Bagaimana estetika dilihat dalam perspektif seni ?

Estetika dalam seni

Estetika dikutip dari bahasa Yunani aisthetikos atau aisthanomai yang berarti mengamati dengan indera. Di samping itu, pengertian estetika juga dapat dihubungkan dengan kata Yunani aisthesis yang berarti pengamatan atau persepsi

Bagaimana estetika dilihat dalam perspektif seni ?

Nilai seni pada dasarnya tergantung dari sudut pandang yang diambil. Dari sudut pandang sosiologi, seni merupakan kegiatan yang sebenarnya tidak ada artinya atau tidak perlu dilakukan karena seni sebagai suatu kemewahan yang tidak ada harganya. Sebaliknya, dari sudut pandang estetisme, beranggapan bahwa seni merupakan satu-satunya keberadaan yang tak dapat diganggu-gugat. Seni merupakan jawaban terhadap kebutuhan manusia untuk memperluas kegiatan. Hal ini dibuat hanya untuk membuat manusia menjadi senang, tanpa menyadari sepenuhnya, apa sebenarnya tujuan yang ingin dicapai.

Selanjutnya, kegiatan seni baru dapat dikatakan sehat, apabila dilakukan dalam batas-batas kewajaran. Menurut Kuypers : estetika merupakan cabang filosofi sistematis yang berkaitan dengan keindahan dan seni, walaupun menurut hematnya : keindahan itu kedudukannya sama dengan esensial, namun peranannya bersifat skunder jika dibandingkan dengan dimensi rokhaniah atau nilai simbolik tentang seni itu sendiri.

Dalam kaitan ini, Kuypers berbicara tentang adanya pengertian estetika yang dapat dibedakan menjadi dua yakni estetika isi (gehaltsaesthetik) dan estetika bentuk (gestalsaesthetik) (K. Kuypers, 1977).

Karya seni adalah bentuk ekspresi yang diciptakan bagi persepsi kita lewat indera dan pencitraan, dan yang diekspresikan adalah perasaan manusia.

Pengertian perasaan di sini dalam lingkup yang luas, yakni sesuatu yang dapat dirasakan, sensasi fisik, penderitaan dan kegembiraan, gairah dan ketenangan, tekanan pikiran, emosi yang kompleks dan berkaitan dengan kehidupan manusia. Seni bukan alat untuk terapi jiwa seniman dengan memuntahkan perasaannya dalam bentuk benda seni.

Seni adalah ekspresi perasaan yang diketahuinya sebagai perasaan seluruh umat manusia dan bukan perasaan dirinya sendiri. Kebenaran perasaan manusia tersebut yang harus dicapai dan ditemukan oleh seniman, meskipun ia dapat mendasarkannya pada pengalaman perasaan pribadinya (Susanne K. Langer, 1993).

Some of the aesthetic elements expressed in music include lyricism, harmony, hypnotism, emotiveness, temporal dynamics, resonance, playfulness, and colour.

(Beberapa elemen estetika diekspresikan di dalam musik yang meliputi lirik, keselarasan, hipnotis, berkenaan dengan suara, dinamika yang bersifat sementara, resonansi, melucu, dan warna.

Karya seni memiliki persyaratan ideal dalam hal bentuk dan struktur. Semakin kita mendalami pengertian bentuk dan struktur, maka akan semakin sulit untuk menerangkan dengan cara sederhana tentang konsep yang mendasarinya. Namun demikian, definisi cita rasa pada estetika tetap bersifat teoritis, karena cita rasa estetika yang abstrak terbatas pada aktivitas yang bersifat artistik.

image

Guna meningkatkan kualitas aktivitas artistiknya, seniman terikat oleh berbagai macam perilaku manusia. Perilaku tersebut dicapai melalui tiga tahapan:

1). Pengamatan kualitas rohani, seperti: kesukaan, kebiasaan, dimensi fisik, dan reaksi fisik lainnya,

2). Hasil pengamatan tersebut disusun dan diorganisasikan dalam satu pola dan bentuk yang menyenangkan, agar dapat memberi kepuasan lahir dan batin,

3). Pengamatan pada tahap satu dan dua dihubungkan dengan emosi atau perasaan, kemudian diekspresikan melalui suatu media sehinga menjadi karya estetik yang dapat dinikmati oleh orang lain sebagai pengamat.

Pencarian karya estetik merupakan suatu usaha dalam rangka membentuk komunikasi perasaan yang mampu memberikan kepuasan dan kenyamanan lewat keindahan. Kesadaran estetik selalu statis, sedangkan yang berubah-ubah adalah interpretasi masyarakat terhadap karya-karya yang mengandung nilai ekspresif.

Masalah ekspresif akan menjadi lebih bermakna jika digunakan untuk menerangkan reaksi emosional. Dalam mengekspresikan karya seni harus melalui kaidah-kaidah yang ketat dan dapat dianalisa secara rasional, dengan cara merinci berdasarkan berbagai unsur, seperti: titik, garis, bidang, proporsi, skala, harmoni, kesatuan, fungsi, dan lain sebagainya.

Dalam membuat karya seni, seharusnya faktor emosi merupakan faktor utama untuk mewujudkan suatu gagasan menjadi suatu bentuk visual yang diharapkan. Disamping emosi, faktor naluri juga memiliki peranan penting dalam mewujudkan sebuah karya seni. Namun demikian, tidak berarti bahwa semua kegiatan berkesenian selalu mengesampingkan terhadap faktor-faktor aktivitas intelektual. Sebaliknya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, dalam memahami estetika tetap mengacu dan terkait dengan faktor-faktor intelektualitas.