Bagaimana deskripsi mengenai Displasia Abomasi serta kejadian penyakitnya?

Displasia abomasi (DA) adalah gangguan pencernaan pada ruminansia yang disebabkan oleh tergesernya abomasum dari tempat aslinya. Bagaimana penjelasannya?

Deskripsi
DA ditandai dengan anoreksia total atau parsial berkurangnya jumlah tinja yang dikeluarkan, dan pada kebanyakan kejadian diikuti dengan ketonuria yang persisten.

Pergeseran abomasum pada sebagian besar kejadian (lk 90%) mengarah ke kiri, di mana sebagian besar abomasum tergeser dan terletak di sebelah lateral kiri dari rumen, di belakang omasum dengan kurvatura mayor abomasum yang terjepit di antara rumen dan dinding perut sebelah ventral. Pada penggeseran abomasum ke arah kanan lambung tersebut terletak di antara hati dan dinding perut sebelah kanan. Dapat juga pada penggeseran ke arah kanan tersebut abomasum tergeser ke belakang sampai di daerah panggul sebelah kanan. Pergeseran abomasum ke arah kanan juga sering abomasum. Pada penggeseran ke arah muka, organ tubuh tersebut terletak di antara retikulum dan diafragma, Pada umumnya disetujui bahwa istilah DA hanya digunakan untuk menggambarkan peng geseran abomasum ke arah kiri atau left displacement of abomasum (LDA).

Kejadian penyakit
Kejadian penyakit paling banyak dilaporkan pada sapi perah yang dipelihara di kandang dalam jangka waktu panjang, dengan makanan penguat trat) biji-bijian yang jumlahnya berlebihan. Praktek tersebut banyak dilakukan oleh para peternak dengan maksud untuk meningkatkan air susu sapi-sapi yang dipelihara.

Sapi perah yang memiliki ukuran tubuh besar biasanya lebih digemari oleh dengan harapan produksinya yang tinggi serta kecilnya kesulitan pada waktu melahirkan. Pada sapi-sapi yang bertubuh besar tersebut rupanya organ-organ dalam tubuhnya juga lebih mudah tergeser, hingga kejadian DA padanya juga lebih tinggi daripada sapi-sapi yang berukuran kecil.

Faktor pakan yang diberikan kepada sapi-sapi juga memegang peranan untuk terjadinya DA. Imbangan rumput dengan konsentrat memiliki korelasi langsung dengan kejadian DA. Makin tinggi rasio antara rumput dengan konsentrat makin tinggi pula kemungkinan terjadi DA. Tim peneliti dari Purdue University Indiana, Amerika Serikat, membuktikan bahwa rasio rumput dengan konsentrat sebesar 75:25 tidak menyebabkan timbulnya DA pada sapi-sapi percobaannya. Pada rasio rumput dengan konsen sebesar 45:55 mengakibatkan 4 dari 10 hewan percobaan trat mengalami displasia abomasi. Bangsa sapi tertentu, misalnya sapi Frisian Holstein (FH), cenderung mudah mengalami DA, hingga timbul dugaan bahwa faktor keturunan juga memainkan peranan untuk terjadinya penyakit. Pada sapi tipe pedaging kejadian DA hampir tidak pernah dilaporkan.

Referensi: Subronto. 1989. Ilmu Penyakit Ternak I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.