Bagaimana etiologi penyakit Myiasis?

Kata Myasis berasal dari bahasa Yunani, yaitu “myia” yang berarti lalat. Adapun defi nisi myiasis adalah infestasi larva lalat (Diptera) ke dalam jaringan hidup manusia atau hewan vertebrata lainnya dalam periode tertentu dengan memakan jaringan inangnya termasuk cairan substansi tubuh. Masyarakat Indonesia lebih mengenal penyakit ini dengan nama belatungan sedangkan penduduk India menyebutnya sebagai peenash atau scholechiasis. Selain pada hewan, kasus myasis juga terjadi pada masyarakat golongan sosio-ekonomi rendah terutama di negara tropis pada musim penghujan. Sampai saat ini, kasus myasis masih banyak dijumpai tidak hanya pada daerah kantung ternak yang dipelihara secara ekstensif (seperti di kawasan Indonesia Bagian Timur) tetapi juga pada peternakan intensif atau semi intensif termasuk pada hewan kesayangan.

Kata Myasis berasal dari bahasa Yunani, yaitu “myia” yang berarti lalat. Adapun defi nisi myiasis adalah infestasi larva lalat (Diptera) ke dalam jaringan hidup manusia atau hewan vertebrata lainnya dalam periode tertentu dengan memakan jaringan inangnya termasuk cairan substansi tubuh. Masyarakat Indonesia lebih mengenal penyakit ini dengan nama belatungan sedangkan penduduk India menyebutnya sebagai peenash atau scholechiasis. Selain pada hewan, kasus myasis juga terjadi pada masyarakat golongan sosio-ekonomi rendah terutama di negara tropis pada musim penghujan. Sampai saat ini, kasus myasis masih banyak dijumpai tidak hanya pada daerah kantung ternak yang dipelihara secara ekstensif (seperti di kawasan Indonesia Bagian Timur) tetapi juga pada peternakan intensif atau semi intensif termasuk pada hewan kesayangan.

Berdasarkan lokasi ditemukannya larva, myiasis dapat diklasifi kasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu dermal, sub-dermal atau kutaneous, okular, intestinal, dan urogenital. Adapun secara manifestasi klinis dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu kutaneus myiasis, migratori myiasis dan traumatika myiasis. Di Indonesia, umumnya myiasis yang terjadi di Indonesia tergolong kedalam traumatika myiasis.

Sebenarnya kasus myiasis masih sering terjadi, terutama di daerah endemik tetapi sering kali dilupakan. Langkah-langkah pengendalian masih harus terus dilakukan, yaitu pengobatan luka secara dini, pemantauan terhadap populasi lalat myiasis dan pengawasan lalu lintas ternak.

ETIOLOGI

Penyebab myiasis di Indonesia dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu lalat primer (Chrysomya bezziana atau the Old World Screwworm Fly), lalat sekunder (C.megacephala, C.rufi facies, C.varipes, Hemypirellia, Sarcophaga sp) dan lalat tertier (Musca spp) (Gambar 1). Larva C.bezziana bersifat obligat parasit yang hanya memakan jaringan hidup tubuh inangnya. Lalat ini pertama kali di koleksi di Kongo (Zaire) pada tahun 1909 dari sapi dan diidentifi kasi oleh Professor Bezzi. Meskipun identifi kasinya kurang tepat, tetapi untuk menghargai jasa beliau maka lalat tersebut diberi nama “bezziana” oleh Entomologis dari Perancis, Joseph Villeneuve. Adapun myiasis di Australia disebabkan oleh Lucilia cuprina dan L.sericata, myiasis di benua Amerika disebabkan oleh Cochlyomyia hominivorax (the New World Scerwworm Fly) dan myiasis di benua Eropa dan sebagian Asia disebabkan oleh Wohlfahrtia magnifi ca.
1