Bagaimana hubungan Kelelahan kerja dengan Cuaca atau Iklim kerja?

Penyebab utama kelelahan kerja adalah faktor pekerjaan. Pada pekerjaan yang terlalu berat dan berlebihan akan mempercepat kontraksi otot tubuh. Oleh karena itu aliran darah akan menurun, maka asam laktat akan terakumulasi dan mengakibatkan kelelahan (Suma’mur, 2009).

Bagaimana hubungan Kelelahan kerja dengan Cuaca atau Iklim kerja?

Hubungan Antara Iklim Kerja Panas dan Kelelahan Kerja


Pada saat otot berkontraksi, glikogen diubah menjadi asam laktat dan asam ini merupakan produk yang dapat menghambat kontinuitas kerja otot sehingga terjadi kelelahan (Setyawati, 2010).
Akibat suhu lingkungan yang tinggi, suhu tubuh akan naik. Hal itu akan menyebabkan hipotalamus merangsang kelenjar keringat sehingga tubuh akan mengeluarkan keringat. Dalam keringat terkandung bermacam-macam garam natrium klorida, keluarnya garam natrium klorida bersama keringat akan mengurangi kadarnya dalam tubuh, sehingga mengahambat transportasi glukosa sebagai sumber energi. Hal itu akan menyebabkan penurunan kontraksi otot (Guyton, 2008).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja antara lain :

  • Faktor Internal

    1. Usia
      Usia seseorang akan mempengaruhi kondisi, kemampuan, dan kapasitas tubuh dalam melakukan aktivitasnya. Produktivitas kerja akan menurun seiring dengan bertambahnya usia. Berbagai perubahan fisiologis disebabkan oleh penuaan, tetapi semakin jelas bahwa banyak penurunan fungsi itu berhubungan juga dengan penyakit, gaya hidup misal : kurangnya gerak badan atau keduanya.

    2. Jenis Kelamin
      Secara umum mempunyai kekuatan fisik 2/3 dari kemampuan fisik atau kekuatan otot laki-laki. Laki-laki lebih tahan terhadap kelelahan dibanding dengan pekerja wanita.Tetapi dalam beberapa hal pekerja wanita lebih teliti dan fleksibel dalam melakukan pekerjannya.

    3. Masa Kerja
      Kelelahan kerja tentu berkaitan dengan tekanan yang terjadi pada saat bekerja yang dapat berasal dari tugas kerja, kondisi fisik, kondisi kimia dan sosial ditempat kerja. Tekanan yang konstan terjadi dengan bertambahnya masa kerja seiring dengan proses adaptasi. Proses adaptasi memberikan efek positif yaitu dapat menurunkan ketegangan dan peningkatan aktivitas atau performasi kerja, sedangkan efek negatifnya batas ketahanan tubuh yang berlebihan dalam proses kerja.

    4. Status gizi
      Setiap orang membutuhkan makanan sebagai sumber energi atau tenaga. Semakin besar tenaga yang diperoleh dari makanan maka akan semakin besar pula produktivitas kerja yang dilakukan oleh seorang pekerja.

    5. Kondisi fisik/ kondisi kesehatan
      Faktor tenaga kerja seperti kondisi kesehatan mempengaruhi tingkat kelelahan yang terjadi pada pekerja. Tingkat kesehatan terbagi menjadi 2, yaitu tingkat kesehatan fisik dan tingkat kesehatan psikologis atau mental.Kesehatan mental ataupun psikologis juga mempengaruhi kelelahan kerja. Manusia memiliki pikiran-pikiran dan pertimbangan-pertimbangan. Salah satu pikiran yang selalu mengganggu adalah kekhawatiran, dimana kekhawatiran ini meningkat dan menjadi ketegangan pikiran yang mengakibatkan pekerja yang bersangkutan menjadi sakit.Tekanan hidup juga tercermin dalam pekerjaannya misal perlambatan kerja ataupun kerusakan alat. Menurut para pakar, setiap terjadinya kenaikan suhu 1 derajat celcius diperlukan peningkatan energi basal sekitar 13%, oleh karena itu kelelahan akan semakin cepat dirasakan (Putra, 2011).

  • Faktor Eksternal

    Work Related

    1. Beban kerja fisik (Workload)
      Pekerjaan sewaktu-waktu yang penting adalah pekerjaan fisik yang berat, misalnya mengangkat dan membaw beban sebesar 50 kg sejauh 10 meter.Pada pekerjaan demikian otot-otot, susunan kardiovaskuler, patu- paru dan lain-lainnya harus bekerja sangat berat.Untuk itu pekerjaan yang demikian hanya boleh terjadi dalam waktu yang pendek dan diselingi dengan istirahat pendek.

      Menurut Kroemer dalam Pangesti (2008) beban kerja dapat dibedakan secara kuantitatif dan kualitatif. Beban kerja kuantitatif adalah seseorang bekerja dalam jumlah banyak sesuai dengan waktu yang telah diberikan. Dan beban kualitatif seseorang bekerja dengan tugas-tugas yang repetitive (berulang-ulang), berbagai jenis dan memliki tantangan. Berbagai pendekatan terhadap pengerahan tenaga atau beban kerja pada tenaga kerja secara fisiologis dalam pekerjaanny antara lain pengukuran nadi kerja (heart rate), O2 consumption, blood flow, respiratory frecuency.

      Nadi kerja (heart rate) seorang tenaga kerja ditentukan oleh besarnya beban langsung pekerjaan, beban tambahan, dan kapasitas kerja.Pengaruh- pengaruh yang bersifat fisik dan psikologis tercermin di dalam nadi kerja. Dengan nadi kerja dapat ditentukan klasifikasi bebaqn pekerjaan dimulai dari pekerjaan ringan hingga berat, berikut klasifikasinya.
      Klasifikasi beban pekerjaan dimulai dari pekerjaan ringat hinggar berat menurut Christensen yaitu :
      image
      Beban kerja seseorang harus disesuaikan dengan kemampuannya untuk menghindari kecelakaan kerja. Apabila pembebanan tidak seimbang akan terjadi keadaan yang disebut ketidakseimbangan ergomonik ( Ergonomic Inbalance ). Jikalau beban terlalu berat maka akan terjadi beban yang berlebihan, frustasi, dan pada akhirnya menganngu kesehatan pekerja. Namun sebaliknya jika beban kerja terlalu ringan maka akan merugikan perusahaan.

    2. Waktu pemulihan (Istirahat)
      Istirahat dinilai secara fisiologis sangat diperlukan untuk mempertahankan kapasitas kerja. Waktu istirahat dan pemulihan dibutuhkan untuk mengurangi peningkatan resiko cidera ataupun kelelahan yang terkait dengan durasi kerja.Namun banyak ahli berpendapat bahwa semakin sering waktu istirahat meskipun sebentar adalah lebih baik dibandingkan dengan waktu istirahatyang panjang namun hanya sekali dan jarang. Waktu istirahat dapat mengurangi kebosanan, mengantuk, dan meningkatkan output produksi (Suma’mur, 2009).

    3. Variasi kerja (Pekerjaan monoton)
      Tidak adanya variasi dalam pekerjaan akan menimbulkan kejenuhan kerja. Kejenuhan ini dapat terjadi karena pekerja melakukan pekerjaan yang sama setiap hari. Pekerjaan yang monoton seperti ini cukup berpotensi untuk menyebabkan terjadinya kelelahan kerja.Kebosanan adalah kelelahan yang bersifat mental yang merupakan komponen penting dalam psikologis lingkungan kerja yang dikarenakan menghadapi pekerjaan yang berulang- ulang ( repetitive ) (Duhita, 2008).

    4. Shift Kerja
      Lamanya seseorang bekerja sehari-hari secara baik pada umumnya 6-8 jam dan sisanya (16-18 jam) dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan masyarakat, istirahat, tidur dan lainnya. Jam kerja seseorang yang baik dalam seminggu adalah 40 jam. Memperpanjang waktu kerja lebih darI kemampuan tersebut, biasanya tidak disertai efisiensi yang tinggi bahkan bisa terlihat adanya penurunan produktivitas serta kecenderungan untuk timbulnya kelelahan, penyakit dan kecelakaan.

      Shift kerja erat kaitannya dengan Circadian Rhytm terutama untuk shift kerja malam. Circadian Rhytm atau irama circadian merupakan irama didalam tubuh yang siklusnya 24 jam. Irama circadian atau Circadian Rhytm berasal dari bahasa latin yang secara etiologis berarti circa artinya tentang dan dies artinya sehari. Manusia tidak ideal untuk bekerja pada malam hari karena mempengaruhi perubahan Circadian Rhytm dimana mempengaruhi fungsi fisiologis yang berhubungan dengan kapasitas performance kerja. Fungsi fisiologis tubuh berubah dalam 24 jam, dalam waktu yang bersamaan fungsi tubuh tersebut tidak dapat bekerja secara maksimal ataupun minimal. Pada umumnya fungsi tubuh meningkat pada siang hari dan melemah pada sore hari dan menurun pada malam hari untuk melakukan pemulihan dan pembaruan (Duhita, 2008). Selain itu, terdapat kecenderungan melalui timbulnya rasa kantuk pada waktu-waktu tertentu, tidak peduli sudah tidur atau belum.Perasaan paling mengantuk pada saat jam-jam diawal pagi hari (02.00 – 07.00) dan lebih kurang saat siang hari (14.00 – 17.00).Pada saat ini microsleeps dapat berakibat pada keacuhan, mudah lupa, dan penyakit hilang ingatan yang lainnya.

    5. Lingkungan

      Lingkungan sekitar pekerjaan juga mempengaruhi beban pekrjaan pada pekerja, antara lain :

      • Lingkungan kerja fisik seperti intensitas penerangan, kebisingan, vibrasi, tekanan udara, mikrolimat (suhu udara ambien, kelembaban udara, kecepatan rambat udara, suhu radiasi, dan lain-lain).

      • Lingkungan kerja kimiawi seperti debu, gas-gas pencemar udara, uap logam, fume dalam udara.

      • Lingkungan kerja biologis seperti bakteri, virus, parasit, jamur, serangga dan lain-lain

      • Lingkungan kerja psikologis seperti pemilihan dan penempatan tenaga kerja, hubungan antar pekerja, hubungan pekerja dengan atasan, hubungan pekerja dengan keluarga dan pekerja dengan lingkungan sosial sekitar serta hal-hal lain yang dapat berdampak pada performa kerja.

    6. Desain Stasiun Kerja ( Work Station Design )
      Pekerjaan yang lama dan berulang-ulang pada operator alat besar umumnya dapat menyebabkan kelelahan. Kerja dengan sikap duduk terlalu lama dapat menyebabkan otot perut melembek dan tulang belakang akan melengkung sehingga cepat lelah (Tarwaka, 2010).Konsep tersebut adalah desain untuk reliabilitas, kenyamanan, lamanya waktu pemakaian, kemudahan dalam pemakaian, dan efisiensi dalam pemakaian sehingga resiko terjadinya kelelahan dapat diminimalisir.

      Desain stasiun kerja dengan posisi duduk mempunyai derajat stabilitas tubuh yang tinggi, mengurangi kelelahan, dan keluhan subjektif bila bekerja lebih dari 2 jam. Tetapi jika pekerjaan duduk statis tersebut dilakukan dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan kelelahan yang cukup tinggi (Tarwaka, 2010).

    Non-work Related (Psikososial)

    Bahaya psikososial merupakan interaksi antara karakteristik pekerjaan, manajemen dan organisasi tempat kerja, lingkungan kerja, kompetensi antara pekerja, motivasi dan lainnya.Interaksi atas hal-hal tersebut telah membuktikan bahwa terdapat potensi bahaya yang dapat menimbulkan dampak bagi kesehatan pekerja melalui persepsi dan pengalaman, salah saunya dampak terhadap kelelahan pekerja (Suma’mur, 2009).

1 Like

Pengaruh Iklim Kerja Panas Terhadap Kelelahan Kerja


Iklim kerja panas dapat menyebabkan beban tambahan pada sirkulasi ruangan yang tidak cukup bagi pekerja akan sangat menimbulkan kelelahan. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik yang berat dilingkungan panas, maka tubuh akan mendapatkan beban tambahan, karena harus membawa oksigen ke bagian otot yang sedang bekerja. Di samping itu berkurangnya cadangan energi dan meningkatkan sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya efesiensi otot yang disadari sebagai kelelahan. Sehingga berkurangnya frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat.

Akibat dari pekerjaan ini, maka frekuensi denyut nadi akan meningkat pula. Tenaga kerja yang terpapar iklim kerja panas di lingkungan kerja akan mengalami heat strain atau regangan panas merupakan efek yang diterima tubuh atas beban iklim kerja tersebut (Santoso,2004).

2 Likes