Apa Yang Dimaksud dengan Pruritus atau Rasa Gatal?

Pruritus adalah rasa gatal yang bisa meliputi seluruh atau sebagian tubuh seseorang. Gatal dapat disertai dengan ruam. Gatal dapat terjadi singkat namun dapat pula berat hingga sangat mengganggu penderitanya.

Pruritus adalah istilah medis untuk gatal. Gatal sendiri merupakan suatu hasil stimulasi gradasi ringan pada serat saraf. Bila gradasi meningkat, maka sensasi yang akan timbul adalah nyeri.[3] Secara sifat, gatal bisa dibagi menjadi 2, yaitu gatal yang terlokalisasi dan singkat, dan gatal yang tersebar dan sulit terlokalisasi yang akan menyebabkan daerah sekitarnya ikut gatal. Tipe yang pertama disebut gatal spontan, sementara tipe yang kedua disebut gatal kulit.

Secara teoritis, ada 2 jenis teori tentang pruritus. Teori yang pertama menyatakan bahwa pruritus berbeda dari nyeri, sementara teori kedua menyatakan bahwa nyreri adalah rangsang pruritus yang lebih kuat dan berada di bagian kulit yang lebih dalam. Walaupun begitu, pernah dilakukan percobaan pemberian stimulus perangsang pruritus mulai dari bagian kulit teratas sampai hypodermis. Hasil yang didapat adalah adanya perubahan dari rasa gatal di kulit atas sampai rasa sakit yang hebat di bagian hypodermis. Dari percobaan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pruritus dan nyeri berasal dari 1 rangsang yang sama. Telah terbukti pula bahwa baik rangsang pruritus maupun nyeri sama-sama menggunakan jalur saraf c fibers. Zat- zat kimia yang dapat menimbulkan pruritus mencakup histamin, endopeptida, turunan kini, maupun opiate. Dari semua zat itu, zat stimulant pruritus yang paling umum adalah histamin yang disekresikan oleh sel mast. [1], [2]

Fisiologis Pruritus atau Gatal

Tujuan fisiologis dari pruritus sendiri sebenarnya masih belum diketahui dengan pasti, namun beberapa spekulasi mencakup menyingkirkan kotoran yang menempel di kulit atau memberi sinyal adanya reaksi inflamasi. Terlepas dari tujuannya, pruritus sendiri bisa didefinisikan sebagai suatu rasa sakit yang terlalu lemah sehingga tidak menimbulkan inhibisi lateral. Gerakan menggarukakan memperkuat rangsang nyeri ini sehingga rasa pruritus yang awalnya terasa menyebar akan terlokalisasi menjadi tajam karena inhibisi lateral. Sensasi yang baru ini akan diterjemahkan sebagai nyeri yang menyebabkan eliminasi sensasi pruritus. [1]

Di medulla spinalis sendiri tidak ditemukan adanya suatu jaras khusus untuk pruritus. Rangsang pruritus yang sampai ke otak umumnya lebih ditentukan oleh kombinasi urutan dan frekuensi rangsang saraf tertentu yang tidak khusus untuk pruritus. Rangsang ini lalu akan diteruskan ke daerah korteks persepsi dan premotor. Korteks akan langsung mengaktifkan refleks ingin menggaruk daerah yang gatal. Refleks menggaruk ini sebenarnya bisa juga hanya berupa refleks spinalis saja. Selain itu, rasa ingin menggaruk juga bisa disebabkan adanya rangsang korteks tanpa rangsang pruritus sesungguhnya. Keadaan ini menyebabkan puritus psikologis.8 Beberapa keadaan patologis dari pruritus mencakup CRF, cholestasis, defisiensi besi, penyakit endokrin, keganasan, polisitemia, pruritus aquagenik, atopic eczema, dan penuaan. [1], [2]

Referensi:

[1] Sherwood, L. Human physiology from cells to system 5th ed. New York: Thompson Learning-Brooksdale Cole. 2004. P. 510-557.
[2] Patrick F. Dermatology in general medicine ed. V. 1999. USA: McGraw- Hill.
[3] Djuanda S. Hubungan kelainan kulit dan psike dalam Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi-5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007. h. 327-8