Bagaimana hubungan antara postmodernisme dan teori organisasi ?

postmodernisme dan teori organisasi

Teori organisasi merupakan salah satu bidang ilmu manajemen yang berkembang dengan luar biasa cepat, terutama akibat adanya pergeseran dunia indsutri dengan masuknya industri-industri baru di era informasi.

Bagaimana hubungan antara postmodernisme dan teori organisasi ?

Didalam hubungan antara postmodernisme dan teori organisasi, terdapat banyak ketidaksepakatan diantara orang-orang yang memiliki paham postmodernisme itu sendiri. Mereka dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yang disebut Kelompok pertama dibedakan antara postmodern keras atau postmodern lunak (Watson, 1993, dikutip dalam Parker, 1995) dan kelompok kedua yang dibedakan antara postmodern skeptis dan postmodern afirmatif (Rosenau, 1992) .

Menurut teoritikus Amerika Rosenau, para postmodernis yang skeptis menawarkan kritik yang kuat terhadap modernisme. Mereka memberikan pandangan yang pesimis, dengan alasan bahwa zaman postmodern adalah salah satu fragmentasi, disintegrasi, malaise dan ketidakberartian.

Perbedaan yang mendasar antara postmodern skeptis dan postmodern afirmatif adalah sebagai berikut :

  • Skeptis bersifat anti perwakilan (antirepresentasional) ; mereka berpendapat bahwa bahasa yang kita gunakan merupakan realitas dibandingkan dianggap sebagai perwakilan diri. Jadi, bahasa tidaklah netral; lebih tepatnya, kata-kata yang kita miliki digunakan sebagai cara kita untuk menafsirkan sesuatu. Dengan kata lain, bahasa adalah semua yang kita miliki (tidak ada realitas terpisah yang ada di luar bahasa yang kita gunakan untuk menggambarkannya).

  • Afirmatif, di sisi lain, meskipun setuju dengan kritik yang diucapkan oleh kelompok skeptik tentang modernitas, tetapi mereka menawarkan pandangan yang lebih penuh harapan dan optimis tentang zaman postmodern. Para teoritikus ini dalam banyak hal mirip dengan ahli teori kritis. Rosenau (1992) mengemukakan bahwa para penulis dari perspektif ini terbuka untuk tindakan politik positif atau konten dengan pengakuan atas pandangan yang visioner, perayaan-perayaan, proyek pribadi yang bersifta non-dogmatik.

    Terdapat lebih banyak sifat optimisme dan kepedulian untuk melakukan perubahan pada kondisi status quo dibandingkan apabila dilihat dari sudut pandang para skeptis. Pengelompokan ini sama sekali tidak eksklusif, dan ada banyak pertukaran di antara mereka.

Berdasarkan karya Rosenau, berikut adalah perbedaan utama dan beberapa persamaan di antara mereka.

Perbedaan antara postmodern skeptis dan postmodern afirmatif dilihat dari sisi pandangan ilmu sosial, penulis dan metodologi serta epistomologinya,

  • Pandangan Sosial

    Postmodern afirmatif : Pendekatan dengan menggunakan ilmu sosial adalah dari sisi deskriptif, bukan dari sisi prespektif. Penelitian dari prespektif ini fokus pada aspek-aspek yang tidak biasa dari sebuah organisasi dan ditopang oleh kebaruan (novelty) dan reflektivitas (reflexty); para peneliti didorong untuk mempertimbangkan pengaruh mereka pada proses penelitian.

    Postmodern skeptis : Berargumentasi bahwa alam semesta adalah hal yang mustahil untuk dipahami, sehingga upaya untuk membangun postmodern dalam ilmu sosial adalah hal yang sia-sia.Tidak ada harapan sama sekali dalam membangun sebuah teori organisasi yang berlaku secara universal. Dunia ini dilihat sebagai hal yang terfragmentasi dan terdisruptif.

  • Penulis (Author)

    Postmodern afirmatif : Mengurangi kuasa penulis, tanpa merendahkannya secara keseluruhan. Penulis, seterusnya, memiliki peran sebagai interpreter. Penulis seharusnya berupaya untuk merefleksikan perannya kedalam kontruksi-kontruksi teks.

    Postmodern skeptis : Penulis memiliki pengaruh yang kecil dan tidak memiliki otoritas. Pembaca akan memiliki interpretasi yang berbeda-beda terhadap apa yang ditulis oleh penulis, dan hal tersebut sama validnya dengan interpretasi dari penulis. Secara sadar berusaha untuk menumbuhkan “‘indefinite unsettled text”

  • Metodologi dan Epistomologi

    Postmodern afirmatif : Mengkritik dan berusaha untuk merevisi epistemologi dan metodologi paham modernis. Menolak relativisme absolut; fokus pada batasan-batasan antara organisasi dan masyarakat serta membedakan secara jelas (exclude) antara organisasi dan masyarakat.

    Postmodern skeptis : Antirepresentasional. Mustahil memetakan dunia sosial. Pada bentuk yang paling ekstrim dari perspektif ini, etnografi, antropologi dan sosiologi hanyalah sebagai “karya” seni - mereka tidak dapat menghasilkan teori dan harus dinilai berdasarkan daya tarik seni mereka. Mereka meninggalkan upaya untuk membangun sebuah pengetahuan baru; mereka fokus pada dekonstruksi dan kritik.

Persamaan atau kemiripan antara postmodern skeptis dan postmodern afirmatif dilihat dari sisi peran pembaca dan ,

  • Peran Pembaca

    Karya postmodern lebih terbuka dan kurang definitif. Pembaca diharapkan untuk memilah-milah makna teks untuk diri mereka sendiri dan untuk menerima bahwa kesimpulan apa pun yang mereka capai mungkin bernilai kecil bagi orang lain. Ada pengakuan bahwa makna adalah konteks yang spesifik.

  • Orientasi Politik

    Bersifat heterogen dan beragam secara internal , tulisan postmodern tidak meresepkan pandangan politik tertentu. Secara inheren mereka bukan kiri atau sayap kanan

Sumber : Rosenau 1992

Kita harus mengakui, bagaimanapun, bahwa tidak semua postmodernis akan setuju pada tema-tema inti tersebut. Beberapa mungkin mengambil posisi yang ekstrim dibandingkan dengan yang lainnya - keindahan (dan kutukan!) dari Postmodernisme -. Kelompok postmodenis adalah kelompok dengan kontributor yang mempunyai cara pandang berbeda-beda, mereka mengambil perspektif-perspektif alternatif.

Dari pembahasan diatas,dapat disimpulkan bahwa hubungan antara postmodernisme dan teori organisasi adalah paham posmodernisme menganggap bahwa teori organisasi tidak dapat di"teori"kan, dimana setiap organisasi pastinya memiliki kondisi yang berbeda-beda. Bahkan menurut orang-orang yang berpaham postmodern skeptis, tidak ada harapan sama sekali untuk membangun sebuah teori organisasi yang berlaku secara universal.

Sumber : John McAuley, Joanne Duberley and Phil Johnson, Organization Theory : Challenges and Perspectives, Pearson Education Limited, 2007