alasan dari kedekatan kedua negara. Bahkan setelah Uni Soviet runtuh dan berganti menjadi Federasi Rusia seperti sekarang, hubungan bilateral kedua negara masih cukup baik seperti pada masa awal kemerdekaan Indonesia namun hubungan kedua negara masih sempit.

Pada tahun 1846-1888, peneliti antoropologi asal Rusia Miklouho Mclay melakukan ekspedisi ke Filipina, Papua Nugini, dan Papua yang kelak menjadi wilayah Indonesia. Bahkan 1878, pemerintah Belanda berdasarkan rekomendasi dari Maclay mengehentikan jalur perdagangan manusia di Ternate dan Tidore. Ketika Indonesia masih di bawah jajahan Belanda, Kekaisaran Rusia sudah menempatkan seorang konsul pertama (dan terakhir) di Batavia (kini Jakarta) yaitu Modest M.Bakunin, ia memegang jabatan itu pada periode 1894- 1899.

Saat masa tugasnya di Batavia usai, ia Menerbitkan memoir setebal 456 halaman berjudul Negeri Belanda Tropika: Lima tahun di pulau Jawa ( 1902). Buku ini pun memuat kamus pertama bahsa Rusia-Melayu yang terdiri dari 500 kata dan ekspresi. Buku ini menjadi salah satu tonggak studi Indonesia di Rusia setelah berdirinya Federasi negara-negara Rusia dan sekitarnya sebagai Uni Soviet setelah 1917. Pada awal 1920-an, Alexander Huber lulusan Moskow College of Oriental Study memulai studi sistematis tentang Indonesia, Filipina, dan Vietnam. Berdasarkan penelitian tersebut, diluncurkanlah buku berjudul Indonesia, Sketsasial-Ekonomi (1932).

Huber dianggap sebagai orang pertama yang memakai nama Indonesia dalam tulisan akademis, yang saat itu masih dikenal dengan Hindia Belanda, Hindia Timur, atau Holland Tropikan (wilayah Belanda yang beriklim tropis). Baru pada abad ke-20 seorang sarjana Jerman, Ernst Heinrich Haeckel, menerbitkan hasil penelitiannya berjudul Aus Insulinde dimana tulisan tersebut dikecam oleh Belanda Karena dianggap pro-Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa hubungan kerjasama antara Indonesia dan Rusia telah berlangsung sejak lama, Bahkan sebelum Indonesia merdeka.

Uni Soviet menjadi negara pertama yang mendukung proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Hal ini di karenakan Uni Soviet mendukung kelas pekerja di negara jajahan, seperti politik Rusia yang menentang kolonialisme Karena itulah Rusia menjadi sekutu Indonesia. Kerjasama kedua negara terus berlanjut dalam berbagai bidang hingga sekarang dan seperti hubungan kerjasama pada umumnya yang mengalami pasang surut begitu juga hubungan kerjasama antara Indonesia dan Rusia yang mengalami dinamika sejak Pra-Kemerdekaan, Pasca Kemerdekaan, Masa Orde Baru, hingga saat ini.

Namun di balik dinamika hubungan kerjasama antara Indonesia dan Rusia. Tidak menyurutkan pihak Indonesia untuk tetap menjalin tali silahturahmi dan mengadakan kerjasama yang berkelanjutan untuk mencapai kepentingan masing-masing negara. Baik kerjasama di bidang politik, ekonomi, serta pertahanan dan keamanan. Yang kemudian hubungan kedua negara berlanjut pada tahun-tahun berikutnya, dan ditandai dengan perjanjian-perjanjian antara Indonesia dan Rusia. Dengan begitu sudah ada payung hukum yang menandai hubungan kedua negara. Rusia yang sebelumnya bernama Uni Soviet memiliki sejarah kerjasama dan hubungan yang cukup unik dengan Indonesia. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain, Ini dikarenakan Kedekatan ideologi antara Indonesia dan Uni Soviet.

Pada awal kemerdekaan merupakan salah satu alasan kedua negara menjalin kerjasama. Bahkan setelah Uni Soviet runtuh dan berganti nama menjadi Federasi Rusia hubungan kedua negara masih terjalin baik. Hubungan Indonesia dengan Uni Soviet mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Soekarno, namun hubungan kedua negara masih sempit dan belum diperluas ke bidang-bidang lain di luar militer.

Hubungan antara Indonesia dan Rusia juga berlangsung pada masa kerajaan Indonesia dan pada masa jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Menurut catatan yang dibuat oleh pedagang mengenai perjalanannya ke India, menyampaikan data pertama kepada orang Rusia mengenai adanya misterius bersama shabot yang terletak di asia tenggara, menurut pendapat para ilmuwan yang dimaksud negara shabot adalah Indonesia. Sebelum kemerdekaan hubungan antara Indonesia dan Rusia sudah dimulai. Ini dapat dilihat dari usaha kesultanan Aceh yang pada waktu itu meminta dukungan dari negara lainnya termasuk Rusia. Dan pada saat itu seorang utusan pemerintah Rusia yang yang berada di Singapura memberitahukan bahwa sultan Aceh meminta pertolongan kepada pemimpin Rusia saat itu agar daerahnya berada di bawah perlindugan Rusia, namun permintaan tersebut ditolak.

Hubungan Indonesia dan Rusia pra-Kemerdekaan

Hubungan diplomatik dan bilateral antara Indonesia dan Rusia berlangsung berliku, namun tetap baik. Indonesia menganggap Rusia sebagai kawan penting. Demikian juga sebaliknya. Fakta-fakta sejarah pun menunjukkan bahwa Rusia selama ini tidak pernah meninggalkan Indonesia.

Hubungan Indonesia dan Rusia sudah terjalin sejak awal 1900-an. Bahkan, sebetulnya lebih awal dari itu, karena Kaisar Nikolei II pernah mengunjungi Indonesia selama dua pekan pada tahun 1890. Selain itu, nama ”Indonesia” sudah dikenal di Uni Soviet lama sebelum Indonesia merdeka. Dalam buku karangan Aleksander Guber yang ditulis pada 1933, nama “Indonesia” sudah tercantum. Saat itu, Indonesia sebenarnya masih disebut Hindia Belanda, namun Uni Soviet memilih menyebut negara ini sesuai dengan sebutan yang digunakan oleh para pejuang Indonesia.

Namun, setelah kasus G 30 S dan isu komunisme, hubungan Indonesia dan Rusia sempat vakum, kurang harmonis selama 30 tahun. Kantor Kedubes RI yang terletak di Novokuznetskaya Ulitsa 12 tetap beroperasi dan selalu berganti duta besarnya, namun hubungan Indonesia - Rusia terasa hambar.

Dalam catatan sejarah, banyak contoh bagaimana Rusia sangat membantu Indonesia. Dalam buku ‘Sahabat Lama, Era Baru’ yang diterbitkan oleh KBRI Moskow dan ditulis Tomi Lebang, disebutkan bagaimana mesranya hubungan Indonesia dan Rusia di era Presiden Soekarno. Pembangunan Monumen Nasional (Monas) yang merupakan ide Presiden Soekarno misalnya, itu merupakan bantuan Rusia. Pembangunan Gelora Bung Karno juga atas bantuan Rusia (dulu Uni Soviet-Red). Patung Pak Tani dan RS Persahabatan juga merupakan bantuan Rusia.

Bagaikan pepatah ‘Cinta Lama Bersemi Kembali’, hubungan Rusia dan Indonesia kembali menunjukkan kemesraannya setelah Uni Soviet runtuh dan Indonesia mengalami reformasi pada akhir 1990-an. Para diplomat Indonesia dan Rusia kembali melakukan komunikasi intensif membangun persahabatan yang pernah terjalin dengan hangat dan berkualitas.

Rusia yang sebelumnya bernama Uni Soviet memiliki sejarah kerjasama dan hubungan yang cukup unik dengan Indonesia, bila dibandingkan dengan hubungan Indonesia dengan negara-negara lain. Kedekatan ideologis antara Indonesia dengan Uni Soviet pada awal kemerdekaan Indonesia menjadi salah satu alasan dari kedekatan kedua negara. Bahkan setelah Uni Soviet runtuh dan berganti menjadi Federasi Rusia seperti sekarang, hubungan bilateral kedua negara masih cukup baik seperti pada masa awal kemerdekaan Indonesia namun hubungan kedua negara masih sempit.

Pada tahun 1846-1888, peneliti antoropologi asal Rusia MiklouhuMclay melakukan ekspedisi ke Filipina, Papua Nugini, dan Papua yang kelak menjadi wilayah Indonesia. Bahkan 1878, pemerintah Belanda berdasarkan rekomendasi dari Maclay menghentikan jalur perdagangan manusia di Ternate dan Tidore.

Ketika Indonesia masih di bawah jajahan Belanda, kekaisaran Rusia sudah menempatkan seorang konsul pertama (dan terakhir) di Batavia (kini Jakarta) yaitu Modest M.Bakunin, ia memegang jabatan itu pada periode 1894- 1899. Saat masa tugasnya di Batavia usai, ia menerbitkan memoir setebal 456 halaman berjudul Negeri Belanda Tropika: Lima tahun di pulau Jawa ( 1902).

Buku ini pun memuat kamus pertama bahasa Rusia-Melayu yang terdiri dari 500 kata dan ekspresi. Buku ini menjadi salah satu tonggak studi Indonesia di Rusia setelah berdirinya Federasi negara-negara Rusia dan sekitarnya sebagai Uni Soviet setelah 1917.

Pada awal 1920-an, Alexander Huber lulusan Moskow College of Oriental Study memulai studi sistematis tentang Indonesia, Filipina, dan Vietnam. Berdasarkan penelitian tersebut, diluncurkanlah buku berjudul Indonesia, Sketsasial-Ekonomi (1932). Huber dianggap sebagai orang pertama yang memakai nama Indonesia dalam tulisan akademis, yang saat itu masih dikenal dengan Hindia Belanda, Hindia Timur, atau Holland Tropikan (wilayah Belanda yang beriklim tropis). Baru pada abad ke-20 seorang sarjana Jerman, Ernst Heinrich Haeckel, menerbitkan hasil penelitiannya berjudul Aus Insulinde dimana tulisan tersebut dikecam oleh Belanda Karena dianggap pro-Indonesia.

Hal ini membuktikan bahwa hubungan kerjasama antara Indonesia dan Rusia telah berlangsung sejak lama, bahkan sebelum Indonesia merdeka. Uni Soviet menjadi negara pertama yang mendukung proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Hal ini di karenakan Uni Soviet mendukung kelas pekerja di negara jajahan, seperti politik Rusia yang menentang kolonialisme. Karena itulah Rusia menjadi sekutu Indonesia. Kerjasama kedua negara terus berlanjut dalam berbagai bidang hingga sekarang dan seperti hubungan kerjasama pada umumnya yang mengalami pasang surut begitu juga hubungan kerjasama antara Indonesia dan Rusia yang mengalami dinamika sejak PraKemerdekaan, Pasca Kemerdekaan, Masa Orde Baru, hingga saat ini.

Namun di balik dinamika hubungan kerjasama antara Indonesia dan Rusia. Tidak menyurutkan pihak Indonesia untuk tetap menjalin tali silahturahmi dan mengadakan kerjasama yang berkelanjutan untuk mencapai kepentingan masing-masing negara. Baik kerjasama di bidang politik, ekonomi, serta pertahanan dan keamanan. Yang kemudian hubungan kedua negara berlanjut pada tahun-tahun berikutnya, dan ditandai dengan perjanjian-perjanjian antara Indonesia dan Rusia. Dengan begitu sudah ada payung hukum yang menandai hubungan kedua negara. Rusia yang sebelumnya bernama Uni Soviet memiliki sejarah kerjasama dan hubungan yang cukup unik dengan Indonesia, jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Ini dikarenakan kedekatan ideologi antara Indonesia dan Uni Soviet.

Pada awal kemerdekaan merupakan salah satu alasan kedua negara menjalin kerjasama. Bahkan setelah Uni Soviet runtuh dan berganti nama menjadi Federasi Rusia hubungan kedua negara masih terjalin baik. Hubungan Indonesia dengan Uni Soviet mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Soekarno, namun hubungan kedua negara masih sempit dan belum diperluas ke bidang-bidang lain di luar militer.

Hubungan antara Indonesia dan Rusia juga berlangsung pada masa kerajaan Indonesia dan pada masa jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Menurut catatan yang dibuat oleh pedagang Afanasy Nikitin dari kota Tver mengenai “perjalanannya melampaui tiga laut” –perjalanan ke India (pada tahun 1466-1472)- menyampaikan data pertama kepada orang Rusia mengenai adanya suatu negara misterius bernama Shabot yang terletak di Asia Tenggara. Menurut pendapat para ilmuwan apa yang dimaksudkan dengan nama tersebut adalah negara Indonesia dengan pusatnya di Pulau Sumatera. Dalam naskah A. Nikitin tercantum data menarik mengenai letaknya negara dongeng yang jauh itu, mengenai kekayaan alamnya, adat-istiadat dan tradisi rakyatnya. Menurut catatannya negara Shabot yang terletak diantara India dan Cina, telah menjalin hubungan dagang dengan tetangganya dari utara. Indonesia selalu menarik perhatian orang Rusia. Nusantara tropis ini berkali-kali dikunjungi oleh pengembara dan peneliti dari Rusia.

Sebelum kemerdekaan hubungan antara Indonesia dan Rusia sudah dimulai. Ini dapat dilihat dari usaha kesultanan Aceh yang pada waktu itu meminta dukungan dari negara lainnya termasuk Rusia. Dan pada saat itu seorang utusan pemerintah Rusia yang yang berada di Singapura memberitahukan bahwa sultan Aceh meminta pertolongan kepada pemimpin Rusia saat itu agar daerahnya berada di bawah perlindugan Rusia, namun permintaan tersebut ditolak.

Sumber:

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/14519/BAB%20II.pdf?sequence=3&isAllowed=y