Bagaimana faktor psikologis seorang anak yang menerima pola asuh otoriter?

image

Pola asuh otoriter adalah pengasuhan yang kaku, diktator dan memaksa anak untuk selalu mengikuti perintah orang tua tanpa banyak alasan. Orangtua dengan pola asuh seperti ini juga tidak mengenal kompromi dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah dan orang tua tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya. Lalu, bagaimana faktor psikologis seorang anak yang menerima pola asuh tersebut?

Faktor psikologis dari kenakalan remaja meliputi hubungan remaja dengan orang tua dan faktor kepribadian dari remaja itu sendiri. Suasana dalam keluarga, hubungan antara remaja dan orang tuanya memegang peranan penting atas terjadinya kenakalan remaja (Gunarsa, 2009). Pengaruh peran orang tua sebagai pengasuh dirumah sangat memberikan kontribusi terhadap pembentukan kepribadian dan moral anak. Remaja yang nakal seringkali berasal dari keluargakeluarga dimana orang tua jarang memantau anak-anak mereka, memberi sedikit dukungan dan mendisiplinkan mereka secara tidak efektif (Sarwono,2011).

Terdapat empat aspek pola asuh otoriter menurut Casmini (2007) yaitu:

  • Aspek batasan perilaku (behavioral guidelines).
    Pada aspek ini, orangtua sangat kaku dan memaksa. Anak-anak sudah dibentuk sejak kecil sehingga mereka tidak mempunyai ruang untuk berdiskusi atau meminta keterangan. Aspek ini akan membawa dampak negatif terhadap anak dimana anak merasa tidak bahagia, ketakutan, tidak terlatih untuk berinisiatif, selalu tegang, tidak mampu menyelesaikan masalah (kemampuan problem solving-nya buruk) yang berakibat pada kenakalan. Penelitian Shanty (2012) menemukan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya kenakalan remaja adalah ketidak berfungsian keluarga, dimana peran orang tua dalam mencegah kenakalan anak remajanya berjalan kurang efektif.

  • Aspek kualitas hubungan emosional orangtua-anak (emotional quality of parent-child relationship).
    Gaya pengasuhan ini mempersulit perkembangan kedekatan antara orangtua dan anak dan tidak mengakui proses individuasi pada anak dan pertumbuhan otonomi pada diri anak. Kedekatan yang dapat berkembang dengan gaya pengasuhan seperti ini adalah kedekatan semu karena kedekatan tersebut muncul dari rasa takut anak untuk tidak menyenangkan orangtua dari pada keinginan untuk tumbuh dan berkembang. Ketidakdekatan orangtua dengan anak akan membawa dampak buruk terhadap perkembangan anak salah satunya adalah kecerdasan emosional. Penelitian yang dilakukan oleh Alfi (2016) mendapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pola asuh otoriter terhadap kecerdasan emosi, Hal ini berarti jika pola asuh otoriter tinggi maka kecerdasan emosi semakin rendah atau sebaliknya, jika pola asuh otoriter rendah maka kecerdasan emosi akan semakin tinggi.

  • Aspek tingkat konflik orang tua-anak (levels of parent-child conflict).
    Kontrol berlebihan tanpa kedekatan yang nyata dan rasa saling menghormati akan memunculkan pemberontakan pada anak dan akan menimbulkan konflik. Konflik antara orangtua dan anak akan membawa dampak negatif diantaranya adalah berkurangnya rasa sosial. Penelitian yang dilakukan oleh Luthfiah (2016), terhadap 40 remaja hasil penelitian menunjukan ada hubungan pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja di RW V Kelurahan Sidokare Kecamatan Sidoarjo Kota Kabupaten Sidoarjo pvalue 0,000 (karena pvalue< 0,05) hasil penelitian juga menunjukan kecenderungan kenakalan remaja dimiliki oleh anak dengan pola asuh otoriter yaitu sebanyak sebanyak (65.0%). Berdasarkan uraian tersebut maka kenakalan remaja salah satunya disebabkan oleh pola asuh orang tua yaitu pola asuh otoriter.

  • Aspek perilaku mendukung (behavioral encouraged).
    Pada aspek ini perilaku orangtua ditunjukkan dengan mengontrol anaknya daripada mendukung anaknya agar mereka mampu berfikir memecahkan masalah. Orangtua sering melarang anaknya dan berperilaku negatif dan memberi hukuman, jadi orangtua lebih memberi perintah daripada menjelaskan untuk melakukan sesuatu atau menyelesaikan masalah. Perilaku hukuman yang diberikan oleh orangtua kepada anak akan membuat anak gemar menentang, suka melanggar norma, kepribadian lemah dan menarik diri.