Bagaimana gambaran pemikiran Karl Marx

Menurut Marx kehidupan modrn dapat dirujuk kesumber materialnya yang riil (misalnya, struktur kapitalisme). Marx benar-benar meletakan dialektikanya dalam landasan material. Dengan gagasannya Marx menciptakan filsafatnya sendiri yaitu filsafat materialisme dialektika, yang menekankan pada hubungan dialektika dengan kehidupan material.

1 Like

Karl Marx, pencetus gagasan komunisme sekaligus “bapak komunisme modern”, lahir pada tahun 1818 di kota Trier, Jerman. Dia belajar di sebuah sekolah lima tahun, ayah Marx adalah seorang ahli hukum. Pada tahun 1835, disaat dia berusia tujuha belas tahun, Marx tumbuh menjadi pemuda yang suka minum dan menulis sajak. Khawatir akan pegaulan anaknya, akhirnya ayahnya pada tahun 1836 memindahkan Marx ke universitas Berlin. Namun, Marx ternyata lebih berminat mempelajari filsafat. Akhirnya ia masuk Universitas Jena dan mendapat gelar diktor di bidang filsafat. Waktu itu ia membuat disertasi tentang filsafat Yunani (Zazuli, 2009: 74).

Kota Trier atau biasa dissebut dengan traves, kedua orangtuanya adalah turunan pendeta-pendeta yahudi. Ayahnya, Heinrich Marx termasuk golongan menengah dan menjadi pengacara ternama di Traves. Sedangkan ibunya adalah Puteri seorang pendeta Belanda, juga berbangsa Yahudi (Ramly, 2000: 35)

Pada tahun 1824, yakni ketika Marx berusia 6 tahun, seluruh keluarganya mengalami perpindahan agama dari Yahudi ke Kristen Protestan. Peristiwa ini membeekas dalam perjalanan hidup Marx selanjutnya. Bagaimanapun dengan perpindahan agama ini maka turut berubah pula keyakinan keluarga Marx dari bertuhan Yahova yang Esa kepada keyakinan Trinitas (Ramly, 2000:35). Ayah Marx meminta semua anaknya dibaptis dalam Gereja Lutheran. Karena itu, latar belakang religius Marx adalah latar belakang pandangan Lutheran.

Pada umur 18 tahun Karl Marx belajar hukum di Bonn. Kemudian, dia melanjutkan studi hukumnya lagi di Berlin. Selain pengaruh Lutheran masa itu, atmosfer pemikiran kelompok Hegelian juga kuat pada tahun-tahun studi Marx. Namun seperti yang dikatakan oleh Ramly (2000: 37) bahwa Perjalanan karir seorang filosof yang mendambakankebeebasan berfikir dan tidak ingin diikat oleh institusi-institusi di seputarnya, sering merupakan senjata bumerang yang menghantam pemiliknya, demikian pula halnya dengan Karl Marx, semula ia berkeinginan meenjadi dosen sebagai tonggak dalam karier akademi.

Tetapi rencananya itu terpaksa dibatalkan karena pahamnya yang radikal dan tidak mudah berkompromi dengan status quo yang berlaku pada waktu itu.
Karena gagal merintis karir dosen, Marx menerjunkan diri sebagai wartawan. Hal ini dimungkinkan karena golongan radikal pada waktu itu menerbitkan majalah oposisi di Koln dengan nama Rheinissche Zeitung.

Dengan segera Marx menjadi Pemimpin redaksi. Karena tulisannya terlalu pedas untuk pemerintah maka majalahnya segera diberanguskan, dan akhirnya dia pindah ke Paris.

Pada 1843, Marx menikah dengan Jenni von Westphalen, anak Baron von Westphalen. Hidup Marx mengalami masa berat ketika dia harus lari ke Brussel dan London. Dia diusir dari Paris karena aktif bersama kelompok radikal menyuarakan kepentingan buruh dan rakyat kecil. Paris pada masa itu merupakan suatu pusat liberalisme dan radikalisme sosialis dan tokoh-tokoh revolusioner seperti St.Simon. Blanui, dll. Hal tersebut akhirnya mengubah keyakinan marx akan Penyalahgunaan sistem kapitalis yang meluas dapat dihilangkan oleh perubahan sosial yang hanya didukung oleh elit intelektual saja.

Momentum terpenting untuk merealisir cita-cita bersifat internasional yang diusahakan Karl Max sejak tahun 1845 membuahkan hasil, yakni dengan terbentuknya Liga Komunis (Communist League) di Brussel tahun 1847. Liga Komunis ini nantinya menjadi cikal bakal dari gerakan Pekerja Internasional Pertama (International Workmen’s Association).

Perlu disebutkan bahwa liga komunis yang dimaksud hanya merupakan organisasi kerjasama dari kaum buruh Inggris, Jerman, dan Perancis. Para pemimpinnya mencita-citakan terwujudnya sosialisme dan hidupnya senantiasa dalam pengawasan ketat pemerintahnya. Dengan terbitnya manifesto komunis, maka kaum buruh merasa punya dorongan semangat untuk mengadakan revolusi. Dan kejadian yang dimaksud betul-betul terjadi dengan meletusnya revolusi liberal di Eropa.kekacauan di Perancis terjadi pada tangal 24 Februari 1848 kemudian meletus di Inggris, Jerman dan Brussel tempat Marx bermukim. Sadar akan pengaruh yang ditiupkan Marx, maka pemerintah Belgia menangkapnya dan kemudian mengusirnya ke luar negeri (Ramly, 2000: 38).

Pada tahun 1848 Karl Marx bersama Freidrich Engels menerbitkan Manifesto Komunis. Tulisan perjuangan ini adalah protes melawan proses aliansi dalam dunia kerja dan produksi. Marx tidak mengharapkan hasil apapun dari parlemen dalam kehidupan masyarakat yang menurut pandangannya dikuasai perjuangan kelas. Tajam sekali kritik Marx terhadap gereja dan agama (candu bagi rakyat). Kenyataan sosial-ekonomi, “penyangga” dari proses produksi, menurut pendapatnya, menentukan permukaan kehidupan agama, filsafat, dan hukumnya. Untuk mencapai masyarakat yang adil, berbagai hubungan dalam proses produksi harus diubah. Apabila melalui suatu revolusi kaum proletar dapat menguasai proses ini, maka akan dapat dicapai keadaan yang layak secara manusiawi. Proletariat ini dilihat Marx sebagai pencipta negara keselamatan yang baru, yaitu kehidupan dunia bersama yang adil (Noordegraff, 2004: 105).

Di London, Marx membuat karya besarnya (magnus opus) yang dikenal luas dengan judul Das Kapital. Karya inilah yang kemudian, memberi banyak sumbangan bagi perkembangan pemikiran-pemikiran sosial ekonomi selanjutnya. Lewat tulisannya Marx mendorong kaum buruh untuk berjuang demi emansipasi di tengah masyarakat. Karl Marx meninggal di London pada 14 Maret 1883 (wikedia.com)

Latar Belakang timbulnya Pemikiran Karl Marx

Revolusi industri menyebabkan perubahan drastis dalam hubungan masyarakat. Tidak semua orang menarik keuntungan dari berkat-berkat kemajuan teknis ekonomi ini, yang begitu disanjung orang. Terciptalah suatu masyarakat kelas bahwa para pemilik mempunyai kepentingan yang sama sekali lain dari kepentingan orang miskin. Kemiskinan itu menjadi suatu fenomena struktural dan berkembang, terutama di kota-kota yang tumbuh pesat, dengan ukuran massal (Noordegraff, 2004: 105)

Karl Marx adalah seorang anak dari zaman Revolusi Industri yang saat itu sedang melanda eropa. Berkembangnya kapitalisme dan revolusi industri telah melahirkan banyak masalah baru. Pertumbuhan penduduk naik dengan cepat, banyak orang daerah yang pergi ke kota untuk mencari pekerjaan sehingga timbul krisis di perkotaan. Pemukiman kumuh muncul dimana-mana. Kaum wanita dan anak-anak di ekspliotasi dan dipekerjakan dengan jam kerja yang lama, melelahkan serta diperlakukan kurang manusiawi. Rakyat miskin perkotaan benar-benar hidup dalam penderitaan sehingga melahirkan banyak pemberontakan buruh. Pada saat seperti inilah karl Msrx lahir, berkembang dan menelurkan gagasannya (Zazuli, 2009: 74).

Industri-industri besar menelan modal yang besar dan hal ini sama artinya dengan kekuasaan ekonomi di tangan segelintir orang. Karl Marx menunjukkan betapa kaum buruh menjadi semakin miskin (Ramly, 2000: 24).
Zaman pencerahan tidak mendukung perkembangan cita-cita sosialis karena dimotori oleh kelas borjuasi dan borjuasi memperjuangaan kebebasan politik untuk dapat bebas berusaha dan berdagang justru agar dapat mengumpulkan milik pribadi sebebas-bebasnya. Yang mereka tuntut adalah kesamaan politis dan kesamaan di depan hukum, dan bukan kesamaan ekonomis (Suseno dan Magnis, 2001: 18)

Pandangan-pandangan sosialis modern terbentuk antara 1789 (Permulaan Revolusi Perancis) dan 1848 (Revolusi 1848). Ada dua persitiwa yang menjadi konteks kelahiran cita-cita sosialisme modern itu: Revolusi Perancis (1789-1795) dan Revolusi Industri. Revolusi perancis menulis tuntutan kesamaan di atas bendera etikanya. Dan Revolusi Industri menciptakan proletariat industrial yang dengan paling tajam memperlihatkan bahwa masyarakat justru tidak sama, melainkan terpecah antara mereka yang kaya, seringkali kaya raya, dan mereka yang melarat tanpa harapan Proletariat sekaligus akan merupakan kelas yang mengembangkan kekuatan untuk memperjuanganlan penghapusan jenjang yang tidak etis itu. Pendek kata, keadaan buruk kaum buruh industri menjadi katalisator yang mendorong para filosof untuk memperluas tuntutan kesamaan ke bidang ekonomi (Suseno dan Magnis, 2001: 18).

Dengan perlahan-lahan menjadi jelas bahwa perkembangan ekonomi bebas, yang didalamnya pemerintah tidak melibatkan dirinya, mempunyai pengaruh-pengaruh negatif untuk kaum buruh. Itulah sebabnya gerakan buruh mulai mengoperasikan dirinya dalam berbagai perserikatan pekerja dan mencoba memperoleh pengaruh politik. Orang lain lagi ingin memaksakan berbagai perubahan melalui jalan lebih radikal (Noordegraaf, 2004: 105).

Keyakinan dasar para pemikir sosialis modern adalah bahwa secara prinsipil produk pekerjaan merupakan milik si pekerja, milik bersama dianggap tuntutan akal budi. Diyakini bahwa masyarakat akan berjalan dengan jauh lebih baik kalau tidak berdasarkan hak milik pribadi. Kata “sosialisme” sendiri muncul di Perancis sekitar tahun 1830, begitu juga kata “komunisme” dipakai untuk aliran sosialis yang lebih radikal, yang menuntut penghapusan total hak milik pribadi dan kesamaan konsumsi serta mengharapkan keadaan komunis itu bukan dari kebaikan pemerintah, meelainkan semata-mata dari perjuangan kaum terhisap sendiri (Suseno dan Magnis, 2001:19).

Karl Marx menyaksikan eksploitasi kejam yang diderita oleh para buruh pabrik di Eropa pada permulaan fajar munculnya revolusi Industri serta kapitalisme terpimpin. Semua itu mendorong Karl Marx untuk mengambil kesimpulan dari filsafat sejarah, satu filsafat yang dapat ia gunakan untuk menganalisis problematika masyarakat dan politik. Akhirnya, dari aliran filsafat Hegel yang idealis, Karl Marx menemukan konsep kontradiksi dialektika, untuk kemudian Karl Marx tafsirkan dengan konsep tersebut sejarah manusia dengan satu penafsiran yang berbeda dengan idealisme Hegel. Akhirnya, Karl Marx menafsirkan bahwa sejarah manusia berdiri diatas konflik yang berkepanjangan antara kelas orang-orang yang dieksploitasi dan kelas orang-orang yang melakukan eksploitasi (Hamid, 2001: 268).

Materialisme Historis

Manifesto berisi sebuah filsafat sejarah, yang kemudian dikenal sebagai Materialisme Historis. Materialisme Historis adalah tafsiran sejarah dari sudut pendekatan ekonomi. Filsafat Materialisme Karl Marx memperlihatkan adanya keterkaitan dengan materialisme lama, namun materialisme Karl Marx mengarah kepada keterlibatan manusia sebagai subjek kesadaran (Ramly, 2000:177).

Terdapat sebuah pola atau bentuk dari sejarah manusia, dan sejarah adalah keterarahan menuju sebuah titik akhir. Akhir atau tujuan bukanlah sebuah kesadaran dari sebuah proses tetapi suatu wajah yang pasti dari organisasi ekonomi: Komunisme. Sebelum masyarakat siap dengan komunisme, masyarakat harus melewati struktur perkembangan sosial dan ekonomi.

Pada tahun 1848 adalah tahun pergerakan revolusi. Saat itu, para buruh bangkit dalam pemberontakan dan perlawanan di daerah-daerah industri besar di Eropa Utara. Ketidakpuasan para pekerja sampai pada puncaknya dan sesuatu yang dramatis diharapkan untuk membangun pergerakan aktivitas revolusioner. “Suatu warna sedang membayangi Eropa”, tulis Marx, “dan warna itu adalah Komunisme”.

Komunisme adalah sebuah kekuatan, gagas Marx, dan tiba saatnya kekuatan itu bersuara logis, hal ini jugalah yang menjadi bagian dari cita-cita Marx ketika menulis Manifesto. Ada pengaruh Hegel disini, dan secara jelas, materialisme historis Marx adalah karya kesadaran diri dalam fase Historis. Lebih dari yang absolut merealisasikan dirinya dalam sejarah, Marx berharap bahwa kelas pekerja akan merealisasikan kekuatannya dan menggunakannya (Garvey, 2010: 205).

Konsep kelas Marx mengidentifikasikan tiga kelas utama dalam masyarakat kapitalis, yaitu buruh upahan, kapitalis, dan pemilik tanah. Kelas tersebut dibedakan berdasarkan pendapatan pokok yakni upah, keuntungan, sewa tanah untuk masing-masinnya. Selanjutnya Marx juga melakukan pembedaan antara dimensi obyektif dan subyektif antara kepentingan kelas. Kesadaran kelas merupakan satu kesadaran subyektif akan kepentingan kelas obyektif yang mereka miliki bersama orang-orang lain dalam posisi yang serupa dalam sistem produksi (Garvey, 2010: 206)

Karl Marx meneruskan teori progres sejarah dengan aksentuasi konflik. Pemikirannya tentang hal ini tertuang dalam karya-karyanya yang diterbitkan bersama sahabatnya, Friedrich Engels, antara lain: Manifesto Komunis (1848) dan Das Kapital yang diterbitkan beberapa waktu setelah kematiannya. Pada intinya, ia menyatakan bahwa faktor dasar perubahan dan faktor utama yang menggerakkan aktivitas manusia adalah kebutuhan materiil hidupnya yang mesti dipenuhi (Hitami, 2009:11).

Marx berargumen bahwa manusia dalam sejarahnya secara sederhana mencari makan untuk memenuhi kebutuhan material mereka. Mereka makan semua binatang dan tumbuhan yang mereka temukan di sekitar mereka, mereka menggunakan bulu binatang dari hewan-hewan yang mereka makan untuk pakaian, mereke berlindung di gua-gua alami. Menurut Marx sejarah manusia dimulai ketika manusia-manusia secara aktual memproduksi sesuatu untuk memenuhi kebutuhan mereka, secara sederhana lebih daripada mengambil apa yang diberikan alam kepada mereka. Secara khusus, manusia mulai mengolah tanah untuk menanam dan membangun kandang untuk binatang-binatang yang kemudian akan dimakan dan kulitnya dijadikan pakaian. Manusia mulai mencari batu dan memotong pohon untuk membangun pondok dan secara bertahap menjadi perkampungan (Garvey, 2010: 206)

Sejalan dengan Garvey, Hitami (2009: 11) pun menyatakan bahwa, Manusia hidup dalam kesejahteraan jika kebutuhan ekonomisnya terpenuhi secara adil dalam kehidupan bersama. Keadaan ini terwujud pada tahap perkembangan awal masyarakat manusia yang biasa disebut komunisme primitif. Pada tahap berikutnya, terjadi perubahan struktur sosial dari masyarakat perburuhan/peternakan ke penggarap tanah untuk pertanian. Oleh karena lahan dan harta mulai dimiliki orang-orang tertentu maka pemilik tanah ini menjadi tuan sementara yang lain menjadi budak. Selanjutnya budak-budak ini terbebaskan dan menjadi pemilik tanah sekaligus sebagai pekerja taninya karena mereka dapat diperjualbelikan bersama dengan lahan yang mereka miliki. Status mereka dsedikit lebih tinggi dari budak, namun lebih rendah dari petani.

Pada tahap berikutnya muncul feodalisme yang ditandai oleh model produksi yang didasarkan pada agrikultur dan pemilik tanah. Para tuan tanah merupakan penguasa yang menikmati kekuatan politik terhadap massa petani dan pekerja. Selanjutnya, muncul kelompok borjuasi, yakni kelas menengah yang menjadi perantara antara petani dengan tuan tanah, aristokrat dengan pekerja, dan pengecer dengan saudagar. Tahap puncak ditandai dengan dominasi kelompok borjuasi dan industri. Modal terakumulasi dengan tak terbatas dan produksi terkonsentrasi pada industri berskala besar. Pada saat itu, pemilik modal menjadi sedikit namun dengan jumlah modal yang sangat besar, sementara masyarakat proletariat industri semakin banyak dan semakin tertekan, pada waktu yang sama semakin kuat. Dalam keadaan seperti itu timbul konflik berupa konfrontasi antara proletariat dengan kelas borjuasi yang akhirnya dimenangkan oleh pihak proletar, dan masyarakat tanpa kelaspun segera terbentuk. Jadi kunci penjelasan Marx tentang perubahan adalah konflik antara kelas proletariat dengan kelas borjuasi yang semata-mata didasarkan pada motivasi ekonomi (Hitami, 2009:12).

Karl Marx adalah seorang filsuf humanis. Dalam pemikirannya, penekanan ada pada usaha mencapai emansipasi dengan penghapusan sistem kelas dan alienasi dalam masyarakat. Perubahan sosial yang ingin dicapai Marx adalah penghapusan sistem hak milik. Lewat penghapusan hak milik, masyarakat yang ada adalah masyarakat tanpa kelas (klassenlose Gesellschaft). Masyarakat yang demikian inilah masyarakat yang adil dan menjadi ruang manusia mencapai kebebasan sepenuhnya sebagai pribadi (Garvey, 2010: 204)
Hampir semua unsur filsafat dalam Marxisme dipinjam dari Hegel. Sampai saat ini pun kalangan marxis masih menggunakan terminologi Hegel. Ada baiknya kalau disini disebutkan satu persatu ide Hegelianisme yang juga menjadi isi penting Marxisme.

  • Pertama, realitas bukanlah suatu keadaan tertentu, melainkan sebuah proses sejarah yang terus berlangsung.

  • Kedua, karena realitas merupakan sebuah proses sejarah yang terus berlangsung, kunci untuk memahami realitas adalah memahami hakikat perubahan sejarah.

  • Ketiga, perubahan sejarah tidak bersifat acak, melainkan mengikuti suatu hukum yang dapat ditemukan.

  • Keempat, hukum perubahan itu adalah dialektika, yakni pola gerakan triadik yang terus berulang antara tesis, antitesis, dan sintesis.

  • Kelima, yang membuat hukum ini terus bekerja adalah aliensi – yang menjamin bahwa urutan keadaan itu pada akhirnya akan dibawa menuju ke sebuah akhir akibat kontradiksi di dalam dirinya.

  • Keenam, proses itu berjalan di luar kendali manusia, bergerak karena hukum-hukum internalnya sendiri, sementara manusia hanya sekedar terbawa arus bersama dengannya.

  • Ketujuh, proses itu akan terus berlangsung sampai tercapai suatu situasi dimana semua kontradiksi internal sudah terselesaikan. Pada saat itu tidak ada lagi alieenasi, dan karenanya tdak ada lagi kekuatan yang bekerja untuk mendorong terjadinya perubahan.

  • Kedelapan, ketika situasi tanpa konflik ini tercapai, manusia tidak lagi terbawa arus oleh kekuatan-kekuatan yang bekerja di luar kendali mereka, melainkan untuk pertama kalinya manusia akan mampu menentukan jalan hidup mereka sendiri, dan mereka sendiri akan menjadi penentu perubahan.

  • Kesembilan, pada saat inilah untuk pertama kalinya manusia dimungkinkan untuk memperoleh kebebasannya dan pemenuhan diri.

  • Kesepuluh, bentuk masyarakat yang memungkinkan kebebasan dan pemenuhan diri itu bukanlah masyarakat yang terpecah-pecah atas individu-individu yang berdiri sendiri seperti dibayangkan oleh orang-orang liberal (Magee, 2008: 165)

Menurut Garvey (2010: 206) Yang membedakan pemikiran Hegel dengan Marx adalah Sejarah dalam pengertian Marx adalah perjuangan kelas-kelas untuk mewujudkan kebebasan, bukan perihal perwujudan diri Roh, bukan pula tesis–anti tesis Roh Subjektif, Roh Objektif melainkan menyangkut kontradiksi-kontradiksi hidup dalam masyarakat terutama dalam kegiatan ekonomi dan produksi. Jadi untuk memahami manusia dan perubahannya tidak perlu memperhatikan apa yang dipikirkan oleh manusia melainkan melihat segala hal yang berkaitan dengan produksi.

Teori Sejarah Marx tidak mencoba untuk menjelaskan sedikit mengenai sejarah manusia, tetapi menerangkan evolusi sebagai bagian dari teori sejarah, yang bernama sejarah sosial dan ekonomi. Pandangan Marx dimulai dengan klaim bahwa sebelum manusia secara kolektif melakukan atau mencapai sesuatu, seorang individu harus mampu berjumpa dengan kebutuhan materialnya yang fundamental. Sebelum semua itu, manusia perlu makan, mempunyai pakaian dan mempunyai tempat untuk berlindung.

Masyarakat dan warga negara mengandalkan bagian “model produksi” untuk menjamin kebutuhan dasar hidup. Bagian pertama dari manifesto, Marx menjelaskan pandangan bahwa sejarah dari peradaban eropa dicirikan dengan kemajuan dari model produksi yang kuno ke model feodal, dan dari model yang feodal ke model produksi yang kapitalis.

Berdasarkan konsep materialisme historis, Marx pun berpandangan bahwa realitas material menentukan kesadaran. Pandangan ini dijelaskan dalam struktur bangunan masyarakat dengan bangunan bawah dan bangunan atas. Bangunan bawah adalah kegiatan ekonomi masyarakat. Sedangkan, bangunan atas atau superstruktur adalah hasil dari pikiran dan kesadaran, seperti ideologi, ilmu, filsafat, hukum, politik, seni, dan budaya. Bangunan bawah adalah materi yang menentukan bangunan atas karena menjadi pondasi awal. Jika terjadi perubahan mendasar pada kegiatan ekonomi, bangunan atas akan mengikuti dengan sendirinya. Karena itu, dengan perubahan sosial penghapusan kelas, secara otomatis, masyarakat yang adil tercapai. Lewat revolusi perjuangan kelas, perubahan sosial terjadi, terjadi pula perubahan di bangunan atas.

Marx mengemukakan bahwa yang menentukan perkembangan masyarakat bukanlah kesadaran masyarakat, bukanlah apa yang dipikirkan masyarakat tentang dirinya tetapi keadaan yang ada, proses hidup yang nyata. Cara manusia menghasilkan apa yang dibutuhkan untuk hidup itulah yang disebut keadaan masyarakat. Dengan demikian, keadaan masyarakat selain mempengaruhi perkembangan masyarakat juga mempengaruhi kesadaran masyarakat itu sendiri.

Dalam pemikirannya, Marx membahas dan mengkritisi tiga bentuk dari sosialisme. Sosialis yang reaksioner berpikir bahwa kita dapat harus mengembalikan efek yang menyedihkan dari kapitalisme secara sederhana dengan kembali ke masa-masa feodal. Marx tidak ingin orang-orang mengalami hal yang menyedihkan dengan menganut kapitalisme; bagaimanapun, ia berpendapat bahwa kapitalisme adalah kelanjutan dari feodalisme. Marx mempertahankan komitmennya pada materialisme historis, karena itulah ia juga tetap berpikir dalam koridor tersebut. Untuk Marx, kapitalisme mengantarkan pada penderitaan, tetapi juga memunculkan makna penyelamatan ekonomi dan politik dari penderitaan.

Marx juga mengkritik para sosialis borjuis. Mereka adalah para sosialis yang dapat melihat keuntungan-keuntungan yang dibawa kapitalis pada masyarakat manusia tetapi berpikir bahwa efek negatif dapat diperbaiki dalam beberapa cara untuk membuat kapitalisme menjadi lebih sesuai. Sosialis borjuis percaya bahwa masyarakat kapitalis dapat menjadi kuat, stabil, dan harmonis dengan organisasi ekonomi jikalau keadaan dilemahkan lewat reformasi cara pikir yang melulu sosialis. Marx menolak versi sosialisme ini karena kapitalisme adalah sebuah kelas yang secara fundamental menguasai sistem ekonomi. Dimana ada kelas, disana ada konflik kepentingan, dan tidak dapat dihindari ada eksploitasi tidak dapat hanya dibiarkan saja karena, tentu saja, sebuah masyarakat dengan eksploitasi di dalamnya tidak dapat menjadi stabil dan harmonis.

Marx juga melawan variasi dari sosialisme utopis. Beberapa sosialis memiliki maksud baik, gagas marx, tetapi solusi mereka untuk keadaan yang menyedihkan yang dialami para pekerja, menurut Marx, masih naif. Sosialisme utopis tentu saja mengakui penderitaan yang dimunculkan dari sebuah sistem kapitalis, tetapi cetak biru mereka untuk sebuah masyarakat yang lebih bahagia, menurut Marx, tidak cukup radikal, dan tidak mengakar dalam konsep manusia secara alami. Sosialis utopis seperti Robert Owen melakukan eksperimen kecil dalam hidup sosialis yang pikirnya secara sederhana dapat disebarkan dalam ekonomi industri. Menurut Marx, tidak ada pilihan selama arti produksi ada di tangan kapitalis.

Menurut Marx, yang salah secara mendasar dengan tiga macam sosialis adalah bahwa semua secara umum gagal dalam merasakan potensi dari pertumbuhan massa proletar yang revolusioner dalam masyarakat kapitalis. Jika masyarakat ada untuk memperbaiki, jika hidup dari kelas pekerja adalah untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik, transformasi masyarakat akan menjadi lebih radikal. Yang diperlukan adalah revolusi. Manifesto dapat dibaca sekurang-kurangnya sebagai sebuah pelajaran tentang sejarah proletariat, sebuah gagasan untuk membuat mereka melihat kekuatan mereka dan tujuan historis mereka. Tujuan akhirnya, selalu seperti yang dikatakan Marx, adalah mendekatkan kemanusiaan dengan suatu dunia yang lebih baik (Garvey, 2010: 208).

Referensi :

  • Garvey, James. 2010. Dua Puluh Karya Filsafat Terbesar. Yogyakarta: Kanisius
  • Hamid, at Tijani Abdul Qodir. 2001. Pemikiran Politik dalam AlQuran, Kajian Polittik Islam. Jakarta: Gema Insani Prress
  • Hitami, Munzir. 2009. Revolusi Sejarah Manusia, Peran Rasul Sebagai Agen Perubahan. Yogyakarta: LkiS
  • Magee, Bryan. 2008. The Story of Philosophy. Yogyakarta: Kanisius
  • Noordegraaf. 2004. Orientasai Diakronis Gereja: teologi dalam prespektif reformasi. Jakarta: Gunung Mulia
  • Ramly, Andi Muawiyah. 2000. Peta Pemikiran Karl Marx (Materialisme Dialektis dan Matrialisme Historis). Yogyakarta : LkiS
  • Suseno dan Magnis Franz. 2001. Pemikiran Karl Marx: dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisiionisme. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
  • Zazuli, Mohammad. 2009. 60 Tokoh Dunia Sepanjang Masa. Yogyakarta: NARASI

Pemikiran Karl Marx


Karl Heinrich Marx lahir di kota Trier di distrik Moselle, Prussian Rhineland, Jerman, pada tanggal 5 Mei 1818. Dilihat dari silsilah keluarga, Marx termasuk keturunan rabbi Yahudi dari garis keturunan ibunya yang bernama Henrietta. Ayahnya bernama Heinrich seorang pengacara sukses dan terhormat di Trier. Marx dan keluarganya penganut Kristen Protestan (Kuper dan Kuper, 2000).

Kepribadian Marx sangat berbeda dengan ayahnya. Marx memiliki bakat intelektual, tetapi keras kepala, kasar, agak liar dan jarang mengedepankan perasaan. Pada usia delapan belas tahun, sesudah mempelajari hukum selama satu tahun di Universitas Bonn, Marx pindah ke Universitas Berlin. Di Universitas Berlin Marx berkenalan dengan pemikiran-pemikiran Hegel. Meskipun pada waktu itu Hegel telah meninggal tetapi semangat dan filsafat yang diwariskannya masih diminati dan menguasai pemikiran filsafat dan sosial di Eropa (Johnson, 1986). Sebelum mengenal pemikiran dan filsafat Hegel, Marx telah mengenal pemikiran dan filsafat Emanuel Kant, yaitu bahwa manusia berawal dari sebuah kesempurnaan (the holy spirit of God) tetapi kemudian masuk ke dalam dunia yang penuh keterbatasan, kotor dan tidak suci (Salim, 2002).

Hingga tahun 1844, Marx sangat dipengaruhi oleh pemikiran Hegel yang mengasumsikan segala sesuatu di dunia atau di masyarakat memiliki kontradiksinya yang kemudian kontradiksi itu akan menghasilkan sintesis sehingga segala sesuatu yang ada selalu akan mengalami dialektika. Namun setelah itu Marx berubah karena menganggap apa yang dipikirkan Emanuel Kant dan Hegel sangat idealis sehingga sulit diwujudkan.

Menurut Marx pemikiran Kant dan Hegel hanya bersifat ide bukan kenyataan dan pengalaman. Sampai tahun 1845 Marx menjalani kehidupan di Paris bersama dengan isterinya. Di Parislah Marx terbentuk sebagai seorang yang kritis terhadap masalah-masalah kemasyarakatan. Paris pada waktu itu merupakan kota yang dipenuhi kegiatan-kegiatan radikal, intelektual dan sebagai pusat liberalisme.

Tokoh-tokoh sosialis Prancis sangat mempengaruhi pemikiran Marx, seperti St. Simon dan Proudhon demikian juga tokoh revolusioner seperti Blanqui (Johnson, 1986). Interaksinya dengan berbagai tokoh sentral intelektual, radikal dan revolusioner di Paris itulah yang kemudian membawanya peduli dengan kaum buruh dan rakyat kecil yang tertindas. Kepeduliannya tersebut tampak ketika Marx menolak sistem kapitalis yang meluas dan

berusaha menggantikannya dengan sistem sosialis. Meluasnya sistem kapitalis itu menurut Marx mengancam kondisi-kondisi materiil dan sosial yang sesungguhnya dan tingkat kesadaran sosial kelas-kelas buruh. Kritik dan semangat yang mendasari Marx melakukan kritik terhadap sistem kapitalisme ini berangkat dari filsafat moral keadilan dan cita-cita untuk perubahan masyarakat menuju keadilan sosial ekonomi.

Berangkat dari pemikiran- pemikiran kritis Marx terhadap sistem kapitalis itulah yang menjadi cikal bakal lahirnya perlawanan Marx terhadap sistem kapitalis. Dalam perjuangannya menentang sistem kapitalisme tersebut Marx menulis beberapa karya ilmiahnya yang populer seperti: Economic and Philosophical . Economic dan Philoshopical itu berupa manuscript yang berisi analisisnya tentang ekonomi dan filsafat.

Karya lain yang menjadi prinsip dalam hidupnya diterjemahkan dalam tulisan yang diberi judul The Germany Ideology yang membahas masalah materialisme historis. Kemudian pada tahun 1857 Marx menulis suatu pernyataan yang menjadi program teoretis sebuah organisasi, yang diberinya judul Manifesto Komunis. Dalam perjuangannya yang tak kenal menyerah Marx terus menuangkan pemikirannya dalam karya yang bertajuk The Class Struggles in France and The Eighteenth Brumaire of Louis Bonaparte yang sesungguhnya sebuah essai. Karya yang paling menonjol dari Marx adalah Das Kapital yang menjelaskan kontradiksi internal dalam sistem kapitalis.

Dasar Pemikiran Marx Tentang Sosialisme


Pemikiran Marx tentang sosialisme lahir dari situasi politik represif di Prusia atau Jerman, masa itu yang telah menghapus kebebasan manusia. Berangkat dari situasi politik represif itu Marx membangun konsep pemikirannya tentang sosialisme yang menurutnya merupakan jalan yang jitu untuk melawan kapitalisme sekaligus mengembalikan kebebasan manusia.

Dasar pemikirannya itu dirumuskan sebagai berikut: Pertama, bagaimana membebaskan manusia dari penindasan sistem politik reaksioner. Kedua, bagaimana menghilangkan keterasingan manusia atas dirinya sendiri. Marx berkesimpulan bahwa keterasingan paling dasar adalah proses pekerjaan manusia. Tetapi sistem kapitalis menjungkirbalikkan makna pekerjaan menjadi sarana eksploitasi. Ketiga, akibat penguasaan atas diri manusia yang membentuk kelas penguasa (pemilik) dan kelas yang tereksploitasi (pekerja), maka manusia hanya dapat dibebaskan apabila milik pribadi atas alat-alat produksi dihapus melalui revolusi kaum buruh. Keempat, pemusatan pada hak-hak pribadi haruslah dihapuskan. Penghapusan itu hanya dapat dilakukan dengan menerapkan sistem sosialisme.

Marx mengklaim bahwa sosialismenya merupakan sosialisme ilmiah yang tidak hanya didorong oleh cita-cita moral melainkan berdasarkan pengetahuan ilmiah tentang hukum-hukum perkembangan masyarakat. Bagi Marx bahwa faktor yang menentukan sejarah bukanlah politik dan ideologi melainkan ekonomi. Perkembangan dalam cara produksi lama kelamaan akan membuat struktur-struktur hak milik lama menjadi hambatan kemajuan. Dalam situasi seperti ini akan timbul revolusi sosial yang melahirkan bentuk masyarakat yang lebih tinggi. Kelima, cara yang harus dilakukan adalah melalui revolusi kelas buruh dan dengan sendirinya akan menghapuskan hak milik pribadi atas alat-alat produksi dan mewujudkan masyarakat tanpa kelas atau classless society (Suseno, 2001).

Tema besar dalam pemikiran Marx sebenarnya berkisar pada konsep kritik atas ekonomi politik. Kritik terhadap ekonomi politik ini membawa Marx pada kritik filsafat mengenai pembagian kerja. Arah yang dituju adalah kembali ke belakang dan mempertentangkan antara perumusan pandangan atas kemanusiaan sebagai satu keutuhan sebelum datangnya industrialisasi, yakni sebagai suatu spesies yang tidak mengenal alienasi, dengan kondisi yang terpecah-pecah dan kalah dengan kapitalisme. Alienasi, terbagi- baginya kemanusiaan serta sub divisi individualnya, hal ini hanya terjadi dalam peradaban kapitalisme (Belharz, 2002).

Arah tersembunyi dalam argumen ini adalah perlunya pembebasan kemanusiaan atau proletarian yang ditegaskan Marx secara progresif di saat ia memasuki labirin ekonomi sendiri. Dalam pembebasan itu tidak dapat dipungkiri akan terjadinya benturan pada kepentingan politik, ideologi, dan agama, atau benturan antara struktur yang mapan terhadap kebudayaan, sistem nilai, ideologi dan agama yang berkembang, kemungkinan terjadinya konflik antara penguasa dengan rakyat, majikan dengan buruh dan patron dengan klien (Pelly dan Menanti, 1994).
Asumsi dasar inilah yang paling mendominasi pemikiran Marx dalam melakukan perubahan sosial pada masyarakat yang tertindas oleh sistem kapitalisme otoriter.

Pemikiran Marx Tentang Pertentangan Kelas


Comunist Manifesto-nya, Marx menulis sebagai berikut: sampai saat ini, sejarah masyarakat manapun di muka bumi ini adalah sejarah pertentangan kelas. Si merdeka dengan si budak, kaum bangsawan dengan rakyat jelata, tuan dan pesuruhnya, dengan kata lain antara penindas dengan yang tertindas atau ditindas. Posisi yang berhadap- hadapan ini akan selalu ada dan tidak dapat dibantah. Sekarang perlahan namun pasti akan ada perang terbuka, perang untuk merekonstruksi masyarakat pada umumnya dan khususnya, untuk menghancurkan kelas penguasa (Pals, 1996).

Pesan yang ingin disampaikan Marx adalah bahwa eksistensi manusia bukan ditentukan oleh sejarah kelahirannya dan bukan pula ide-ide yang ia miliki tetapi lebih banyak dikendalikan oleh faktor ekonomi yang dapat membuat manusia survive dalam hidupnya. Jika kebutuhan akan ekonomi sudah terpenuhi maka manusia akan mampu memenuhi kebutuhannya yang lain, yakni kebutuhan akan seks, hiburan,

keluarga dan lainnya. Dalam keluarga apabila manusia telah memiliki isteri dan anak maka kebutuhannya akan ekonomi menjadi bertambah. Hal ini menuntut manusia pada pemenuhan kebutuhan secara lebih komplek. Dalam pemenuhan kebutuhan itu menurut Marx hanya bisa dengan membangun dan mengembangkan apa yang disebut sebagai bentuk produksi (mode of production) .

Guna memenuhi kebutuhan hidupnya manusia akan menjalani kehidupan dengan mencari peluang kerja. Manusia akan terlibat hubungan kerja dengan masyarakat lainnya dan saling berhubungan dalam pekerjaan tersebut, hal inilah yang oleh Marx dinamakan sebagai relation of production . Misalnya hubungan antara petani dengan pedagang, nelayan dengan pembuat jala dan hubungan lainnya. Bagi Marx hubungan masyarakat seperti inilah yang lebih alami, dimana mereka dapat menikmati kehidupannya lebih alami tanpa ada benturan kepentingan di antara mereka.

Namun masyarakat mengalami perubahan ketika mereka sudah mengenal apa yang disebut privasi (hak milik pribadi). Hubungan produksi di antara mereka mengalami perubahan secara mencolok, si petani mengklaim tanah dan hasil pertanian adalah miliknya, dan nelayan juga melakukan hal yang sama. Maka yang terjadi adalah hubungan di antara manusia akan terjadi apabila ada proses ekonomi di dalamnya, yakni saat terjadinya tukar menukar barang, jual beli dan lainnya.

Dengan demikian maka model produksi yang dilakukan oleh masyarakat menjadi berubah. Dimana ada beberapa bagian dalam masyarakat yang tidak hanya mempunyai berbagai produk pangan, tetapi juga menguasai tanah. Konsekuensinya masyarakat yang tidak memiliki tanah akan menjadi pekerja atas para tuan-tuan tanah tersebut dan hal ini akan menimbulkan sikap ketergantungan yang sangat besar. Hak milik pribadi dan pertanian adalah dua hal yang sekaligus juga membantu terciptanya satu krisis hebat dalam kemanusiaan, yaitu pembentukan kelas-kelas berdasarkan kekuatan dan kekayaaan, dari sinilah muncul konflik kelas secara permanen (Pals, 1996).

Perkembangan selanjutnya masyarakat memasuki era modern, dimana kapitalisme memperkenalkan model produksi baru dalam bentuk perdagangan dan pabrik. Hal ini juga menimbulkan jurang baru bagi masyarakat yakni tetap akan ada tuan dan pekerja. Berkembangnya sistem kapitalisme semakin memperburuk keadaan, dimana para buruh terus menerus dipekerjakan (dieksploitasi) oleh majikan mereka, sementara kondisi ekonomi yang didapat sangat tidak seimbang. Kondisi inilah terjadi pertentangan kelas antara buruh dan majikan. Para buruh nekat melakukan perlawanan dengan melakukan penyerangan atas alat dan lahan milik majikannya. Bagaimanapun situasi seperti ini akan memicu perlawanan dari pihak pemilik tanah dan usaha, sehingga terjadi benturan keras antara kedua pihak ini.

Untuk membumikan teorinya Marx mempunyai tujuan, pertama misi edukasi yakni misi penyadaran kepada masyarakat yang belum mengetahui keadaan mereka sebenarnya. Kedua, aksi yaitu menyerukan kepada kaum proletar (rakyat miskin tertindas) untuk mempersiapkan lahirnya revolusi (Pals, 1996). Kenyataannya, pemikiran Marx ini sangat cepat menjalar ke pelosok dunia, dimana kaum proletar harus melakukan perlawanan terhadap kapitalisme yang menguasai tanah-tanah mereka.

Pemikiran Marx Tentang Materialisme Historis


Marx bukanlah satu-satunya orang yang mengetengahkan konsep pembagian dan pertentangan kelas. Walaupun harus diakui bahwa konsep pertentangan kelas pertama kali lahir dari pikiran Marx, yakni ketika Marx menjelaskan hubungan pembagian kelas sosial dengan beberapa tahapan perkembangan ekonomi dan meramalkan masa depan pertentangan kelas ini akan bermuara kepada satu revolusi dan hilangnya kelas-kelas sosial tadi (Pals, 1996). Hegel dalam beberapa pemikirannya juga telah menyinggung bahwa segala sesuatu yang bersifat material adalah sekunder sedangkan realitas sebenarnya adalah roh absolut atau ide absolut yang dalam ajaran agama disebut Tuhan. Meskipun pemikiran Hegel ini ditinggalkan oleh Marx karena dianggap tidak realistis dan sulit untuk direalisasikan.

Pada sisi yang lain konsep materialisme historis Marx merupakan sebuah reaksi terhadap interpretasi idealistik Hegel mengenai sejarah. Filsafat sejarah ini menganggap bahwa suatu peranan yang paling menentukan adalah yang berasal dari evolusi progresif ide-ide Marx menolak filsafat sejarah Hegel karena menghubungkannya dengan evolusi ide-ide sebagai suatu peranan utama yang berdiri sendiri dalam perubahan sejarah, lepas dari hambatan- hambatan dan keterbatasan- keterbatasan situasi materiil atau hubungan-hubungan sosial yang dibuat orang dalam menyesuaikan diri dengan situasi materiil (Johnson, 1986).

The Communist Manifesto dan Das Capital dari Marx telah menekankan pentingnya kebutuhan materiil bagi perjuangan kelas. Konsep Marx ini kemudian sangat dikenal sebagai Historical Materialism , yang mengungkapkan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh kedudukan materinya bukan pada idenya, karena ide juga merupakan bagian dari materi pula. Bagi Marx implikasi dari Historical Materialism adalah melihat economic structure sebagai awal dari semua kegiatan manusia dan merupakan penggerak perubahan yang akan memimpin perubahan termasuk proses perubahan sosial (Salim, 2002).

Marx menilai bahwa struktur ekonomi masyarakat yang ditopang oleh relasi-relasinya dengan produksi merupakan fondasi riil masyarakat. Struktur ekonomi masyarakat ini merupakan dasar munculnya supra struktur struktur hukum dan politik dan berkaitan dengan bentuk tertentu dari kesadaran sosial. Di sisi lain relasi-relasi produksi masyarakat itu sendiri berkaitan dengan tahap perkembangan tenaga-tenaga produktif material (masyarakat).

Kerangka model produksi dari kehidupan material akan mempersiapkan proses kehidupan sosial, politik, dan intelektual pada umumnya (Kuper dan Kuper, 2000). Titik tekan pada konsep Historical Materialism ini adalah manusia bila ingin sukses dalam kehidupannya harus memiliki ekonomi dan menguasainya dengan baik atau dengan kata lain siapa yang menguasai ekonomi maka ia akan berhasil menguasai yang lainnya. Prinsipnya ekonomi merupakan dasar dalam pembentukan dan perubahan sosial. Oleh karena itu manusia harus memiliki ekonomi dan mampu mengendalikannya secara baik.

Pandangan Marx Tentang Kapitalisme


Menilai konsep kapitalisme Marx tidaklah menekankan pada aspek politik semata tetapi juga pada aspek ilmu ekonomi yang pernah ditempuhnya beberapa tahun. Artinya sebelum menilai lebih jauh tentang kapitalisme, Marx terlebih dahulu mendalami konsep yang dipakai oleh sistem kapitalisme itu, sehingga apa yang diutarakan oleh Marx dalam berbagai konsep, kritiknya merupakan sesuatu yang terjadi dalam diri mereka.

Marx dengan kemampuan ilmu ekonominya menilai bahwa konsep kapitalisme adalah sistem sosio ekonomi yang dibangun untuk mencari keuntungan yang didapat dari proses produksi, bukan dagang, riba, memeras ataupun mencuri secara langsung. Tetapi dengan cara mengorganisir mekanisme produksi secara terukur sehingga mengurangi biaya produksi seminim mungkin atau melalui mode of production . Dengan keuntungan yang diperoleh mendorong terciptanya suatu kekuatan untuk menyeragamkan buruh dan menguasainya. Mode of production kapitalis menciptakan pasar untuk tenaga kerja, ketimbang hubungan manusia tuan secara tradisional (Faqih, 2002).

Selanjutnya Marx menganalisis dari konsep ilmu ekonomi bahwa sistem kapitalisme memiliki dua keuntungan dari sistem produksinya. Pertama, melalui jam kerja yang berlebihan yang sebenarnya adalah hak buruh. Namun dalam prosesnya buruh tidak pernah menerimanya sehingga tidak merasa dirugikan. Sebaliknya keuntungan itu menjadi hak penguasa yang telah memiliki kontrak yang menguntungkan dengan kapitalis. Kedua, kapitalis menyatakan bahwa harga jual adalah biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengusaha (kapitalis). Dengan demikian buruh tidak menikmati keuntungan apapun, karena keuntungan itu langsung menjadi hak pengusaha (Salim, 2002).

Perjuangan kompetisinya untuk memperoleh keuntungan, kaum kapitalis menggunakan mesin-mesin baru yang hemat buruh yang memperbesar kapasitas produksinya. Hal ini merusak keseimbangan antara kapasitas produksi dan permintaan dan hasilnya berupa satu spiral menurun, dengan permintaan pasar berkurang yang mengakibatkan berkurangnya keuntungan, berkurangnya investasi, berkurangnya kesempatan kerja yang mengakibatkan berkurangnya terus permintaan di pasaran dan seterusnya. Parahnya keadaan kapitalisme di masa krisis ekonomi, periode ini terletak dalam kecenderungan untuk memperbesar kapasitas produksi secara berlebih-lebihan.

Karena spiral ini terus berkembang menurun akhirnya terciptalah kondisi yang menghancurkan diri-sendiri. Antara lain misalnya sesudah terjadi periode kemerdekaan berupa tidak dimanfaatkannya alat produksi, maka kelebihan komoditi pelan-pelan berkurang. Juga perpanjangan jam kerja dan berkurangnya upah buruh, meningkatnya sejumlah nilai yang dihasilkan oleh buruh yang dapat dirampas oleh kapitalis sebagai nilai surplus dan dipergunakan untuk mempertahankan perusahaannya selama krisis itu (Johnson, 1986).