Bagaimana hubungan antara Gagal Jantung dan Gagal Ginjal?

jantung

Gagal jantung dan gagal ginjal merupakan penyakit yang sangat ditakuti manusia mengingat kemungkinan meninggal yang besar apabila terkena penyakit tersebut. Adakah hubungan antara kedua penyakit tersebut ?

Sistem kardiovaskular dan sistem renal dapat dipandang sebagai kesatuan sistem yang terintegrasi yang disebut sistem kardiorenal. Disfungsi atau kegagalan ginjal akan mempengaruhi fungsi kardiovaskular, yang sering mengakibatkan gangguan kardiovaskular bahkan gagal jantung, yang justru dapat memperburuk fungsi ginjal lebih jauh lagi. Sebaliknya, disfungsi atau kegagalan kardiovaskular dapat mengganggu fungsi ginjal, bahkan sampai pada titik menyebabkan gagal ginjal, baik akut maupun kronik, yang kemudian semakin memperberat gangguan kardiovaskular.

Gagal jantung mempengaruhi fungsi ginjal dengan menyebabkan berkurangnya aliran darah ke ginjal Akibatnya, ginjal harus berusaha mempertahankan LFG tetap normal dengan cara melepaskan ANP ( Atrial Natriuretic Peptide ) dan prostaglandin untuk menyebabkan dilatasi arteriol aferen, dan angiotensin II yang akan menyebabkan konstriksi arteriol eferen. Tetapi, seiring dengan bertambah beratnya gagal gantung dan semakin berkurangnya aliran darah ke ginjal, ginjal tidak mampu lagi mempertahankan mekanisme tersebut dan terjadi konstriksi arteriol aferen yang menyebabkan turunnya LFG. Akibatnya, volume cairan di dalam tubuh meningkat. Peningkatan volume cairan diperberat lagi dengan adanya retensi natrium, air, dan urea akibat fungsi ginjal yang abnormal. Keadaan ini akhirnya berbalik memperberat keadaan gagal jantung yang sudah ada sebelumnya.

Pada kejadian gagal jantung akut, proses di atas berlangsung cepat. Akibatnya, terjadinya peningkatan tekanan pengisian ventrikel, timbulnya keadaan gagal jantung, dan edema pulmoner juga cepat, yaitu hanya dalam hitungan menit.

Jika keadaan gagal ginjal kronik yang ada terlebih dahulu, adanya kehilangan fungsi ginjal memungkinkan terjadinya retensi garam dan cairan yang menimbulkan volume overload . Kontribusi keadaan tersebut pada berkembangnya gagal jantung berhubungan dengan kecepatan dan besarnya ekpansi volume dan fungsi jantung sendiri. Peningkatan volume plasma secara tiba-tiba akan meningkatkan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri secara tiba-tiba pula yang langsung dapat menimbulkan edema pulmoner. Sebaliknya, penambahan volume plasma secara bertahap memungkinkan kompensasi berupa dilatasi dan hipertrofi ventrikel dengan lebih sedikit peningkatan pada tekanan diastolik ventrikel kiri.

Selain itu, hipertensi sistemik, temuan yang sering pada pasien dengan gagal jantung kronik, berkontribusi terhadap terjadinya gagal jantung akut dan kronik dengan menempatkan beban afterload berlebihan pada jantung.

Beberapa faktor lain pada keadaan gagal ginjal kronik yang dapat menurunkan kontraktilitas miokard, seperti hipoksemia, iskemia subendokard, buffer tertentu (misalnya asetat) yang ditambahkan pada cairan hemodialisis, peningkatan kadar parathormon, abnormalitas beberapa metabolit dan elektrolit, serta racun uremik juga berperan pada timbulnya gagal jantung.