Bagaimana di Amerika Musik Dapat Menjadi Jalan Tengah Berdiplomasi?

diplomasi musik
Bagaimana Musik Dapat Menjadi Jalan Tengah Berdiplomasi dan Berikan Contohnya?

Diplomasi Musik Amerika Serikat

Lisa E. Davenport dalam bukunya yang berjudul “ Jazz diplomacy: promoting America in the Cold War Era” menceritakan kisah diplomasi jazz yang dijalankan Ameika Serikat terhadap Uni Soviet dan negara-negara lain di dunia, terutama sekutu Soviet dalam 1954-1968, dimana dalam kurun waktu tersebut telah terjadi perubahan-perubahan penting dalam rivalitas kedua negara super power ini. Buku ini menggambarkan bagaimana diplomasi jazz ini telah mempengaruhi persepsi dunia terhadap Amerika Serikat sebagai sebuah negara demokrasi, ketika diplomasi ini dapat meredakan ketegangan politik dalam berbagai peristiwa genting yangg terjadi saat Perang Dingin. Overall , musik jazz yang digunakan Amerika Serikat sebagai instrumen diplomasi budaya ini telah berasil membentuk image barunya menjadi lebih baik di mata dunia.

Tur kebudayaan Amerika Serikat ini terjadi pertama kali pada 1954, yang menandakan turning point dalam kebijakan luar negeri dan domestiknya. Pada Juli 1954, Presiden Amerika Dwight D. Eisenhower melihat hal ini sebagai sebuah kebutuhan dalam Perang Dingin, di mana progam pertukaran budaya dengan negara-negara dunia dianggap sebagai jalan untuk memperbaiki persepsi dunia dalam memandang budaya dan kehidupan politik Amerika Serikat. Seperti yang telah dijelaskan oleh Nicholas Cull dalam bukunya, diplomas budaya merupakan bagian dari usaha besar Amerika dengan tujuan menanamkan P factor - dimensi psikologi dari power dalam menjalani Perang Dingin.

Musik Jazz telah mewarnai Uni Soviet dengan keunikan nilai-nilai Amerika dan di era 60-an pejabat Amerika Serikat mengabarkan bahwa kehadiran jazz di Uni Soviet dan ssekutunya telah menyebar kemana-mana. Ratusan artis dan musisi bepergian mengelilingi dunia sebagai representasi pemerintah Amerika Serikat. Ditambah lagi, kolaborasi juga tercipta antara musisi kedua negara saat pertunjukan berlangsung. Pada akhirnya, penyebaran Jazz di Uni Soviet dan kawasan Eropa Timur membantu menentukan arah rivalitas budaya antara negara s uper power tersebut di era Perang Dingin.

Ada sisi lain yang coba diangkat Lisa E. Davenport dalam bukunya ini. Disamping kesuksesan turnya, diplomasi jazz juga memperjelas dikotomi yang terjadi antar kaum kulit hitam dan kulit puti dalam bidang budaya dan politik. Namun, penampilan mereka di atas panggung mencerminkan komitmen akan sebuah perubahan revolusioner, perjuangan kulit hitam, dan mengisyaratkan adanya keharmonisan dan integrasi antara ras U.S State Department menyadari betul keadaan ini pada 1954-1968 ketika menjadikan Jazz sebagai sebuah instrumen containment saat Perang Dingin. Diplomasi jazz juga berkontribusi terhadap globalisasi budaya Alfo-Amerika di abad 21 sekarang.

Terdapat tulisan lain yang mengangkat tema tentang diplomasi musik Amerika Serikat, yaitu Greg Brian yang berjudul “ Three Cases of America Using Music as Diplomacy to Unite the World” . Sesuai judulnya, tulisan ini menceritakan bagaimana musik dapat membantu mencairkan ketegangan ubunga antara Amerika Serikat dan negara-negera seterusnya, dan yang terpenting menyatukan publik. Pada 26 Februari 2008 yang lalu, New York Pilarmonic Orchestra mengadakan sebuah konser di Korea Utara. Ini adalah kali pertama grup orkestra ini mengadakan pertunjukan di nergeri yang notabene adalah musik abadi Amerika Serikat ini. Brian menggambarkan bahwa penonton di sana sangatlah antusias dan positif menyambut pertunjukan ini, seperti layaknya mereka penikmat musik sejati. Berbanding terbalik dengan para elite pemerintah masing-masing yang masih meributkan soal kepemilikan nuklir.

Kasus kedua yang diangkat Brian adala cerita pianis klasik Van Cliburn yang tela memenangkan hati akyat Uni Soviet di saat Amerika Serikat adalah musuh terbesar mereka saat itu. Pada 1958 Nikita Kruschev yang menjabat sebagai Perdana Menteri Uni Soviet tengah mempersiapkan negaranya untuk mengalahkan Amerika Serikat daam perang ruang angkasa dengan mengirimkan satelit pertama. Mengingat hal ini, keikutsertaan Van Cliburn dalam international Tchaikovsky competition yang akan diadakan di Moscow merupakan pilihan yang berat. Ironisnya lagi Kruschev sendiri yang melanggar perhelatan tersebut demi menunjukkan superioritas negaranya di atas Amerika Serikat. Di sisi lain Presiden Amerika Serikat, Eishenhowe tidak terlalu khawatir tentang kepergian Van Cliburn ke Rusia untuk mengikuti kompetisi tesebut. Menurutnya, Van Clibun justru bisa mempelajari budaya dan bahasa Rusia, atau bakan mencari teman di sana.

Dalam tulisannya ini, diceritakan bagaimana para penonton memberikan tatapan sinisnya saat Van Cliburn mulai naik ke pentas untuk memainkan pianonya. Namun ketika musik telah dimainkan, susana gedung seketika hening. Para penonton tidak menyangka pianis kelahiran Texas ini tenyata memiliki teknik seorang master pianis Uni Soviet. Dan saat Van Cliburn selesai memainkan komposisi ‘Rachmaninoff Piano Concerto No 3’, tepuk tangan gemuruh penonton akhirnya tidak dapat dibendung lagi. Hal ini menandakan seakan-akan hubungan antara kedua negara Amerika Seikat dan Uni Soviet telah membaik. Dan hal yang paling menegangkan adalah di saat Kruschev harus menganugerahkan hadiah pertama pertama kepada pianis ini. Suatu hal yang sepertinya tampak mustahil pada masa itu. Keberhasilan Van Cliburn iini, kemudian diikuti dengan kunjunan musisi jazz Amerika Serikat Benny Goodman ke negara tersebut.

Kasus ketiga yang diangkat Greg Brian dalam tulisannya ini adalah saat kedatangan Philadelphia Orchestra yang termahsyur saat itu dengan konduktor Eugene Ormandy ke Beijing dalam rangka memuluskan hubungan Amerika Serikat yang saat itu dipimpin oleh Presiden Richard Nixon dengan RRC. Di sana grup ini memainkan beberapa komposisi China, seperti “ Yellow River Concerto ” yang ditulis oleh seorang komposer asli China. Lebih dari itu , para musisi ini juga belajar bahasa Cina demi menunjukkan respectnya terhadap budaya negara ini. Konser yang sampai sekarang masih diingat oleh publik China ini, telah membawa hubungan kedua negara jauh lebih dekat hingga meninggalnya Mao Zedong pada 1976.

Brian menekankan bahwa musik dapat menjadi jalan tengah dalam bediplomasi serta alat pemersatu publik dari negara-negara yang berseteru tersebut. Satu hal yang patutu dicatat adalah musisi yang tampil di suatu negara haruslah mempunyai respect yang tinggi terhadap budaya negara yang dikunjunginya tersebut, mulai dari bahasanya sampai mengerti kejiwaan masyarakatnya. Oleh karenanya, proses seperti iini besar kemungkinan akan berhasil bila diberi kesempatan untuk memperbaiki hubungan negara.