Bagaimana Hubungan Antara Hati dan Amal Ibadah?

Qolbu

Qolbu atau hati didefinisikan sebagai segumpal mudghah yang memiliki sirkuit (networks) yang dinamis (tumbuh, berkembang, menyusut, menghilang) dan menjadi tempat, penghubung dan berlangsungnya proses berpikir dan merasa.

Bila Qolbu ini berjalan dengan baik, maka proses berpikir dan merasa akan menjadi baik, sehingga muncul perilaku yang baik dan menghasilkan respon fisiologis yang menyehatkan bagi tubuh.

Bila Qolbu ini rusak, maka proses berpikir dan merasa akan cenderung menyimpang, sehingga muncul perilaku yang cenderung menyimpang dan menghasilkan respon fisiologis yang menyakitkan bagi tubuh.

Terkait hubungan hati dengan amal ibadah, Al-Imam Ibnu Athaillah Askandary dalam kita Al Hikam mengatakan sebagai berikut:

Amal itu beragam, lantaran beragamnya keadaan yang menyelinap kedalam hati (jiwa).

Kalam Hikmah ini terlihat pendek sekali tetapi mengandung pengertian yang mendalam. Tafsirannya adalah sebagai berikut :

Al-’Amal maksudnya ialah “Gerak-gerik yang bertalian dengan tubuh jasmaniah (manusia) Misalnya: Puasa, sembahyang dan lain-lain sebagainya.

Al-Ahwal”, jama’ dari kata “Hal”, maksudnya ialah: “Gerak-gerik yang berhubungan dengan hati.” Misalnya, timbulnya perasaan dalam hati yang menyebabkan ia merasa kasih sayang kepada fakir miskin, maka akan menonjollah dalam ibadahnya untuk mengeluarkan zakat, bersedekah, membantu rumah yatim piatu, mengumpulkan dana sosial dan lain-lain sebagainya.

Atau timbul saja perasaan dalam hatinya, bahwa ia telah banyak melakukan dosa dan kesalahan, maka menonjollah dalam amal ibadahnya taubatnya kepada Allah dengan jalan memulangkan harta orang sambil meminta maaf kepada yang bersangkutan, dan minta ampun kepada Allah s.w.t. Ia berzikir, membaca Al-Quran, bershalawat atas Nabi, di samping mengerjakan perintah-perintah wajib yang lain, dan juga bertafakkur dalam pengertian “Ihsan” sebagai yang dianjurkan oleh Rasulullah s.a.w. dan lain-lain sebagainya.

Rumi Quotes

Imam Ghazali berpendapat bahwa terdapat tiga macam masalah hati yang berhubungan dengan amal lahiriah, yaitu :

  • Hati kita yang penuh dengan taqwa, suci dari akhlak-akhlak yang tidak baik, maka hati yang begini akan bersinar dan akalnya selalu berfikir pada hal yang baik-baik dan menyebabkan pula terbukanya sinar matahati, sehingga hati akan selalu melihat yang baik-baik dan diridhai oleh Allah.

    Apabila hati telah suci dari segala penyakitnya, maka dekatlah hati kepada Allah, dengan mensyukuri nikmat-nikmatNya. Sabar dan takut kepadaNya serta mengharapkan kasih sayangNya, rindu dan bertawakkal kepadaNya dan lain sebagainya. Pada keadaan seperti itu barulah hati kita merasa tenteram, tenang dan tidak dikacau-balaukan atau digelisahkan oleh persoalan-persoalan duniawi.

    Berfirman Allah s.w.t. dalam Al-Quran:

    27 Orang-orang kafir berkata: “Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda (mukjizat) dari Tuhannya?” Katakanlah: “Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada-Nya”,

    28 (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

    29 Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.

    (Ar-Ra’ad: 28-29)

  • Hati yang penuh dengan gelora hawa nafsu dan penyakit-penyakit hati di mana dengannya terbuka pintu hati untuk iblis dan syaitan tetapi tertutup untuk malaikat-malaikat Tuhan. Hati yang begini, apabila berhubungan dengan akal, maka akan membantu hati untuk melaksanakan hawa nafsunya. Maka lapanglah dadanya dalam memanjangkan hawa nafsu. Maka kuatlah kekuasan syaitan karena jalannya telah terbuka dcngan luas. Dhaiflah kekuatan iman, disebabkan asap yang gelap terhadap hati. Untuk ini maka Allah menggambarkan dalam firmanNya dalam Al-Quran:

    43 Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?,

    44 atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).

    (Al Furqan: 43-44)

    Dari ayat-ayat ini dapatlah kita fahami bahwa apabila keadaan mereka sudah sedemikian rupa, maka muncullah ke alam nyata perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan ajaran-ajaran agama yang disebabkan karena menuruti hawa nafsu yang telah mendalam di dalam hatinya.

  • Hati yang terombang-ambing antara kebaikan dan kejahatan atau dengan kata lain antara malaikat dan syaitan. Hati yang begini adalah hati yang sering ragu disebabkan kadang-kadang timbul daya tarik kepada kejahatan, tetapi pada waktu itu datang pula daya tarik kepada kebaikan.

    Pada kondisi ini, yang menang adalah kehendak Allah s.w.t. sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran:

    125 Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.

    126 Dan inilah jalan Tuhanmu; (jalan) yang lurus. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan ayat-ayat (Kami) kepada orang-orang yang mengambil pelajaran.

    (Al-An’am: 125-126)

Kesimpulannya adalah bahwa amalan lahiriah yang kita kerjakan apabila kita terpelihara daripada penyakit-penyakit hati seperti hasad, khianat, dan lain-lain, maka amal yang kita kerjakan itu adalah timbul dari kehendak hati yang diilhami oleh Allah s.w.t. Maka seyogyanyalah bagi tiap-tiap kita harus mengikuti ketetapan hati yang demikian

Untuk sampai kita kepada hakikat perasaan Tasawuf yang begini, di samping kita taat pada perintah-perintah Allah, menjauhkan larangan-laranganNya, dan selalu minta ampun kepadaNya, maka jangan lupa kita berdoa seperti doa ringkas Rasulullah s.a.w. dalam Hadis Aisyah atau Hadis Anas dengan segala Sanad yang bagus menurut riwayat Muslim ialah:

“Wahai Tuhan yang membolak-balikkan segala hati makhlukNya! Tetapkanlah olehMu, ya Allah hatiku atas agamaMu.”

Mudah-mudahan hati kita dipimpin oleh Allah sehingga segala amal ibadah lahiriah kita sejalan dengan hati, disebabkan Taufiq dan HidayahNya. Amin!

Referensi : Abuya Syeikh Prof. Dr. Tgk, Chiek. H. dan Muhibbuddin Muhammad Waly Al-Khalidy, 2017, Al-Hikam Hakikat Hikmah Tauhid dan Tasawuf Jilid 1, Al-Waliyah Publishing