Bagaimana gempa bumi dapat terjadi?

Salah satu bencana alam yang paling menakutkan adalah gempa bumi. Bencana yang dapat mengguncangkan bangunan dan apapun yang di sekitar lokasi gempa biasanya membuat kita ketakutan akan tertimpa reruntuhan bangunan.

Berdasarkan penyebabnya, ada dua jenis gempa.

1. Gempa Tektonik
Bumi ini tersusun atas 4 lapisan utama, dari yang paling luar ada lithosphere, mantel, inti luar dan inti dalam.

Gempa jenis ini biasanya jauh lebih kuat getarannya dibandingkan dengan gempa vulkanik. Bahkan rata-rata kerusakan bangunan karena gempa terjadi kebanyakan disebabkan oleh gempa tektonik.

2. Gempa Vulkanik
Gempa bumi juga dapat terjadi karena adanya aktivitas pada gunung berapi, yaitu pergerakan magma yang ada di dalam perut bumi. Inilah yang disebut dengan vulkanik.

Adanya pergerakan magma di bawah gunung berapi dapat memunculkan tekanan yang membuat gunung berapi menyemburkan magma keluar. Dalam beberapa waktu tekanan ini akan terus menerus ada diikuti oleh semburan magma yang berikutnya.

Semburan magma ini terjadi melalui batu-batuan yang ada di atasnya dan menyebabkan bebatuan tersebut retak dan pecah. Karena batu-batuan yang retak dan pecah tersebut merupakan bagian dasar dari lempengan bumi, maka gempa vulkanik dapat terjadi.

Sumber:

Gempa bumi


Gempa disebabkan karena adanya pelepasan energi regangan elastis batuan dalam bentuk patahan atau pergeseran lempeng. Semakin besar energi yang dilepas semakin kuat gempa yang terjadi Ada dua teori yang menyatakan proses terjadinya atau asal mula gempa yaitu pergeseran sesar dan teori kekenyalan elastis. Menurut R.Hoernes, 1878, gempa dapat diklasifikan secara umum berdasarkan sumber kejadian gempa menjadi :

  • Gempa runtuhan : gerakan yang diakibatkan oleh runtuhan dari lubang-lubang interior sebagai contoh runtuhnya tambang/batuan yang menimbulkan gempa
  • Gempa vulkanik : gerakan yang diakibatkan oleh aktivitas gunung api
  • Gempa tektonik : gerakan yang diakibatkan oleh lepasnya sejumlah energi pada saat bergesernya lempeng

Sedangkan menurut Fowler, 1990, gempa dapat diklasifikasikan berdasarkan kedalaman fokus yaitu:

  • Gempa dangkal : kurang dari 70 km
  • Gempa menengah : kurang dari 300 km
  • Gempa dalam : lebih dari 300 km (kadang- kadang > 450 km)

Parameter-Parameter Gempa antara lain :

  1. Gelombang gempa
    Secara sederhana dapat diartikan sebagai merambatnya energi dari pusat gempa atau hiposentrum (fokus) ke tempat lain di bumi.

    Gelombang ini terdiri dari gelombang badan dan gelombang permukaan. Gelombang badan adalah gelombang gempa yang dapat merambat di lapisan, sedangkan gelombang permukaan adalah gelombang gempa yang merambat di permukaan bumi.

  2. Ukuran besar Gempa
    Magnitudo gempa merupakan karakteristik gempa yang berhubungan dengan jumlah energi total seismik yang dilepaskan sumber gempa. Magnitude ialah skala besaran gempa pada sumbernya. Jenis besaran gempa :

    • Magnitude gelombang badan (mb), ditentukan berdasarkan jumlah total energi gelombang elastis yang ditransfer dalam bentuk gelombang P dan S.

    • Magnitude gelombang permukaan (ms), ditentukan berdasarkan berdasarkan jumlah total energi gelombang love (L) dan gelombang Rayleigh ® dengan asumsi hyposenter dangkal (30 km) dan amplitude maksimum terjadi pada periode 20 detik.

Moment gempa “seismic moment” (mo), merupakan skala yang menentukan magnitude suatu gempa menurut momen gempa, sehingga dapat merupakan gambaran deformasi yang disebabkan oleh suatu gempa.