Bagaimana Diet atau Makanan Rumah Sakit?

image

Bagaimana Diet atau Makanan Rumah Sakit?

Diet merupakan pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan setiap hari agar seseorang tetap sehat. Sedangkan diet Rumah Sakit adalah pemberian makanan dengan tujuan mencapai atau mempertahankan status gizi normal dan membantu kesembuhan, serta mencegah terjadinya komplikasi baru/masalah baru seperti diare atau intoleransi terhadap jenis makanan tertentu.

Diet/makanan yang disediakan di rumah sakit sebaiknya mengacu pada makanan yang seimbang dan beragam agar menjamin kecukupan energi, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan cairan. Sebagai contoh ada perbedaan pemberian diet pada pasien yang gemuk dan kurus. Pemberian diet bagi pasien yang gemuk atau kelebihan berat badan adalah menghindari terjadinya faktor resiko baru seperti sindrom metabolik, tekanan darah tinggi, jantung, stroke, diabetes, dan lain-lain, sedangkan pemberian diet pada pasien yang kurus adalah memberikan makanan yang adekuat sehingga dapat meningkatkan status gizi dan meningkatkan daya tahan tubuh dalam menghadapi penyakit, khususnya infeksi, dan membantu kesembuhan pasien dari penyakit dengan memperbaiki jaringan yang rusak serta memulihkan keseimbangan dalam tubuh (homeostatis).

Syarat umum makanan rumah sakit

Ada beberapa persayaratan dalam menyediakan makanan rumah sakit diantaranya:

  1. Makanan disajikan mempunyai kandungan zat gizi yang seimbang sesuai dengan keadaan penyakit dan status gizi. Nilai gizi merupakan syarat utama, disamping atraktif, menarik, rasa yang toleran dan aman. Pemenuhan nilai gizi dapat diperoleh dengan menghitung kebutuhan gizi individu pasien sesuai dengan umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, aktifitas dan faktor stress sesuai dengan jenis penyakitnya.

  2. Makanan yang disajikan mempunyai tekstur dan konsistensi yang sesuai menurut kondisi gastroinetstinal dan penyakit yang diderita oleh masing-masing pasien/pasien. Sebagai contoh pasien gastritis akut mungkin menerima makanan dengan tekstur lembut dan konsistensi semi solid untuk beberapa hari, sampai kondisi radang infesksi menurun.

  3. Makanan yang disajikan mudah cerna dan tidak merangsang, dan tidak mengandung gas, sehingga kemungkinan intoleransi terhadap makanan dapat diperkecil. Makanan diusahakan netral tidak terlalu pedas, manis, asin atau asam. Sebagai contoh bahan makanan yang sifatnya individual udang, kepiting sebaiknya tidak digunakan sebagai menu dasar, tetapi menu pilihan karena tidak semua orang bisa makan bahan makanan tersebut. Pemilihan sayur sebaiknya dipilih sayur yang mempunyai kandungan serat rendah dan menengah jangan yang tinggi, demikian pemilihan buah juga harus dipilih buah yang netral seperti papaya, jeruk, mangga, apel, dan menghindari buah yang merangsang seperti durian, sawo, nangka dan lain-lainnya yang sejenis.

  4. Makanan diusahakan bebas unsur aditif berbahaya (pengawet, pewarna, dll). Makanan alami yang segar lebih dianjurkan dari pada yang dikalengkan. JIka terpaksa menggunakan makanan kaleng biasakan dibaca labelnya,tanggal kedaluarsa, kondisi fisik kalengnya (hindari kondisi kaleng yang sudah cacat walaupun sedikit). Dengan demikian kemungkinan kejadian yang tidak diinginkan dapat dihindari.

  5. Makanan diupayakan mempunyai citarasa enak dan penampilan menarik untuk menggugah selera makan yg umumnya terganggu oleh penyakit. Nafsu makan dapat dipengaruhi dari indera penglihatan dan indra pengecap/pembau.

STANDAR UMUM MAKANAN DI RUMAH SAKIT

Ada 3 standar makanan di rumah sakit yaitu 1. Standar umum makanan rumah sakit (hanya berdasarkan konsistensi); 2. Standar khusus makanan rumah sakit (berdasarkan jenis penyakit) dan 3. Standar makanan untuk tes yang terkait dengan penajaman diagnosa.

Standar umum makanan rumah sakit

Standar umum Makanan RS yaitu Makanan biasa, Makanan lunak, Makanan saring dan Makanan cair (jernih, penuh, kental/semi solid).

1. Makanan Biasa
Makanan ini sama dengan makanan sehari-hari yang beraneka ragam, bervariasi dengan bentuk, tekstur dan aroma yang normal. Susunan hidangannya mengacu pada pola menu seimbang dan kebutuhan gizi individu atau pasien yang penyakitnya tidak memerlukan makanan khusus.Makanan sebaiknya mudah cerna dan tidak merangsang saluran cerna. Makanan ini diberikan untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien dan mencegah serta mengurangi kerusakan jaringan tubuh.

Syarat diet makanan biasa adalah energi sesuai dengan kebutuhan normal orang dewasa sehat dalam keadaan istirahat atau aktifitas ringan; protein 10-15 dari kebutuhan total, lemak 20-30 dari kebutuhan total dan karbohidrat 55-70 % kebutuhan total energi, cukup vitamin, mineral, air dan kaya serat. Makanan sehari-hari beraneka ragam dan bervariasi dan tidak merangsang saluran cerna.

Makanan yang tidak dianjurkan adalah makanan yang merangsang seperti makanan yang mempunyai lemak tinggi, terlalu manis, terlalu pedas, terlalu gurih, terlalu berbumbu dan minuman yang mengandung alkohol.

2. Makanan Lunak
Makanan lunak adalah makanan yang mempunyai tekstur yang mudah dikunyah, ditelan, dan dicerna dibandingkan dengan makanan biasa. Makanan ini mengandung cukup zat zat gizi.Makanan lunak bioasanya diberikan pada pasien yang mengalami infeksi dengan ada kenaikan suhu tetapi tidak terlalu tinggi, pada pasien habis operasi tertentu, pasien dengan kesulitan mengunyah dan menelan.Makanan lunak dapat diberikan langsung kepada pasien atau merupakan perpindahan dari makanan saring sebelum diberikan makanan biasa.

Syarat makanan lunak adalah adalah mempunyai kandungan energi, protein, dan zat gizi lain cukup.Bentuk makanan lunak atau cincang sesuai dengan keadaan penyakit dan kemampuan makan pasien.Makanan diberikan dalam porsi sedang, 3 kali makan dan 2 kali makanan selingan.Makanan mudah dicerna, tidak merangsang, dan rendah serat. Contoh menu makanan lunak adalah nasi, pepes Ikan (tanpa cabe), tempe bacem, sayur bening bayam, buah papaya

3. Makanan Saring

Makanan saring merupakan makanan semi padat yang mempunyai tekstur lebih halus daripada makanan lunak, sehingga mudah ditelan dan dicerna. Makanan ini biasanya diberikan pada pasien dengan indikasi sesudah mengalami operasi tertentu, infeksi akut termasuk infeksi saluran cerna; pada pasien dengan kesulitan menelan,mengunyah atau sebagai perpindahan makanan cair kental ke makanan lunak. Sifat makanan adalah semi padat dengan nilai gizi sedikit kurang adekuat, kurang seimbang karena kurang serat dan Vitamin C.

Syarat makanan saring adalah rendah serat, dan hanya diberikan dalam waktu yang pendek yaitu 1- 3 hari saja, karena kurang memenuhi kebutuhan gizi terutama energi dan zat gizi (vitamin dan mineral). Makanan dalam bentuk halus atau diblender dan diberikan dalam porsi kecil dengan pemberian 6-8 kali makan. Contoh makanan saring adalah bubur tepung beras, gadon daging, perkedel tahu bakar, wortel cream soup, dan podeng caramel sebagai hidangan penutup.

4. Makanan Cair

Makanan cair merupakan makanan yang mempunyai konsistensi cair sampai kental. Makanan ini diberikan pada pasien dengan indikasi pasien mengalami gangguan mengunyah,menelan dan mencerna makanan yang disebabkan karena menurunnya kesadaran, suhu tinggi, mual, muntah, atau pada pasen yang baru saja mengalami perdarahan saluran cerna serta pada pasien pra atau pasca bedah. Makanan cair merupakan makanan tahap awal paska perdarahan saluran cerna .Makanan ini dapat diberikan secara oral, enteral maupun parenteral.Berdasarkan konsisitensi makanan cair dikelompokan dalam 3 jenis yaitu 1) makanan cair jernih; 2) makanan cair penuh dan 3) makanan cair kental.

  • Makanan cair jernih
    Makanan cair jerniah adalah makanan yang dalam bentuk cair pada suhu ruang, tanpa/sedikit mungkin residu dapat tembus pandang jika diletakkan dalam wadah bening. Tujuan pemberiannya adalah memenuhi kebutuhasn cairan tubuh yang mudah diserap dan hanya sedikit meninggalkan residu; mencegah dehidrasi dan menghilangkan rasa haus.Makanan ini biasanya diberikan pada pasien pra atau paska bedah tertentu, pasien yang ada mual dan muntah dan sebabagai makanan tahap awal paska perarahan saluran cerna.Nilai gizi makan cair relatif rendah dan hanya mempunyai kandungan 1 zat gizi yaitu karbohidrat. Syarat diet makanan cair diantaranya makanan dalam bentuk cair jernih yang tembus pandang; bahan makanan hanya bersumber dari sumber karbohidrat; tidak merangsang saluran cerna dan mudah diserap; mempunyai residu sedkit, diberikan hanya 1-2 hari saja, setiap hari dapat diberikan dalam 5-6 kali pemberian antara 150-200 cc (porsi kecil tapi sering).
    Bahan makanan yang boleh diberikan antara lain teh, sari buah, sirop, kaldu jernih serta cairan mudah dicerna seperti cairan yang mengandung maltodektrin. Makanan dapat ditambah dengan suplemen yang mempunyai energi tinggi tetapi rendah sisa.

  • Makanan cair penuh
    Makanan cair penuh adalah makanan cair yang semi padat pada suhu ruang, dan tidak tembus pandang jika diletakkan pada tempat bening. Makanan cair ini diberikan pada pasien yang mempunyai gangguan mengunyah, menelan atau mencerna makanan padat. Pasien yang menerima makanan ini biasanya pasien yang mengalami operasi mulut atau tenggorokan, dan atau pada kesadaran menurun. Makanan ini dapat diberikan secara oral, enteral maupun parenteral.
    Syarat makanan cair penuh diantaranya tidak merangsang saluran cerna; bila diberikan lebih dari 3 hari, makanan tersebut harus memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi pasien; Kandungan energi minimal 1 kkal/1ml. Konsentrasi cairan dapat diberikan bertahap dari ½, ¾, sampai penuh. Osmolaritasnya kurang dari 400 mosml.
    Ada 2 jenis makanan cair penuh di rumah sakit yaitu formula rumah sakit (FRS) dan formula komersial (FK). Formula rumah sakit adalah formula yang dikembangkan di rumah sakit dan diproduksi di rumah sakit. Bahan utamanya adalah susu full cream, susu skim, gula pasir, telur ayam, minyak, tepung maizena sebagai pengental. Formula ini dapat dimodifikasi dan disesuaikan dengan kondisi pasien. Pasien tidak tahan terhadap laktosa dapat diberikan formula rendah laktosa, dengan mengganti susu fullcream dengan susu rendah laktosa. Pasien dengan konstipasi maka formula dasarnya dapat ditambahkan buah. Ada 4 jenis makanan formula rumah sakit yaitu makanan cair penuh dengan susu, tanpa susu, rendah laktosa dan formula blender.
    Jenis makanan cair yang kedua adalah formula komersial. Formula komersial ini disesuaikan dengan peruntukannya atau indikasi penyakitnya. Penyakit diabetes mellitus, maka formula komersialnya yang mempunyai glikemik indeks rendah; Pasien yang alergi protein, maka formula komersialnya diberikan yang mengandung protein terhidrolisa. Pasien yang tidak tahan susu, dapat diberikan makanan cair tanpa susu, dan sumber proteinnya dapat diperoleh dari kacang hijau, tahu, tempe, telur, dan tepung seralia.

  • Makanan cair kental
    Makanan cair kental adalah makanan cair yang mempunyai konsisitensi kental atau semi padat pada suhu kamar dan mudah meniggalkan kerongkongan, sehingga tidak memerlukan pengunyahan dan mencegah terjadinya aspirasi, tetapi dapat memenuhi kebutuhan gizi. Makanan jenis ini sering diberikan pada pasien dengan peradangan kerongkongan, ulkus peptikum, atau gangguan struktural atau motorik pada rongga mulut. Makanan ini sebaiknya cairan cukup sehingga dapat mempertahankan keseimbangan cairan tubuh.
    Syarat makanan cair kental adalah harus mudah ditelan atau segera meninggalkan kerongkongan dan tidak merangsang saluran cerna; cukup energi dan protein, diberikan bertahap menuju makanan lunak dan pemberiannya porsi kecil tetapi sering yaitu diberikan setiap 2-3 jam sekali dalam 12 jam.
    Makanan ini adalah dapat dibuat dari makanan cair penuh yang dikentalkan dengan gelatin, atau ditambah dengan maizena, atau margarin sehingga konsistensi cair tapi kental, dan licin.

Standar khusus makanan rumah sakit

Standar khusus makanan rumah sakit adalah standar yang didasarkan pada keadaan

penyakitnya. Membahas makanan khusus rumah sakit ada 2 hal yaitu standar yang terkait langsung dengan modifikasi zat gizi untuk meringankan penyakitnya dan standar yang langsung untuk penyakitnya, kemudian persyaratan dietnya yang menggunakan modifikasi.

Standar makanan khusus yang terkait langsung modifikasi zat gizi

Standar makanan khusus yang terkait langsung dengan modifikasi zat gizi biasanya ditujukan untuk penyakit tertentu. Sebagai contoh Diet Energi Tinggi Protein Tinggi (Diet ETPT) Diet yang tidak hanya untuk penyakit infeksi saja, melainkan dapat digunakan untuk kondisi yang sedang tumbuh kembang seperti ibu hamil, menyusui atau sedang tumbuh. Dalam bahasan berikut akan dibahas beberapa contoh standar diet makanan khusus diantaranya Diet Energi Tinggi Protein Tinggi (Diet ETPT), Diet Lemak Rendah (Diet LR), Diet Protein Rendah (Diet PR), Diet Garam Rendah (Diet GR) dan Diet Tinggi Serat (Diet TS).

Diet Energi Tinggi Protein Tinggi (Diet ETPT)


Karakteristik dari diet Energi Tinggi dan Protein Tinggi adalah mengandung energi dan protein lebih tinggi (kurang lebih 30-50%) dari kebutuhan normal. Sumber protein sebaiknya berasal dari protein yang mempunyai nilai biologi tinggi, karbohidrat dan lemak sebaiknya diberikan cukup agar tidak menggunakan protein sebagai sumber energi. Diet ini biasanya diberikan pada pasien yang kurus, Kurang Energi Protein (KEP), demam, infeksi, hypothyroid, lukabakar,kehamilan, menyusui, pertumbuhan.

Bahan makanan sumber energi yang dianjurkan adalah semua bahan makanan yang diberikan pada pasien normal seperti nasi, roti, mentega, cream, gula dan minyak tetapi ditingkatkan jumlahnya. Sumber protein yang ditingkatkan jumlahnya diantaranya susu, telur, keju, daging, ayam dan ikan.

Diet Lemak Rendah (Diet LR)


Pengertian diet rendah lemak adalah diet dengan jumlah lemak hanya kurang lebih 10-15% total energi atau sekitar 20-30 g/perhari. Bahan makanan yang tinggi lemak dihindari. Bahan makanan diupayakan dimasak tidak menggunakan lemak, tetapi dipilih yang kandungan vitamin A tinggi. Bahan makanan yang dianjurkan adalah susu skim, telur, daging tanpa lemak, keju rendah lemak, sayur buah, nasi dan gula. Diet ini biasanya diberikan pasien dengan malabsorpsi, pankreatitis akut,dan kolesistitis dan penyakit celiac.

Diet Protein Rendah (Diet PR)


Diet rendah protein artinya diet yang disjaikan mempunyai energy sama seperti biasa, hanya total protein rendah yaitu kurang dari 50 % kebutuhan biasanya. Pada kondisi tertentu seperti anuria akut, atau koma hepatikum bahkan protein tidak diberikan sama sekali, berarti makanan atau diet hanya bersumber dari CHO dan lemak. Secara umum diet rendah protein, jumlah protein yang diizinkan berkisar antara 20-30 g per hari dan 2/3 protein tersebut sebaiknya berasal dari protein hewani atau protein yang mempunyi nilai biologi tinggi. Karbohidrat dan lemak sebaiknya cukup sehingga tidak mengganggu pemenuhan kebutuhan protein. Kalium dan natrium sebaiknya dipantau apakah perlu dibatasi atau tidak. Pemantauan bisa diamati dari nilai laboratorium seperti kadar kalium dalam darah, kadar natrium dalam darah serta klinisnya seperti apakah ada pusing, lemas, nadi cepat dan lain-lain. Diet ini diberikan pada pasien dengan gomerulonephritis akut, uremia, komahepatikum, glomerulo nephritis kronik dengan penahanan nitrogen.

Bahan makanan yang perlu dicermati adalah bahan makanan sumber protein jangan sampai jumlahnya kelebihan dari yang ditetapkan, sedangkan bahan makanan yang dibatasi adalah legum,kacang-kacangan, nasi, sereal , sayur dan buah.

Diet Garam Rendah (Diet GR)


Diet garam rendah adalah diet yang mempunyai kandungan natrium rendah yaitu antara 200-1300 mg per hari. Perlu diketahui bahwa garam tidak semata mata garam dapur (NaCL), tetapi juga soda kue (NaHCO3), baking powder , natrium benzoate , dan vetsin ( monosodium glutamate ). Makanan atau diet yang diberikan pada pasien tidak boleh tidak mengandung natrium, karena natrium diperlukan untuk keseimbangan cairan dan asam basa tubuh yaitu sebgai kation utama dalam cairan ekstrasellular, serta berperan dalam transmisi saraf dan konstrak si otot. Pada umumnya dalam hidangan kita sehari-hari adalah kandungan natrium kita lebih tinggi dari yang dibutuhkan, tetapi tubuh mempunyai kemampuan menetralkan/menyeimbangkan, yaitu dengan membuang melalui urin dan biasanya natrium urin yang dikeluarkan sama dengan natrium yang dikonsumsi. Kebutuhan normal natrium yang dianjurkan adalah 2300 mg perhari yang setara dengan 5 gram garam dapur (WHO 2015).Tentunya dalam benak kalian bertanya, mengapa natrium perlu dibatasi, tentunya jika kondisi tubuh tidak normal sehingga tidak mepunyai kemampuan menyeimbangkan, yaitu pada kondisi ada gangguan fungsi hati seperti sirosis hati, gangguan fungsi ginjal seperti gagal ginjal akut atau kronik, gangguan fungsi jantung seperti dekompensasi kordis, gangguan kehamilan seperti toksemia dan hipertensi esensial. Dan perlu diketahui bahwa sifat natrium dalah menahan air, maka efek dari kegagalan tubuh membuang garam adalah edema dan peningkatan tekanan darah. Selain itu dalam makanan kita tidak diperbolehkan tanpa natrium sama sekali karena natrium diperlukan seperti diuraikan diatas.

Tujuan diet garam rendah adalah membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Adapun syarat dietnya adalah cukup energi, protein, mineral dan vitamin, bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan dan keadaan penyakit pasien. Demikian pula jumlah natrium disesuaikan dengan berat dan ringannya retensi garam/air dan hipertensinya.

Dalam standar makanan rumah sakit ada tiga jenis diet garam rendah yaitu DGR I,II, dan III. Diet rendah garam I mempunyai kandungan natrium sekitar 200-400 mg, yang dipenuhi dari bahan makanan saja, tidak ada penambahan garam dapur atau bahan bahan makanan tinggi natrium dihindari. Diet ini diberikan pada pasien dengan keadaan edeme atau ascites dan atau hipertensi yang berat. Bahan natrium tinggi seperti garam dapur, bumbu penyedap, ikan asin, roti dan sejenisnya.

Diet Garam rendah II atau DGR II biasanya diberikan pada pasien dengan keadaan edema, ascites dan atau hipertensi tidak terlalu berat. Pemberian makanan sehari sama dengan diet garam rendah I, hanya pada pengolahan makananannya boleh menggunakan garam ½ sdt garam dapur (2 g). Jumlah natrium yang disarankan adalah sekitar 600-800 mg. Untuk memudahkan dalam praktek sehari-hari yang bisa dilakukan adalah penambahan garam sebaiknya diberikan pada sayur, sedangkan lauk dibiarkan tanpa penambahan garam, karena pada dasarnya lauk pauk seperti ikan, ayam, daging sudah mempunyai kandungan natrium relatif tinggi, walaupun tidak menggunakan garam masih relatif enak.

Pada pasien yang kondisi edema dan atau hipertensi ringan, dapat diberikan diet garam rendah III. Diet ini lebih bebas lagi yaitu penggunaan natrium antara 1000-1200 mg atau setara dengan garam dapur 4 g atau setara dengan 1 sdt. Pengolahannya sama dengan diet garam rendah II. Bahan makanan yang perlu diperhatikan bahan makanan yang di awet, bahan makanan kaleng, dan bahan makanan yang pengolahannya menggunakan garam sebagai pengawet seperti ikan asin, sosis, sarden dan lain lain yang sejenis.

Diet Tinggi Serat (Diet TS)


Pada prinsipnya diet tinggi serat adalah memberikan makanan sesuai dengan kebutuhan sehari pasien tetapi kandungan seratnya diberikan lebih agar dapat merangsang gerakan peristaltik usus sehingga defikasi berjalan normal . Serat yang dimaksud adalah karbohidrat dan jenis polisakarida yang terdapat dalam bahan makanan nabati. Serat pada umumnya tidak bisa dicerna oleh enzim pencernaan namun berpengaruh baik untuk kesehatan.

Serat terdiri dari 2 golongan yanitu serat larut air dan serat tidak larut air. Serat larur air dapat menurunkan resiko, mencegah dan meringankan penyakit jantung koroner dan dislipidemia karena serat ini dapat mengikat asam empedu sehingga dapat menurunkan penyerapan lemak dan kolesterol darah. Yang termasuk serat ini adalah pectin, gum, mukilase yang banyak terdapat pada havermouth, kacang-kacangan, sayur, dan buah-buahan. Serat tidak larut air mempunyai fungsi melancarkan defekasi sehingga mencegah konstipasi, haemoroid, divertikulosis dan mencegah terjadinya kanker kolon dengan mengikat dan mengeluarkan bahan-bahan karsinogen dari usus. Yang termasuk serat ini adalah selulosa, hemiselulosa dan lignin yang banyak terdapat pada dedak beras, gandum, sayuran dan buah-buahan.

Penatalaksanaan diet tinggi serat disesuaikan dengan kondisi pasien. Jika pasien gemuk maka pemberian diet adalah diet rendah kalori dengan penekanan tinggi serat. Yang dimaksud diet tinggi serat adalah makanan mempunyai kandungan serat lebih dari 25 g yaitu sekitar 30-50 g/hari. Persyaratan lain yang perlu diikuti diantaranya Energi disesuaikan dengan kondisi status gizi pasien, protein 10-15 dari total energy, lemak 20-25% total energy dan cairan lebih dari 2 liter perhari.

Standar diet khusus yang terkait langsung dengan penyakitnya.

Standar diet khusus yang langsung dengan penyakitnya adalah standard diet yang ditujukan utnuk penyakit atau organ yang sakit, diantaranya diet penyakit saluran cerna, diet penyakitm hati dan empedu, diet penyakit diabetes mellitus, diet penyakuit jantung dan pembuluh darah dan sejenisnya. Di dalam standard ini hanya diuraikan persyaratan umum saja misalnya prinsip pemberian makanan pada orang sakit adalah bertahap, maka pada standar disesuaikan baik dalam arti jenisnya, jumlah energinya, jenis zat gizinya, maupun pemberiannya. Nah untuk uraian standard diet khusu dibahas 2 saja yaitu diet penyakit saluran cerna dan diet penyakit diabetes mellitus.

Diet penyakit saluran cerna


Pada standard diet saluran cerna dibuat umum dan fleksible tetap dalam penggunaannya disesuaikan dengan kondisi penyakit dan status gizi dari masing-masing pasien. Berbicara saluran cerna itu panjang yaitu dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Untuk memudahkan dalam pembuatan standarnya dibagi dua yaitu standard gangguan saluran cerna bagian atas (mulut sampai dengan lambung dan usus dua belas jari) dan bawah (usus halus sampai dengan kolon). Pada umumnya gangguan saluran cerna diikuti dengan gejalanya yaitu mual, muntah, nyeri epigastrum, kembung, nafsu makan berkurang dan ada perasaan cepat kenyang. Oleh karena dasar standarnya adalah modifikasi yang bisa dikaitkan pada modifikasi konsistensi/bentuk, dan modifikasi zat gizi termasuk protein, lemak, dan vitamin tertentu disamping serat.

Pada kondisi akut mungkin modifikasi konsistensi dulu misal diberikan makanan cair, baru setelah masa akut teratasi ditambah dengan modifikasi nilai gizi. Dalam standard diet penyakit saluran cerna juga macam-macam disesuaikan dengan lokasi gangguannya, jika ganggguannya di lambung makan dietnya diet lambung. Diet lambung sendiri terdiri dari diet lambung I sampai dengan III. Biasanya penamaan ini didasarkan pada bentuk dan pemenuhan gizinya. Diet lambung I biasanya bentuk makanannya cair dan pemenuhan gizinya belum bisa optimal, bertahap misalnya hanya 70% dari kebutuhan pasien. Prinsip pemberian makanan rumah sakit adalah bertahap sesuai dengan kondisi organ dan kemampuan tubuh menerima makanan. Standar ini hanya memudahkan dalam perencanaan makanan untuk jumlah besar.

Diet penyakit Diabetes mellitus


Diketahui bahwa ada dua jenis diabetes mellitus terbesar yaitu tidak tergantung insulin (NIDDM) dan tergantung insulin (IDDM) dan sebagian besar pasien DM adalah jenis NIIDM. Salah satu faktor resiko penyakit DM jenis NIIDM adalah kegemukan dan faktor resiko DM IDDM adalah kurus, misalnya, maka dalam standar DM dibuat sampai dengan 8 standar yaitu standar 1 s/d 4 khusus pasien gemuk, standar 5 dan 6 untuk pasien dengan status gizi normal, dan standar 7 dan 8 untuk pasien DM kurus. Dalam standar tersebut dicantumkan juga pembagian makanan sehari juga yang didasarkan pada pedoman gizi seimbang yaitu nasi/penukarnya, sayur golongan A/B/C, buah, lauk hewani atau penukar, lauk nabati atau penukar, susu atau penukar, minyak atau penukar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Table 2.1 dan Tabel 2.2.

image

image

Tabel 2.1 menunjukkan jenis diet dan kandungan zat gizinya, sedangkan Table 2.2. menunjukkan uraian pola menunya, dari pola menu dapat dijabarkan menu yang disesuaikan dengan kondisi pasien. Sebaga contoh ada pasien DM gemuk, usia 56 tahun, maka setelah dilakuan pengkajian ditentukan diet DM nya adalah 1500 Kkal, ptn 50 g. Penterjemahannya ke menu dapat lihat pada Table 2.3. Sebagai contoh.

image

Dari pola menu dapat diterjemahkan ke menu sebagai contoh menumakan pagi. Makan pagi: Nasi putih, Balado ikan +tempe, Sayur rebus labu siam atau Nasi putih ¾ gelas, telur dadar, tumis kobis dan tempe. Untuk memudahkan membuat variasi menu maka perlu ada daftar bahan makan penukar.

Diet untuk tes pemeriksaan


Standar diet untuk pemeriksaan digunakan untuk memeriksa kelainan kelainan organ seperti saluran cerna, ginjal,kandung empedu, kolon dan lain-lain. Fungsi dari diet tersebut adalah untuk memperjelas hasil sehingga penegakan diagnosa dapat dilakukan dengan baik. Contoh, untuk mengetahui ada tidaknya perdarahan pada saluran cerna, dapat dilakukan dengan tes benzidin. Diet ini biasanya diberikan selama 2-3 hari saja, makanan diberikan dalam bentuk lunak atau saring, dengan memberikan bahan makanan yang tidak ada kandungan haemoglobin dan kloropil.