Bagaimana hubungan China dan Amerika dalam hal Hak Asasi Manusia pasca perang dingin?

Perang dingin tidak hanya berdampak pada aspek ekonomi, namun juga pada aspek lainnya seperti hak asasi manusia. Bagaimana hubungan China dan Amerika dalam hal Hak Asasi Manusia pasca perang dingin?

Menurut Derek McDougall, isu-isu hak asasi manusia telah menjadi fokus penting pada pasca - perang dingin dalam hubungan Sino – US. Pendekatan terhadap masalah hak asasi manusia dalam hubungan Sino - US dibentuk oleh tradisi demokrasi liberal yang mendasarinya. Apapun realitas kebijakan luar negeri AS, ada harapan bahwa pemerintah AS akan menggunakan pengaruh mereka untuk mencapai tujuan moral.

Di sisi lain Cina biasanya melakukan resistensi terhadap upaya AS untuk mempengaruhi situasi hak asasi manusia di Cina. Cina melihat HAM sebagai masalah dalam negeri yang tidak harus tunduk pada pengaruh eksternal. Cina dipaksa untuk memberikan perhatian untuk isu-isu ini untuk menghindari penderitaan konsekuensi yang merugikan dalam hubungan strategis dan ekonomi dengan AS.

Penekanan AS pada hak-hak sipil dan politik juga fokus pada satu tingkat pada hak-hak individu, AS juga khawatir tentang represi politik di daerah seperti Tibet dan Xinjiang dan batas-batas ekspresi politik di Hong Kong sejak pengembalian wilayah ke Cina pada tahun 1997. Untuk bagiannya China berpendapat bahwa pendekatan AS terlalu dipengaruhi oleh individualisme Barat. Dari perspektif Cina ekspresi politik perlu dibatasi jika bisa membahayakan hak-hak sosial dan ekonomi dari sebagian besar.

Isu HAM kemudian menjadi penting antara hubungan Sino – US. HAM diharapkan dapat menguatkan hubungan ekonomi antara Sino – US yang dialiri oleh nilai – nilai kebebasan pasca perang dingin.