Bagaimana Hubungan Intelijen dan Diplomasi: Masa Yunani, Byzantium, dan Romawi Kuno?

diplomasi
Dalam sejarah Barat, intelijen dan diplomasi memiliki hubungan yang sangat erat. Sejak masa Yunani Kuno, Romawi Kuno, Byzantium, dan Eropa Barat, kedua disiplin studi ini tidak dapat dibedakan satu sama lain. Intelijen dan diplomasi juga memiliki hubungan yang sangat erat di Amerika Serikat sejak masa Revolusi hingga berakhirnya Perang Dingin.

Bagaimana Hubungan Intelijen dan Diplomasi: Masa Yunani, Byzantium, dan Romawi Kuno ?

Hubungan Intelijen dan Diplomasi: Masa Yunani, Byzantium, dan Romawi Kuno


Hubungan intelijen dan diplomasi dalam masa Yunani Kuno dapat dilihat dari peran “proxenia” dalam pengumpulan intelijen politik dan militer. Proxenia adalah pengaturan di mana warga negara-kota yang terpilih menjadi tuan rumah duta besar asing dengan imbalan gelar kehormatan dari kota yang memilihnya. Warga yang menjadi tuan rumah duta besar disebut proxenos dan mereka akan menggunakan pengaruh di kotanya untuk mempromosikan kebijakan persahabatan atau aliansi dengan negara-kota yang diwakilinya. Cimon, proxenos Sparta di Athena, mengadvokasi kebijakan kerjasama antara kedua negara-kota sebelum pecahnya Perang Peloponnesia yang pertama antara kedua negara-kota. Jika pecah antara kedua negara-kota, tidak tertutup kemungkinan proxenos ikut serta dalam perang. Kendati demikian, proxenos akan berusaha untuk mencegah perang dan menyelesaikan penyebab perang. Dengan status sebagai utusan, proxenia dengan cepat menjadi institusi utama intelijen. André Gerolymatos mencatat terdapat 50 kasus di mana proxenos menyelamatkan negara-kotanya dari bahaya, juga kasus di mana proxenos sendiri yang mengakibatkan bahaya.

Selain Yunani Kuno, hubungan intelijen dan diplomasi juga dapat dilihat dari “Scrinium Barbarorum” (Biro Orang-Orang Barbar) di Kekaisaran Byzantium, yang merupakan organisasi intelijen pertama di dunia. Biro ini mengumpulkan informasi tentang negara-negara saingan Byzantium dari berbagai sumber. Di permukaan, biro ini merupakan kantor protokol dengan tugas utama memastikan utusan asing terpelihara dan memperoleh anggaran negara, serta menjaga para penerjemah resmi. Kendati demikian, biro tersebut juga memiliki fungsi keamanan. Para pembantu utusan asing diawasi agar tidak memperoleh informasi dari warga Byzantium.

Sejarah intelijen dan diplomasi juga dapat dilihat dalam masa Romawi Kuno. Dalam masa tersebut, keahlian menarget musuh, mengumpulkan intelijen, dan mengirimkannya kepada pihak yang membutuhkan merupakan hal yang penting. Naskah-naskah penulis kuno seperti Aeneas Tacticus, Polybius, Polyaenus, Sextus Julius Africanus, dan Vegetius mengandung informasi tentang cara-cara sinyal kuno. Lebih dari 50 referensi dari zaman ini dikumpulkan oleh David Woolliscroft dalam buku Roman Military Signalling yang menunjukkan cara kerja sistem perbatasan Romawi Kuno. Sejak masa itu, sudah ada praktik-praktik kriptografi dan pemerintah merahasiakan dokumen. Menurut Rose Mary Sheldon, para diplomat, pedagang, kurir, hingga mata-mata menjadi mata dan telinga bagi Romawi di Timur. Hal ini menunjukkan hubungan intelijen dan diplomasi dalam masa tersebut.