Bagaimana Diplomasi Pertahanan Indonesia dengan Amerika Serikat 2004-2009?

diplomasi
Urgensi peran diplomasi pertahanan sebagai instrumen penting dalam menggalang kerjasama dengan pihak lain untuk mencapai tujuan bersama. Bagaimana Diplomasi Pertahanan Indonesia dengan Amerika Serikat 2004-2009 ?

Diplomasi Pertahanan Indonesia dengan Amerika Serikat 2004-2009


IUSSD adalah forum yang digunakan untuk membahas normalisasi hubungan kerjasama pertahanan antara Indonesia dengan Amerika Serikat, dimana pada saat itu Indonesia masih terdaftar dalam pelarangan pembelian senjata mematikan (lethal weapon) dalam pembatasan kerjasama militer yang dikeluarkan Kongres AS kecuali dengan TNI AL pasca referendum Timor Timur pada 1999 (Congressional Record 2005). Sebagai akibat embargo tersebut banyak peralatan militer seperti suku cadang pesawat F-16 dan herkules yang tidak bisa dibeli Indonesia. IUSSD ini dilakukan beberapa kali:

  • Pertama, pada tahun 2002 forum IUSSD (Indonesia-US Security Dialogue) dilaksanakan di Indonesia yang menghasilkan sejumlah poin yaitu agar kedua negara bertumpu pada dialog untuk meningkatkan frekuensi komunikasi dan mendorong kejasama melalui kunjungan pada tingkat menteri dan pejabat tinggi.

  • Kedua, pada tahun 2004 forum IUSSD (Indonesia-US Security Dialogue) dilaksanakan di Amerika Serikat, dengan hasil kedua belah pihak sepakat bahwa forum ini penting dalam rangka menjalin komunikasi yang intensif bagi kedua institusi pertahanan. Serta dibahas sejumlah isu yaitu perlu diadakannya Bilateral Defense Dialog (BDD) antara militer yaitu US Pasific Command dan Mabes TNI, Namru (Naval Medical Research Unit), soal pasal 98 statuta Roma, dan normalisasi hubungan militer kedua negara (Kemhan 2001).

    Pada Mei 2005, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan kunjungan resmi ke Amerika Serikat dan melakukan pembicaraan dengan Presiden Amerika Serikat Geoge W. Bush. Ini merupakan momen bersejarah dalam pemulihan hubunngan kerjasama politik dan keamanan terutama soal kerjasama militer. Selain itu, kedua negara sepakat untuk melanjutkan kerjasama di bidang penegakan hukum dan kontraterorisme, karena kedua negara memiliki kesamaan pandangan dalam melihat fenomena keamanan regional dan global yang harus diatasi melalui kerjasama antar negara. Kedua negara sepakat bekerjasama di berbagai bidang lainnya demi kepentingan bersama sebagai negara sahabat.

  • Ketiga, pada tahun 2005 forum IUSSD (Indonesia-US Security Dialogue) dilaksanakan. Masalah yang dibahas lebih beragam antara lain yaitu situasi keamanan global dan regional, peran militer dalam penanggulangan bencana, upaya Indonesia melawan terorisme manajemen sumberdaya pertahanan, kerjasama International Military Education and Training (IMET), Foreign Military Financing (FMF), dan Foreign Military Sales (FMS). Forum ini tepat untuk berkerjasama dalam periode kritis dalam hubungan militer kedua negara.

    Akhirnya, November 2005 hubungan militer kedua negara kembali terjalin dengan dikeluarkan surat resmi dari Office of Defense Cooperation (ODC) dari Kedutaan Besar AS di Jakarta tentang Resumption of full military to military relations with Indonesia. Menurut Kemhan keputusan ini diambil karena Indonesia dinilai berhasil dalam proses demokratisasi dan penegakan HAM (Kemhan 2010). Tetapi yang patut dilihat pula adalah kedua negara memiliki kepentingan yang sama terkait dengan perkembangan lingkungan strategis yaitu terjaminnya stabilitas politik dan keamanan di kawasan Asia Tenggara.

  • Keempat, pada tahun 2006 forum IUSSD (Indonesia-US Security Dialogue) dilaksanakan di Washington DC. Dimana delegasi AS dipimpin Richard Lawless, Deputy Under Secretary of Defense, menyatakan pentingnya dialog antara pemerintah Indonesia dan AS sebagai wadah untuk menyampaikan pandangan tentang situasi keamanan di berbagai kawasan dan tantangannya serta mempererat hubungan kerjasama pertahanan (Kemhan: 2010). Sedangkan, Duta Besar RI Sudjanan Parnohadiningrat mengatakan perkembangan positif di dalam negeri merupakan prakondisi bagi peningkatan dialog agar kedua negara memetik manfaat dalam upaya bersama menciptakan keamanan global dan regional yang aman dan stabil. Beberapa hal dibahas pihak Indonesia, yaitu Assessment of US-Indonesia Relations, Indonesia’s national security issues, update on defense sector reform dan US-Indonesia Strategic Partnership. Delegasi Indonesia tidak memiliki permintaan spesifik namun menyatakan niat memanfaatkan program Defense Resources Management (DRM) dan National Guard State partnership. Dalam dialog ini, kedua negara menggaris bawahi lagi soal hasil pertemuan kedua kepala negara di tahun 2005 antara Presiden George W. Bush dan Susilo B. Yudhoyono yang menyimpulkan bahwa kedua negara memiliki kepentingan bersama untuk melakukan normalisasi kerjasama militer dan menyambut pemulihan program IMET bagi militer Indonesia (Kemhan: 2010).

    Selanjutnya dalam upaya peningkatan kerjasama militer, pada 2006 Menteri Pertahanan AS Donald Rumsfeld berkunjung ke Jakarta untuk bertemu dengan Presiden Republik Indonesia Susilo B. Yudhoyono dan sejumlah menteri seperti Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono dan Menteri Luar Negeri Hasan Wirayudha. Dalam pertemuan ini, SBY menyebutkan pentingnya normalisasi hubungan militer kedua negara sehingga kerjasama dapat dipermanenkan, serta Presiden SBY atas nama pemerintah RI mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan AS dalam penanggulangan bencana gempa dan tsunami di Aceh tahun 2004 dan gempa bumi Jawa Tengah tahun 2006. Sedangkan Rumsfeld menyatakan dirinya adalah salah satu pihak yang mendorong perubahan kebijakan terkait normalisasi tersebut termasuk dalam melobi Kongres AS (NYT: 2006). Selanjutnya, Menhan Juwono Sudarsono mengatakan kedua pihak antara lain membicarakan topik keamanan maritim di Selat Malaka dan keinginan Indonesia untuk membeli suku cadang pesawat F16.

  • Kelima, pada tahun 2007 forum IUSSD (Indonesia-US Security Dialogue) dilaksanakan di Jakarta. Pimpinan Delegasi Indonesia Mayjen Dadi Susanto menyatakan pentingnya bertukar pandangan dan gagasan terbaik dalam merespons setiap tantangan di era globalisasi. Selanjutnya, DadiSusanto menyatakan pentingnya dialog untuk memperbaiki pemahaman, persepsi dan kebijakan masing-masing negara dalam isu-isu keamanan di tingkat regional dan internasional, sehingga dapat mengurangi kesalahpahaman diantara kedua negara. Demikian pula pimpinan delegasi AS menyatakan dialog yang diadakan kedua negara dapat memantapkan dan meningkatkan hubungan antara RI dan AS (Kemhan 2010).

    Dalam kesimpulan pertemuan IUSSD 2007 ini, ada beberapa program yang diusulkan AS salah satunya yaitu Global Peace Operation Initiative (GPOI) yakni AS memberikan bantuan technical assistance untuk peningkatan kapasitas militer Indonesia dalam operasi perdamaian dunia (Peace keeping operation). Dalam pertemuan ini, delegasi AS menyampaikan bahwa (Kemhan 2010):

    “Indonesia sebagai partner strategik atau kunci dalam memerangi terorisme dikawasan ini. Kemajuan pesat Indonesia dalam memerangi terorisme menjadi catatan penting dan AS juga memberikan ucapan selamat atas keberhasilan Kontingen Garuda di Lebanon, serta AS mengakui harus belajar banyak dari Indonesia…”

    Salah satu kesepakatan yang dihasilkan forum ini yakni pencabutan embargo militer sudah memulihkan kembali program-program IMET sehingga dapat meningkatkan profesionalisme TNI di masa mendatang. Hasil kesepakatan dalam forum ini antara lain adalah kelanjutan program FMF (Foreign Military Financing), IMET, dan peningkatan pendidikan dan pelatihan.

    Bahkan dalam forum ini dibahas pula kerjasama militer bilateral yang direncanakan sebanyak 147 kegiatan selama tahun 2007 (Kemhan, 2010). Intinya kedua negara sangat berkeinginan melakukan kerjasama pertahanan karena adanya kepentingan strategis yang sama.

  • Keenam, pada tahun 2008 forum IUSSD (Indonesia-US Security Dialogue) dilaksanakan di Amerika Serikat. Dalam forum ini diharapkan dapat mengeksplorasi peluang kerjasama yang ditimbulkan oleh perubahan fenomena global dan regional dalam rangka semakin memperkuat strategic partnership antara Indonesia – AS dalam menghadapi tantangan keamanan bersama di kawasan. Sejumlah topik dibahas dalam forum yaitu soal Indonesia’s Defense White Paper, FMS, FMF, IMET, MoU Framework of Defense Activities, dan lain lain. Dalam pembahasan tentang pelibatan TNI dalam kerjasama militer dengan AS, delegasi Indonesia meminta pihak mitra di AS memulihkan kerjasama dengan Kopassus dengan tidak terlalu mengeksploitasi isu-isu di masa lalu. AS merespon hal yang terkait dengan Kopassus itu, pemerintah AS akan mempertimbangkan dengan matang karena peluang kerjasama ataupun tidak dengan Kopassus tetap melibatkan Kongres AS sebagai otoritas sipil (Kemhan 2010). Pada saat itu pimpinan delegasi AS menyatakan kepuasan atas perkembangan situasi politik di Indonesia dan khususnya reformasi TNI walaupun menyadari masih ada beberapa masalah yang belum selesai.

    Kunjungan remi Presiden Indonesia ke Amerika Serikat pada tahun 2008 menandakan hubungan kedua negara makin meningkat. Pernyataan Wakil Menlu AS John Negroponte mengindikasikan ada peningkatan kerjasama pertahanan antara kedua negara terutama di bidang penanggulangan bencana, keamanan maritim, maupun terkait persoalan regional lainnya.

  • Ketujuh, pada tahun 2009 forum IUSSD (Indonesia-US Security Dialogue) dilaksanakan di Jakarta. Delegasi RI dan AS menyatakan forum ini amat penting bagi peningkatan hubungan pertahanan kedua negara seiring dengan semangat pembentukan Comprehenship Partnership yang sedang dipersiapkan bersama dan akan ditandatangani oleh pemimpin kedua negara. Pimpinan delegasi Indonesia menyatakan dialog ini diharapkan dapat meminimalisir kesalahpahaman yang mungkin terjadi antara kedua belah pihak. Kemudian, pimpinan delegasi AS Robert Scher, Deputy Assistant Secretary of Defense for South and Southeast Asia, Office of the Secretary of Defense,menyampaikan bahwa Indonesia mempunyai posisi yang amat penting dan berharga di mata Amerika maupun dunia pada saat ini (Kemhan, 2010).

    Kemudian, isu-isu yang dibahas dalam forum kali ini selain topik kerjasama militer antara kedua negara, yaitu soal perkembangan lingkungan strategis di Asia Pasifik termasuk juga isu-isu terkini di Asia Selatan.Sehingga kedua belah pihak dapat memahami posisi dan persepsi masing-masing terkait sejumlah isu yang berkembang saat itu.

    Dari penjelasan di atas dapat diambil benang merah bahwa kedua negara terlihat mengedepankan diplomasi pertahanan dalam bentuk forum dialog, kunjungan antar pejabat tinggi dari Kementerian Pertahanan dan militer, kunjungan tingkat tinggi, dan lain-lain. Diplomasi melalui forum IUSSD adalah bagian dari peningkatan kepercayaan diantara kedua belah pihak agar dapat memahami posisi dan persepsi masing-masing sekaligus ajang pembahasan normalisasi kerjasama pertahanan. Terlihat sekali bahwa upaya mengembangkan saling percaya dalam bentuk dialog dan negosiasi menjadi sangat penting dalam meningkatkan kerjasama pertahanan dan keamanan kedua negara. Kalau melihat tujuan dari diplomasi pertahanan seperti meningkatkan daya tawar, meningkatkan kontak, dan meningkatkan saling kepercayaan kedua pihak, maka bentuk dialog dan kunjungan antar pejabat tinggi berhasil meningkatkan kerjasama militer (Supriyatno, 2014: 176-178). Intinya kedua belah pihak memahami kerjasama adalah pilihan rasional dalam menghadapi ancaman keamanan yang dihadapi kedua negara, terutama yang berasal dari regional dan internasional.

Sumber:
https://www.researchgate.net/publication/337356416_PERAN_DIPLOMASI_PERTAHANAN_INDONESIA_DALAM_KERJASAMA_PERTAHANAN_INDONESIA_DAN_AMERIKA_SERIKAT