Bagaimana hubungan antara asupan gizi dengan kondisi mengantuk pada pelajar/mahasiswa?

Bagaimana hubungan antara asupan gizi dengan kondisi mengantuk pada pelajar/mahasiswa ?

Asupan makanan yang kurang baik, menimbulkan permasalahan pada kebugaran jasmani para pelajar ataupun mahasiswa. Bagaimana hubungan antara asupan gizi dengan kondisi mengantuk pada pelajar/mahasiswa ?

1 Like

Penelitian di Finlandia menemukan bahwa anak sekolah yang mengantuk karena kurang tidur lebih sering mengonsumsi makanan tinggi energi seperti fast food dan jarang mengonsumsi buah dan sayur. Konsumsi makanan tinggi energi, terutama yang berasal dari karbohidrat, dapat meningkatkan konsentrasi triptofan di dalam otak yang merupakan prekursor dari serotonin, hormone penyebab tidur, yang menyebabkan seseorang jatuh tertidur lebih cepat.

Kejadian mengantuk yang tinggi juga berhubungan dengan penurunan kemampuan kognitif yang antara lain disebabkan oleh defisiensi zat besi. Anemia yang disebabkan kekurangan zat besi mengakibatkan penurunan konsentrasi dan prestasi belajar. Defisiensi zat besi mengubah proses kognitif yang berhubungan dengan perhatian secara visual dan konsep kemahiran.6 Setelah suplementasi zat besi selama 8 minggu, remaja putri yang mengalami defisiensi zat besi memperlihatkan peningkatan kemampuan mengingat kosakata, tetapi tidak mengalami peningkatan daya konsentrasi.

Pada tahun 2009, orang Amerika yang tidur 8 jam per hari hanya sekitar 28%, memperlihatkan kecenderungan yang menurun dari tahun 2001 yang mencapai 38%. Kurang tidur berhubungan dengan pola makan yang tidak sehat. Sebagian besar remaja mempunyai durasi tidur yang kurang, hanya 15% yang dilaporkan mempunyai durasi tidur selama 8 jam 30 menit pada saat weekdays. Seseorang yang mengantuk dengan persentase 22% dan memiliki pola makan sehat sebesar 6%. Orang yang mengonsumsi makanan tinggi protein dan tinggi lemak berisiko mengalami penurunan durasi tidur

yang dapat menyebabkan kantuk sepanjang hari. Protein terdiri dari berbagai asam amino dan yang berhubungan dengan kejadian mengantuk adalah triptofan. Tabulasi silang asupan protein dan triptofan memperlihatkan proporsi responden yang mempunyai asupan protein ≥ 80% angka kecukupan gizi (AKG) dan asupan triptofan 100% lebih tinggi daripada proporsi responden yang mempunyai asupan protein ≥ 80% AKG dan asupan triptofan rendah sekitar 50,7%. Hal tersebut dapat semakin

meningkatkan asupan protein, termasuk asupan triptofan yang merupakan prekursor serotonin, hormon penyebab tidur. Protein yang berasal dari makanan adalah sumber pembentuk triptofan. Oleh karena itu, makanan selingan yang paling baik dimakan menjelang tidur adalah makanan yang tinggi karbohidrat dan protein seperti sereal dengan susu, roti tawar dengan selai kacang, atau keju dan biskuit. Proporsi responden dengan asupan triptofan yang tinggi dan asupan karbohidrat cukup (71,4%) lebih besar daripada proporsi responden yang mempunyai asupan triptofan tinggi dan asupan karbohidrat rendah (23,2%) dan secara statistik bermakna (nilai p = 0,000).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rasmada et al. (2012) pada mahasiswa S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia menunjukkan proporsi mahasiswa yang mengalami kejadian mengantuk adalah 54%. Tidak terlihat hubungan yang bermakna antara kejadian mengantuk dengan asupan karbohidrat, protein, lemak, triptofan, serat, zat besi, energi, status gizi, keterpaparan media, dan aktivitas fisik. Durasi tidur berhubungan bermakna dengan kejadian mengantuk yang ternyata merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian mengantuk.

Mahasiswa yang sering mengantuk memperlihatkan asupan zat besi rendah sehingga disarankan untuk meningkatkan asupan zat besi yang berasal dari sumber makanan yang mengandung heme. Perlu diinformasikan tentang durasi tidur melalui kegiatan promosi kesehatan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan masalah mengantuk pada mahasiswa S1 reguler FKM UI.

Referensi

Rasmada, Sada et al… 2012. Asupan Gizi dan Mengantuk pada Mahasiswa. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7 (3) : 99-104.