Bagaimana Hubungan Antara Burnout dengan Stres?

image

Pengertian stress berbeda dengan burnout. Burnout adalah jenis depresi dalam pekerjaan dan disebabkan oleh perasaan ketidakberdayaan, hal itu tidak disebabkan oleh stress meskipun orang yang mengalami burnout juga merasakan stress.

Burnout merupakan bagian dari masalah motivasi. Seseorang yang mengalami burnout akan kehilangan motivasi, putus asa dan depresi. Lain hal nya dengan stress, seseorang dengan stress tingkat tinggi cenderung bertindak emosional secara berlebihan (Potter, 2007).

Smith, Gill, Segal & Segal (2008) menjelaskan perbedaan antara stress dan burnout yaitu :

Stress Burnout
Emosi sangat berlebihan Emosi tumpul
Menghasilkan kondisi yang mendesak dan tindakan yang berlebihan Menghasilkan ketidakberdayaan dan keputusasaan
Kehilangan energi Kehilangan motivasi, cita-cita, dan harapan
Menyebabkan gangguan kecemasan Mengarah pada paranoid, sikap acuh tak acuh, dan depresi
Kerusakan utama pada fisik Kerusakan utama berupa ketidak stabilan secara emosional


Bagaimana menurut anda ?

Pengertian burnout tidak sama dengan stres. Menurut Sulistyantini (1997), stres dapat mengalami pasang surut dan berubah-ubah. Dengan kata lain, hari ini individu mengalami stres, esok harinya bisa kembali normal.

Burnout tidak berfluktuasi seperti itu. Burnout terjadi secara perlahan melalui proses waktu cukup lama. Individu yang terkena burnout memerlukan perubahan besar untuk menghilangkan burnout tersebut.

Scaufelli dan Buunk (1996) mengemukakan bahwa ada beberapa perbedaan penting antara stres dan burnout. Stres merupakan suatu proses adaptasi sementara terhadap tekanan yang disertai gejala mental dan juga fisik. Dalam kadar tertentu, stres bermanfaat bagi peningkatan performansi individu.

Berbeda dengan burnout yang merupakan tahapan akhir dari ketidakmampuan individu beradaptasi dengan tekanan, berupa tidak adanya kesesuaian antara tuntutan dan kemampuan individu, serta stres yang dialami individu dalam jangka waktu yang lama (Brill dalam Schaufeli dan Buunk, 1996).

Menurut Maslach, perbedaan konseptual antara burnout dan stres adalah bahwa pada burnout terjadi perubahan sikap perilaku yang negatif terhadap resipien serta pada pekerjaan dan organisasi, sedangkan pada stres kerja tidak disertai perubahan sikap dan perilaku.

Stres dapat dialami oleh siapa saja, namun burnout biasanya dialami oleh individu yang melihat segala sesuatunya dengan antusias disertai harapan dan tujuan yang tinggi.

Konsep burnout sering overlap dengan depresi. Depresi yaitu keadaan yang ditandai penurunan semangat, kemarahan, perasaan tidak memiliki harapan, simtom fisik, dan ketidakmampuan
bekerja.

Pada individu yang mengalami burnout masih bisa bekerja sehari-hari (Tjondronegoro, 2003).

Seseorang yang berada pada kondisi stres masih bisa menyeimbangkan emosi daripada seseorang yang mengalami burnout. Seseorang yang berada pada kondisi stres cenderung masih bersikap aktif dan agresif secara emosional, namun pada seseorang yang sudah berada pada kondisi burnout akan merasa kehilangan motivasi, cita-cita, dan harapan.

Seseorang yang mengalami stres cenderung merasakan penurunan dalam kesehatannya seperti flu, sakit kepala, dan gangguan pencernaan lainnya sedangkan seseorang yang mengalami burnout mengalami kehilangan harapan sehingga merasa kehidupannya tidak layak untuk dipertahankan.

Mulanya tekanan dalam stres itu mungkin tidaklah terlalu terasa. Secara kempensasional sang individu bahkan mampu menghadapinya. Namun demikian karena pada umumnya sang individu tidak mengalami hal ini dengan kesadaran. Maka resistensi diri yang dimilikinya secara perlahan tanpa disadari lambat laut melemah.

Penanggulangan stres spontan yang bersifat kompensasi pada akhirnya tidak lagi efektif menjaganya untuk selamat dalam harmoni. Saat terbentuk kompensasi tersebut berlangsung terlalu lama, stres tersebut pada akhirnya menemukan titik jenuh dan berbalik menimbulkan berbagai macam gejala yang sering kali tidak dapat dimengerti orang yang bersangkutan, itulah yang disebut orang akhir-akhir ini dengan istilah burnout (Wangsa, 2009).

Setiap individu memiliki kesempatan yang sama dalam mengalami stres, namun semua tergantung pada tipe kepribadian, presepsi individu terhadap stressor, dan coping individu, pada stres yang dialaminya. Seseorang yang mengalami stres terhadap tuntutan yang diberikan kepadanya lalu individu tersebut sampai pada tahap stres yang berkepanjangan maka individu dapat mengalami burnout.

Seseorang yang yang mengalami burnout akan mengalami kelelahan emosi seperti perasaan letih berkepanjangan baik secara fisik (misalnya sakit kepala, flu, insomnia) maupun mental (bosan, sedih, tertekan) bahkan dapat merasakan energinya terkuras habis dan ada perasaan “kosong” yang tidak dapat diatasi lagi.

Ciri lainnya ialah sikap tidak peduli pada pekerjaannya, menjauhnya individu dari lingkungan sosial, penurunan prestasi, adanya perasaan gagal di dalam diri, cepat marah dan kesal, rasa bersalah dan menyalahkan, bersikap negatif dan lain sebagainya.

Hal ini dapat mempengaruhi produktivitas dan kinerja individu tersebut. Rendahnya kinerja dan produktivitas dapat menghasilkan hasil yang rendah pula, dan dapat mempengaruhi masa depan individu tersebut.

Stres merupakan ketegangan mental yang mengganggu kondisi emosional, proses berfikir, dan kondisi fisik seseorang (Davis, dalam Fery Farhati & Haryanto FR, 1996 ). Permasalahan baru akan muncul apabila stres muncul dalam jangka waktu yang lama dengan intensitas yang cukup tinggi, yang akan berkibat pada kelelahan fisik dan mental yang mendera kehidupan individu di mana keadaan ini disebut sebagai burnout.

Leatz dan Stolar, dalam Fery Farhati dan Haryanto FR (1996) mengatakan bahwa burnout adalah keadaan yang meliputi kelelahan fisik, mental, dan emosional yang terjadi karena stres diderita cukup lama, didalam situasi yang menuntut keterlibatan emosional yang tinggi (ForIndoJob, 2011).

Burnout merupakan akibat dari stress yang terus menerus tiada henti-hentinya, tetapi tidak sama dengan terlalu banyak stres. Stres, oleh dan besar, melibatkan terlalu banyak: terlalu banyak tekanan yang menuntut terlalu banyak dari diri individu secara fisik dan psikologis. Orang stres masih bisa membayangkan, meskipun, bahwa jika mereka hanya bisa mendapatkan segalanya di bawah kontrol, mereka akan merasa lebih baik.

Burnout , di sisi lain adalah tentang perasaan tidak cukup. Yang dibakar keluar berarti merasa kosong, tanpa motivasi, dan tak peduli. Orang yang mengalami kelelahan sering tidak melihat harapan perubahan positif dalam situasi mereka. Jika stres yang berlebihan seperti tenggelam dalam tanggung jawab, kelelahan sedang semua mengering. Salah satu perbedaan antara stres lainnya dan burnout: Sementara individu biasanya sadar berada di bawah banyak stres, individu tidak selalu memperhatikan kelelahan ketika itu terjadi (Radix, 2011).

Dengan demikian, individu yang mengalami stres yang berkepanjangan dapat menimbulkan burnout yang dapat mempengaruhi masa depan individu tersebut. Hal ini dapat dipengaruhi dari dalam maupun luar individu.