Bagaimana Hubungan Body Dysmorphic Disorder dengan Body Image?

image

Body image (citra tubuh) ialah persepsi seseorang terhadap bentuk atau berat
tubuhnya, dan perilaku sesorang yang selalu mengubah tubuhnya dan penampilan
fisiknya (Cash & Pruzinsky, 2002). Lalu, bagaimana hubungan body image dengan body dysmorphic disorder yang dapat sebagai rasa selalu kekurangan terhadap bentuk fisiknya yang terimajinasi pada penampilan atau perhatian yang sangat berlebihan terhadap kekurangan yang dimilikinya yang sebenarnya tidak begitu berarti (Nourmalita, 2016)?

Body image adalah gambaran seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya yaitu bagaimana seseorang mempersepsi dan memberikan penilaian atas apa yang dia pikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan atas bagaimana penilaian orang lain terhadap dirinya (Castle, Rossell, & Kyrios, 2006). Perilaku seseorang pada masa dewasa awal biasanya ditunjukkan dengan upaya memperbaiki penampilannya seperti, melakukan diet rutin, membuat model rambut yang ideal, dan cara-cara lainnya agar penampilannya lebih menarik di depan umum. Karena pada umumnya individu berupaya merawat tubuhnya dengan pakaian yang bagus, alat-alat kosmetik, membentuk model rambut dan sebagainya sehingga dapat membuat dirinya senang dan bangga terhadap penampilan fisik yang dimiliki (Bell & Rushforth, 2008)

Secara sederhana, seorang yang terkena gangguan Body Dysmorphic Disorder (BDD) selalu mencemaskan penampilan karena merasa memiliki kekurangan pada tubuhnya (body image yang negatif). Kecenderungan Body Dysmorphic Disorder (BDD) didefinisikan sebagai perasaan individu dimana mereka merasa tidak puas dengan penampilan fisik yang dimilikinya (Rahmania & Yuniar, 2012).

Diketahui bentuk perilaku yang mengindikasikan kecenderungan BDD adalah sebagai berikut:

  • Preokupasi (obsesi) pada penampilan fisiknya yang selalu dipikirkan.
  • Meyakini bahwa memiliki kecacatan / rasa kurang puas terhadap
    penampilan yang membuat seseorang merasa jelek / tidak menarik.
  • Sering memperhatikan cermin atau menghindari bercermin.
  • Menghindari situasi sosial.
  • Tidak puas melakukan perawatan kecantikan yang dilakukan terus menerus.
  • Menolak atau tidak puas ketika pengambilan gambar dirinya (Foto).
  • Menggunakan riasan atau pakaiaan berlebih, untuk menutupi kekurangan pada dirinya (Watkins, 2006).

Secara sadar atau tidak seorang individu akan menilai mengenai dirinya sendiri. Di dalam menilai dirinya sendiri dengan rasa bangga, puas dan bahagia, maka seorang individu tersebut akan sulit untuk memunculkan perilaku yang berulang-ulang untuk merubah bentuk tubuh atau menutupi kekurangan yang dimilikinya.

Kecenderungan BDD ini erat kaitannya dengan body image (citra tubuh) seseorang. Hal ini dijelaskan dalam penelitian lain yang menunjukkan adanya hubungan antara body image terhadap kecenderungan BDD. Seseorang akan melakukan berbagai cara untuk menjadikan tampilan fisiknya ideal dan terlihat menarik, sepeerti dengan mengenakan pakaian dapat menutupi kekurangan tubuh atau melakukan treatment pada tubuh, akan tetapi hal tersebut belum mampu memuaskan penampilan mereka.

Bentuk tubuh individu menjadi bagian yang diprioritaskan pertama kali dan selalu dilihat orang lain. Keinginan untuk memiliki bentuk tubuh yang ideal berkaitan erat dengan citra tubuh. Dengan kata lain seorang individu akan melakukan berbagai usaha untuk mendapatkan penampilan fisik yang ideal sehingga terlihat menarik dihadapan orang lain.

Gangguan BDD ditandai oleh perilaku obsesi terhadap satu atau lebih cacat dirasakan atau kekurangan dalam penampilan fisiknya yang tidak dapat diamati atau muncul hanya sedikit pada diri penderitanya, dan dengan perilaku berulang (seperti memeriksa cermin, perawatan yang berlebihan, memegang area yang cacat, atau menutupi kecacatannya saat bersama orang lain) atau tindakan mental (perilaku membandingkan penampilan seseorang dengan orang lain) dalam menanggapi keprihatinan penampilan (APA, 2000). Gangguan BDD dapat diartikan sebagai kebiasaan yang terobsesi pada kekurangan yang ada ditubuhnya, sehingga selalu terpikirkan akan penampilannya seperti ketika ada sedikit keanehan fisik, ataupun pada saat orang lain memperhatikan penampilannya secara berlebihan (Phillips, 2001). Kebiasaan terobsesi pada cacat fisik tersebut menyebabkan individu mengalami ketidak percayaan diri yang pada saat individu berada di kehidupan sosialnya, pekerjaan, atau pada kondisi tertentu.

Gejala BDD ini erat kaitannya dengan body image seseorang. Hal ini dijelaskan dalam penelitian lain yang diketahui hasilnya menunjukkan adanya pengaruh langsung dan signifikan antara citra tubuh dengan BDD. Dimana seseorang terutama wanita akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan penampilan atau tubuh yang ideal sehingga terlihat lebih menarik. Obsesi seseorang untuk mendapatkan bentuk tubuh dan tampilan fisik yang ideal dapat dijadikan salah satu indikasi bahwa remaja tersebut memiliki karakteristik dari gejala BDD (Nourmalita, 2016).

Bentuk tubuh individu menjadi bagian yang diprioritaskan pertama kali dan selalu dilihat orang lain. Keinginan untuk memiliki bentuk tubuh yang ideal berkaitan erat dengan body image. Dengan kata lain seorang individu akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan penampilan fisik yang ideal sehingga terlihat menarik dihadapan orang lain.

Secara sadar atau tidak seorang individu akan menilai mengenai dirinya sendiri. Di dalam menilai dirinya sendiri dengan rasa bangga, puas dan bahagia, maka seorang individu tersebut akan sulit untuk memunculkan perilaku yang berulang- ulang untuk merubah bentuk tubuh atau menutupi kekurangan yang dimilikinya. Secara sederhana, seorang yang terkena gangguan Body Dysmorphic Disorder (BDD) selalu mencemaskan penampilan karena merasa memiliki kekurangan pada tubuhnya (body image yang negatif). Body image adalah suatu persepsi dan penilaian seseorang mengenai penampilannya secara positif atau negatif. Body image juga mengandung arti sebagai persepsi dan penilaian tubuh, fungsi fisik, dan penampilan seseorang terhadap dirinya sendiri. Sebenarnya, apa yang dia pikirkan dan rasakan, belum tentu benar-benar merepresentasikan keadaan yang aktual, namun lebih merupakan hasil penilaian diri yang subyektif.