Bagaimana diagnosis dari hewan yang terinfeksi cacing Fasciola?

image

Dalam melakukan diagnosis penyakit cacing hati terutama untuk yang kronis adalah dengan melihat gejala klinis yang diperkuat dengan pemeriksaan feses secara mikroskopis untuk melihat ada atau tidak adanya telur Fascola.

Dalam melakukan diagnosis penyakit cacing hati terutama untuk yang kronis adalah dengan melihat gejala klinis yang diperkuat dengan pemeriksaan feses secara mikroskopis untuk melihat ada atau tidak adanya telur Fascola. Diagnosis penyakit cacing hati ini dapat meliputi pemeriksaan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan lainnya, misalnya dengan menggunakan Antigen Diagnostic Faciola. Untuk diagnosis dengan Antigen Diagnostic Fasciola cara melakukannya adalah sebagai berikut:

Terlebih dulu daerah pangkal ekor dicukur bulu-bulunya sampai bersih dengan garis tengah kira-kira 5 cm. Secara intradermal disuntikkan Antigen Diagnostic Fasciola sebanyak 0,2 ml tepat ditengahnya, agar tidak mengaburkan diagnosis dihindari daerah suntikan dengan sentuhan tangan atau gosokan alkohol. Setelah 15-30 menit, daerah bekas suntikan diperiksa, apakah terdapat suatu penebalan kulit, jika ada penebalan maka penebalan kulit tersebut diukur garis tengahnya dengan kutimeter.

Diagnosis terhadap Distomatosis dianggap positif jika garis tengah penebalan kulit sama atau lebih besar dari 15 cm dan diagnosis dianggap negatif jika penebalan kulit, garis tengahnya kurang dari 15 cm. Diagnosis dengan menggunakan Antigen Diagnostic Faciola ketepatannya besar yaitu untuk mendiagnosis pada sapi ketepatannya 90% dan pada kerbau 80%.

Sedangkan pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan feses yang diperoleh dari hewan yang akan didiagnosis. Sebagai konfirmasi menentukan diagnosis Fascioliasis dengan cara ini dianggap positif jika mendapatkan telur Fasciola pada feses. Cara tersebut antara lain:

  1. Pemeriksaan feses dengan cara natif
    Pada gelas obyek yang bersih diberi beberapa tetes akuades dan diberi sedikit feses, kemudian dicampur dengan baik sehingga terjadi suspensi yang tidak terlalu keruh, ditutup dengan gelas penutup dan diperiksa di bawah mikroskop, masing-masing contoh feses diulang sampai tiga kali. Dinyatakan positif jika didapatkan telur Fasciola.

  2. Pemeriksaan feses dengan cara pengendapan (sedimentasi)
    kemudian bagian yang paling jernih (supernatan) dibuang. Sedang bagian yang keruh (sedimen) dikocok, diambil dengan pipet dan diteteskan pada gelas obyek yang bersih kemudian ditutup dengan gelas penutup. Pemeriksaan dilakukan di bawah mikroskop, masing-masing feses contoh diperiksa tiga kali. Dinyatakan positif jika didapatkan telur Fasciola.

  3. Pemeriksaan feses dengan cara apung (floating)
    Terlebih dulu dibuat suspensi feses dengan akuades (1:10) dalam gelas plastik dan disaring, hasil saringan disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 1500-2000 rpm, kemudian supernatan dibuang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai supernatan jernih. Setelah supernatan jernih, supernatan dibuang, kemudian ditambah dengan larutan ZnSO4 pekat atau zat apung yang lain sampai 1 cm di bawah mulut tabung dan disentrifus lagi selama 5 menit dengan kecepatan 1.500-2.000 rpm. Kemudian permukaan tabung ditetesi dengan Znso4, pekat sampai permukaan cembung dan ditutup dengan gelas penutup. Selanjutnya gelas penutup diambil dan diletakkan pada gelas obyek yang bersih. Pemeriksaan dilakukan di bawah mikroskop dan diagnosis dianggap positif jika ditemukan telur cacing Fasiola.

Selain diagnosis dengan metode di atas, masih ada salah satu diagnosis yang cukup pasti yaitu diagnosis pasca mati. Diagnosis ini merupakan diagnosis akhir berdasarkan pemeriksaan pada organ hati tersebut ditemukan cacing Fasciola (gold standard).