Bagaimana gejala dan pemeriksaan pada kolibasilosis?

Kuman E. coli merupakan kuman yang selalu dapat diisolasi dari saluran pencernaan makanan. Karena seringnya diisolasi dalam jumlah yang banyak, kuman tersebut diduga menjadi penyebab utama diare. Kuman juga diduga bertindak sebagai penyebab penyakit sekunder yang mampu merusak dinding usus setelah saluran makanan tersebut dirusak oleh virus sebelumnya.

Gejala-gejala
Pada pedet yang menderita kolibasilosis dikenal 2 bentuk klinik, yaitu bentuk toksemia dan bentuk klasik. Bentuk toksemia ditandai dengan kelemahan umum yang sangat, suhu tubuh yang subnormal, pulsus lemah dan tidak disertai dengan diare. Mungkin penderita yang bersangkutan menunjukkan adanya kenaikan peristaltik usus. Kelemahan umum yang sangat mungkin segera diikuti dengan koma. Penderita dapat menemui ajalnya dalam waktu yang singkat, 2-6 jam, setelah tanda kelemahan umum terlihat.

Pada kolibasilosis bentuk klasik, tanda-tanda yang menyolok berupa diare profus, tinja yang pasta atau sangat berair warna tinja putih atau kuning dengan bau yang sangat menusuk. Dalam tinja kadang juga ditemukan darah yang segar. Nafsu minum penderita segera hilang karena terjadinya toksemia atau kelemahan umum. Pada auskultasi di daerah abdomen akan terdengar suara berpindahnya cairan karena peningkatan peristaltik (borborigmus). Oleh diare yang berlangsung 3-5 hari, penderita kehilangan cairan yang banyak, dehidrasi, hingga akan terjadi shock, yang akan segera diikuti dengan kematian. Pada akhir hayatnya penderita kehilangan cairan sebanyak 10-16 dari berat tubuhnya.

Pemeriksaan patologi-anatomis
Pada waktu bedah bangkai gambaran dehidrasi tampak menyolok. Jaringan pada umumnya tampak kering. Usus yang berwarna putih kebiruan berisi gas di dalamnya, dan bila dibuka isi usus yang padat hanya berjumlah sedikit. Abomasum nampak pucat berisikan gumpalan air susu yang berbau asam. Perdarahan sub mukosa, petechiae atau ecchymosae, maupun perdarahan yang bersifat terbuka sering ditemukan di berbagai tempat dalam usus maupun abomasumnya.

Referensi: Subronto. 1989. Ilmu Penyakit Ternak I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.