Bagaimana Hubungan Diplomasi Ekonomi AS-Venezuela?

diplomasi
Sejarah hubungan diplomatik antara AS dan Venezuela dimulai saat AS membuka konsultannya di Marcaibo pada 1824 ketika Venezuela masih menjadi bagian dari Federasi Kolombia. Kemudian, setelah Venezuela berpisah dari Kolombia (Tahun 1830), AS mengakui kemerdekaan Venezuela dan menjalin hubungan diplomatik pada 30 Juni 1835 ketika Charge d‟affaires (Kuasa Usaha) AS, John GA Williamson menyerahkan mandatnya kepada Pemerintah Venezuela. Kerjasama antar dua negara ini dimulai dengan membuat perjanjian komersial pertama mereka pada 20 Januari 1836 dan diratifikasi pada 31 Mei 1836. Lalu, pada tahun 1839 AS menempatkan Kedutaan Besarnya di Caracas (Ibukota Venezuela) sebagai upaya meningkatkan hubungan dengan Venezuela. Bagaimana Hubungan Diplomasi Ekonomi AS-Venezuela?

Hubungan Diplomasi Ekonomi


Hubungan diplomasi ekonomi Venezuela dengan AS terjalin erat sebagai pemasok minyak. AS merupakan negara tujuan utama pengiriman minyak mentah Venezuela yang jumlahnya mencakup sekitar 41 persen dari total ekspor minyak Venezuela. Sedangkan Venezuela menjadi negara pemasok minyak terbesar keempat AS setelah Kanada, Arab Saudi, Meksiko. AS juga mengekspor minyak mentah ringan dan mengimpor produk input lainnya ke Venezuela yang diperlukan untuk membaurkan dan memurnikan minyak mentah berat Venezuela.

Besarnya jumlah impor minyak Venezuela ke AS juga didukung dengan keberadaan CITGO Petroleum Corporation sebagai anak perusahaan PDVSA. CITGO merupakan perusahaan pemurnian minyak yang berbasis Amerika Serikat yang memiliki 48 fasilitas terminal, tiga kilang minyak yang berada di Texas, Lousiana, Illinois dan beberapa saluran pipa serta pompa minyak dan gas nasional AS. Pada tahun 1986, PDVSA membeli saham CITGO sebanyak 50 persen dan kembali membeli 50 persen saham lainnya pada tahun 1990. Hal ini tentu menjadikan CITGO sepenuhnya menjadi milik PDVSA. Venezuela dalam hal ini mengekspor minyak mentah berat mereka ke CITGO yang kemudian diolah dan didistribusikan ke seluruh AS. Produk-produk CITGO telah mencakup sekitar 4 persen dari kapasitas produksi bahan bakar AS bahkan, bensin dan diesel yang mereka hasilkan sebagian besar dijual di lebih dari 5000 stasiun minyak di wilayah AS bagian timur. Oleh karena itu, CITGO berperan sangat banyak pada persentase impor minyak Venezuela di AS.

Selain menjadi mitra impor minyak, AS juga menjadi negara importir makanan terbesar bagi Venezuela. Pada tahun 2013, produk makanan impor AS mewakili sebanyak 28,07 persen dari total impor produk makanan Venezuela disusul oleh Brazil (10.41%), Kolombia (9.36%) dan Bolivia (9.15%). Sebagai negara yang bergantung pada produk impor untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya, jumlah impor tersebut sudah menunjukkan bahwa Venezuela telah ketergantungan impor makanan dari AS. Ketergantungan Venezuela terhadap impor barang pokok ini akibat fokus kegiatan industri negara mereka yang hanya terpaku pada sektor minyak dan manufaktur sehingga, negara tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pokok (produk makanan) rakyatnya sendiri.

Hubungan diplomatik (politik) antara Venezuela dan AS yang memburuk selama 14 tahun rezim Chavez ternyata tidak mempengaruhi kerjasama suplai minyak dan perdagangan antar kedua negara ini. Kerjasama Venezuela dan AS di sektor tersebut masih tetap berlanjut. Meskipun begitu, hubungan ekonomi antar kedua negara ini juga tetap mengalami pergolakan dalam hal bisnis. Kebijakan sosialis Chavez berupa penyitaan asset, kontrol harga, dan peraturan tenaga kerja yang kaku telah memaksa beberapa perusahaan AS dan multinasional lainnya untuk mengurangi atau menutup operasinya di Venezuela. Seperti yang terjadi pada perusahaan minyak milik AS, Conoco Philips dan Exxon Mobile yang memutuskan menolak perubahan kesepakatan yang dibuat Chavez mengenai PDVSA yang menjadi pemilik saham sebanyak 60 persen dari proyek di Orinoco. Penolakan ini membuat mereka keluar dari Venezuela dan PDVSA mengambil alih saham mereka sepenuhnya.

Sementara di rezim Maduro, hubungan ekonomi AS dan Venezuela juga tidak membaik. Keputusan yang dibuat oleh Venezuela kadang kali membuat AS khawatir dan merasa terancam. Seperti halnya pada tahun 2016, ketika ekonomi Venezuela yang saat itu dalam kondisi berbahaya setelah jatuhnya harga minyak global, membuat PDVSA berjuang untuk membayar utang mereka. Hingga PDVSA mendapatkan bantuan pinjaman dari perusahaan minyak negara Rusia, Rosneft sebanyak $ 1,5 miliar dan menggunakan 49,5 persen saham CITGO sebagai jaminan pinjaman tersebut. Tentu saja keputusan Venezuela ini menjadi ancaman bagi AS. Sebab, jika PDVSA gagal membayar utang dari Rosneft tersebut maka, Rosneft akan memiliki 49,5 persen saham CITGO dan akan dengan mudah memperoleh kendali infastruktur energi AS yang dapat menimbulkan risiko serius bagi keamanan energi AS kedepannya.

Pemberian sanksi ekonomi yang dilakukan oleh AS terhadap rezim Maduro juga telah memicu memanasnya hubungan AS dan Venezuela. Sebab, pemberian sanksi ekonomi yang dilakukan oleh AS terhadap Venezuela terutama dalam sistem transaksi dan keuangan telah menimbulkan kemarahan dari pemerintah Venezuela. Maduro menanggapi bahwa AS melalui sanksinya telah menimbulkan penderitaan bagi rakyat Venezuela, seperti dalam pernyataannya berikut ini:

All the sanctions that are sought against the Bolivarian Republic of Venezuela, because they harm it, they generate suffering for the people of Venezuela”. (semua sanksi yang diajukan kepada Republik Bolivarian Venezuela, karena mereka membahayakannya, mereka menimbulkan penderitaan bagi rakyat Venezuela).

Bila sebelumnya pada rezim Chavez sektor minyak tidak terlalu tersentuh oleh AS maka, di rezim Maduro sektor minyak menjadi targetnya. Sebab, pemberian sanksi menargetkan keuangan dan transaksi PDVSA dan telah memberikan tekanan kepada Pemerintah Venezuela yang saat itu mulai kekurangan uang tunai / devisa. Oleh sebab itu, wajar bila pada rezim Maduro tensi Venezuela terhadap AS meningkat.