Bagaimana hubungan antara tawakal dalam iman?

Tawakal adalah menyerahkan dan menyandarkan diri kepada Allah setelah melakukan usaha atau ikhtiar serta mengharap pertolongan. Tawakal dalam Islam bukan suatu pelarian bagi orang-orang yang gagal usahannya, tetapi tawakal itu ialah tempat kembalinya segala usaha. Tawakal bukan menanti nasib sambil berpangku tangan, tetapi berusaha sekuat tenaga dan setelah itu baru berserah diri kepada Allah. Allah lah yang nanti akan menentukan hasilnya.

Tawakal merupakan bentuk inti dari keimanan seorang hamba. Iman yang kokoh kepada Allah Swt. tentunya lahir dari buah tawakal yang kuat. Dalam ayat al-Qur„an disebutkan pula bahwa Allah Swt. telah menjadikan tawakal sebagai salah satu syarat untuk terlaksananya keimanan

Tawakal mempunyai hubungan erat dengan iman bahkan sebagai syarat iman Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

“…Dan hanya kepada Allâh hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar- benar orang yang beriman.” (Q.S al-Maidah 5:23)

Dalam ayat ini Allah menjadikan tawakal kepada Allah sebagai syarat keimanan. Maka indikasi lenyapnya keimanan adalah hilangnya tawakal.

Allah berfirman :

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka Ayat-ayat-Nya, bertambahalah iman mereka (karenanya) dan kepada Rabblah mereka bertawakal ”. (Q.S. al-Anfal/8:2)

Tawakal merupakan satu dari sendi keimanan dan ketauhidan kepada Allah Swt, karena tawakal berlandaskan keyakinan bahwa Allah adalah Ilah yang menguasai segala sesuatu, mengatur segala perkara. Dialah yang menentukan keberuntungan atau kerugian seseorang, keberhasilan dan kegagalan seseorang. Manusia adalah makhluk yang harus menyadari bahwa mereka dalam genggaman Allah, mereka membutuhkan bimbingan dan pertolongan Allah Swt.

Manusia berusaha dan hanya Allah yang menentukan hasil akhirnya. Keimanan dan ketauhidan dilandasi keyakinan bahwa Allah adalah Pencipta yang berkuasa, sedang manusia adalah makhluk yang tak berdaya di hadapan-Nya. Tawakal adalah simbol keimanan bahwa Allah adalah Rabb yang Maha Berkuasa yang menyayangi hamba-Nya. Manusia adalah makhluk yang sangat membutuhkan Rabb dan kasih sayang-Nya, manusia berusaha karena diperintahkan oleh Allah sebagai Rabbnya dan mengembalikan seluruh hasil usaha hanya kepada Rabb. Mereka juga wajib berhusnuzhan kepadaNya bahwa Dia menentukan apa yang terbaik untuk makhluk-Nya.

Akidah Islam mengajari bahwa segala sesuatu Allah yang menentukan, apa yang Allah tentukan terjadi pasti terjadi dan apa yang Allah tentukan tidak terjadi pasti tidak akan terjadi. Tawakal kepada Allah adalah tanda keimanan kepada kekuasaan Allah, dan menyerahkan diri kepada ketentuan-Nya, serta husnuzhan terhadap Allah Swt.

Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman :

Berkata Musa,”Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allâh, maka bertawakal lah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri”. (Q.S. Yunus/10:84)

Dalam ayat ini Allah menegaskan benarnya Islam seorang hamba dengan sebab adanya tawakal. Maka semakin kuat tawakal seorang hamba, semakin kuat pula imannya. Demikian juga sebaliknya apabila lemah imannya, lemah pula tawakal nya. Apabila tawakal nya lemah, sudah pasti keimanannya lemah.

Selain itu, ayat di atas menjelaskan, jika kalian yakin dengan kekuasaan Allah dan janji-Nya yang akan memenangkan kalian, dan kalian benar-benar pasrah diri kepada-Nya maka bertawakal lah kepada Allah Swt. Tawakal adalah separuh dari din, karena din terdiri dari ibadah dan isti’anah (minta pertolongan), dan tawakal adalah bagian yang tak terpisahkan dari isti’anah. Sebagaimana tergambar dalam firman-Nya, “iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in”. Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.

Tawakal adalah sifat orang-orang yang beriman sejati, sebagaimana Allah mengatakan,

“…dan hanya kepada Rabb mereka, mereka bertawakal . Yaitu orang-orang yang menegakkan shalat, dan dari apa yang Kami rezekikan mereka berinfak, merekalah orang-orang yang beriman sejati, bagi mereka derajat-derajat di sisi Rabb mereka, ampunan dan rezeki yang mulia” (QS. al-Anfal: 2-3).

Tawakal merupakan sifat Nabi Ibrahim dan orang-orang pilihan. Allah mengatakan, “Sungguh pada diri Ibrahim dan orang yang bersamanya terdapat contoh yang baik.” Di antara sifat mereka adalah tawakal mutlak kepada Allah. Mereka berdoa:

“Hanya kepada-Mu kami bertawakal , hanya kepada-Mu kami kembali, dan hanya kepada-Mu tempat kembali.” (QS. Mumtahanah: 5)