Bagaimana Dampak Perang Dunia II Terhadap Kondisi Politik, Ekonomi dan Sosial Negara Indonesia?

image

Dampak Politik


Setelah Jepang menyerah pada 15 Agustus 1945, Indonesia segera memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Dengan demikian, antara tanggal 15 Agustus sampai 2 September 1945, terdapat Vacuum of power di seluruh wilayah pendudukan Jepang, termasuk di bekas jajahan Belanda. Di masa Vacuum of power tersebut, para pemimpin bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945 menyatakan kemerdekaan bangsa Indonesia, dan pada 18 Agustus membentuk pemerintahan dengan pengangkatan Ir. Sukarno sebagai Presiden dan Drs. M. Hatta sebagai Wakil Presiden, sehingga dengan demikian tiga syarat untuk pembentukan suatu negara telah terpenuhi, yaitu :

  1. Adanya wilayah,

  2. Adanya penduduk, dan

  3. Adanya pemerintahan.

Beberapa saat kemudian, tentara sekutu dibawah Komando Asia Tenggara atau South East Asia Command (SEAC) yang dipimpin oleh Laksamana Lord Louis Mountbatten datang ke Indonesia. Pasukan sekutu (Inggris) yang bertugas di Indonesia tersebut diberi nama Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) dan dipimpin oleh Letnan Jenderal Sir Philip Christison. Mereka tiba di Jakarta pada 29 September 1945 dengan tugas utama melucuti tentara Jepang dan membebaskan para tawanan perang dan interniran sekutu. Mulanya masyarakat Indonesia menyambut kedatangan mereka dengan sikap yang netral. Namun sikap tersebut berubah menjadi permusuhan dan perlawanan setelah mereka mengetahui bahwa pada 7 Oktober 1945 tentara sekutu telah datang ke Indonesia dengan membonceng Nederlandsche Indische Civil Administrative (NICA) yang ingin menegakkan kembali kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia.

Meskipun di wilayah Hindia Belanda (Indonesia) telah berdiri pemerintahan Republik Indonesia (RI), Belanda tetap berkeyakinan bahwa wilayah tersebut masih berada dalam hak pemerintahan Hindia Belanda. Dengan berbagai cara Belanda berusaha keras untuk mewujudkan kembali kekuasaannya atas wilayah Indonesia. Sejak saat itu secara de facto telah terdapat dua pemerintahan di wilayah Indonesia, yaitu pemerintahan RI dengan pimpinan Soekarno-Hatta dan pemerintahan sipil Belanda NICA dengan pimpinan Letnan Gubernur Jenderal H.J. van Mook.

Bagaimana Dampak Perang Dunia II Terhadap Ekonomi dan Sosial Negara Indonesia?

DAMPAK EKONOMI


1.Dunia Perbankan

Pada 10 Oktober 1945 NICA telah memperoleh akses ke kantor-kantor pusat bank Jepang di Jakarta. De Javasche Bank (DJB) kembali diberi tugas sebagai bank sirkulasi dan mengambil peranan Nanpo Kaihatsu Ginko. Mulai saat itu bank-bank Jepang yang masih beroperasi di beberapa tempat telah berada di bawah pengawasan Belanda yang diwakili oleh DJB dan NHM. Kemudian bank-bank tersebut mulai dilikuidasi dan ditutup pada 15 Januari 1946. Pada saat pembukaan kembali kegiatan perbankan tersebut banyak permasalahan perbankan yang harus dihadapi oleh bank-bank. Untuk mengatasi hal itu dibentuk Komisi Perbankan pada Nopember 1945 yang terdiri dari Director of Finance sebagai Presiden dan anggota komisi yang terdiri dari seorang Managing Directors masing-masing bank di Hindia Belanda serta seorang sekretaris.

Sebagaimana yang terjadi pada dunia perbankan umumnya, DJB juga mengalami beberapa kesulitan ketika memulai kembali kegiatannya. Pada 15 Nopember 1945 Presiden DJB, Buttingha Wichers mengadakan pertemuan pertama setelah perang yang membahas beberapa resolusi menyangkut perbankan di Indonesia. Tetapi tidak lama kemudian, pada 17 Nopember 1945 Buttingha meninggal dunia karena serangan jantung. Meninggalnya Butinggha dan absennnya R.E Smits menyebabkan jabatan manajemen DJB lowong. Karena pada saat itu tidak dimungkinkan pemilihan manajemen DJB sesuai dengan prosedur, maka pada 28 Februari 1946 atas dasar kewenangan yang ada padanya, Letnan Gubernur Jenderal menunjuk J.C. van Waveren untuk sementara menjadi Presiden dan H.J. Manschot sebagai Managing Director . Namun posisi itu tidak lama bertahan, karena pada September 1946, R.E. Smits tiba di Indonesia dan Waveren mengundurkan diri dari jabatan Presiden karena harus meninggalkan Hindia Belanda untuk memulihkan kesehatan. Dengan Keputusan Letnan Gubernur Jenderal tanggal 10 Oktober 1946 R.E. Smits diangkat sementara sebagai Presiden dan H. Teunissen sebagai Managing Director DJB.

Dalam periode 1945-1949 kegiatan perbankan telah berjalan dalam dua wilayah pemerintahan yang berbeda. Sementara Bank-Bank Belanda kembali berjalan di wilayah yang telah diduduki Belanda, pemerintah RI juga mempunyai upayanya sendiri untuk membangun sistem perbankan nasional yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945. Sesudah Perang Dunia II pemerintah Belanda mendevaluasi Gulden Belanda sebesar 29,12%, yaitu dari ƒ 1,88 per USD menjadi ƒ 2,65 per USD. Devaluasi ini dilakukan pada 7 September 1945 di Nederland sedangkan di Hindia Belanda (Indonesia) baru dilakukan pada 6 Maret 1946. Karena tindakan devaluasi di Hindia Belanda dilakukan belakangan, maka rentang waktu antara 7 September 1945 hingga 6 Maret 1946 perbandingan pari 1:1 antara mata uang Gulden Belanda dengan Gulden Hindia Belanda ditiadakan. Pada rentang tersebut tercatat Gulden Hindia Belanda lebih tinggi 40% dari nilai Gulden Belanda dalam nilai tukarnya terhadap mata uang asing lainnya. Selama periode revolusi ini Hindia Belanda kembali mendevaluasi Gulden Hindia Belanda sebesar 30% yang dilakukan pada 20 September 1949. Tindakan tersebut sejalan dengan devaluasi yang juga dilakukan di Nederland pada tanggal yang sama.

2. Dunia Industri

Produksi industri tekstil khususnya kebaya jatuh mengenaskan. Kenyataannya, pendudukan Jepang di Indonesia juga memutus jalur perdagangan tekstil dan perlengkapan penunjangnya. Banyak rumah produksi kebaya tutup. Perusahaan kain Batik yang marak di periode itu juga wajib membuat solusi padat karya untuk sekedar bertahan. Solusi yang paling banyak dianut adalah merger antar beberapa perusahaan kecil yang membuat kain batik, kebaya, dan industri konveksi rumahan. Tapi tidak berdampak banyak bagi perkembangan fesyen masa itu.

Setelah Perang Dunia II berakhir, ahli-ahli ekonomi Barat mengenalkan konsep pembangunan kepada negara-negara bekas jajahan yang baru merdeka sepanjang tahun 1940-an dan 1950-an. Dalam berbagai khazanah literatur pembangunan, kita memahami teori-teori pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk melakukan modernisasi di negara-negara baru tersebut. Teori-teori pembangunan ekonomi itu berfokus pada empat isu sentral yaitu: (i) pertumbuhan, (ii) akumulasi kapital, (iii) transformasi struktural, dan (iv) peran pemerintah. Keempat isu ini merupakan tema dasar yang menjadi kajian penting dan utama dalam evolusi pemikiran pembangunan generasi pertama (1950-1975). Para ahli ekonomi pembangunan memusatkan perhatian pada empat isu sentral tersebut sebagai topik perdebatan akademis dalam kurun waktu seperempat abad itu.

Pearl Harbour dilarbelakangi adanya penyerbuan tentara Jepang (tentara Kwantung) ke Manchuria pada tanggal 18 September 1931.Penyerbuan ini dicela oleh Volkenbond atau Liga Bangsa – Bangsa. Akhirnya jepang keluar dari lembag ini. Tanggal 7 Juli 1937 Jepang menyerbu ke Tiongkok lagi sehingga PM pangeran Fumimaro Konoye tidak berdaya menahan tindakan – tindakan mereka. Disisi lain, pihak amerika tidak senang dengan melakukan cara yaitu diplomasi lewat konferensi brussel

.Jeang tidak menghadrinya. Bahkan menembaki kapal meriam Amerika panay. Sebab pokok perang pasifik aliran ekspansionisme. Sedangkan Amerika berbuat dua blunder.Selain itu, tahun 1924 ditutup rapat datangnya migarasi Jepang . Churcill tunduk terhadap jepang. Dengan menutup jalan burma ke tiongkok. Pada tanggal 27 September 1940 Jepang menandatangani PaktaTiga Kekuasaan.Intinya Amerika diancam dua front di samuderapasifik dan Samudera Atlantik.

Perjanjian Hitler dengan Jepang merupakan sebuah monsterbond.Maksudnya jepang sebagai persengkonglan jahat untuk melawan Rusia.Walaupun Hitler dan Stalin (Rusia)telah bersepakat tidak saling menyerang tetap saja Hitler ingin meruntuhkan Rusia. Jepang, disisi lain melakukan perjanjian dengan pihak rusia tidak saling berperang pada tanggal 13 April 1941. Hal ini dilakukan agar dapat memindahkan tentara dari Manchuria ke Filipina , Malaya dan Indonesia. Eugen Ott, duta besar jerman di Tokyo sesudah perang mengemukakan bahwa Jepang menaglami jalan buntu menghadapi tiongkok. Oleh karena itu, Jepang akan mengakhirkan kemenangan ke selatan: Filipina, Malaya, dan Indonesia.Penyerbuan ini sangat baik di akhir tahun 1941. Daerah selatan yang menjadi titik penyerbuan dikarenakan adanya bahan – bahan yang sangat berharga karet, timah minyak. Minyak inilah yang terpenting bagi jepang Kondisi minyak Jepang ketika itu semakin berkurang yang disebabkan adanya embargo Amerika sebanyak 6.450.000 ton tiap hari.

Jepang menyeranga Pearl harbor pada tanggal 8 Desember 1941 Ide penyerangan ini dari laksamana Yamamoto yang terkenal dengan kecerdasaannya, agresif dan berbahaya.Dengan 10 kapal induk dapat melumpuhkan armada Amerika sehingga tidak bias merintangai pendaratan Jepang di beberapa wilayah Asia Tenggara.‘Sebelumnya terdengar kabar tanggal 7 Desember adanya mata Jepang yang berada di Honolulu memberitahukan bahwa ada tujuh kapal tempur, tujuh penjelajah, dan kapal – kapal lain.

Juni 1945 pulau Okinawa jatuh di tangan Amerika. Jerman bertekuk lutut sebagai sekutu mengumumkan postdam declaration pada tanggal 17-2Agustus yang intinya bahwa Jepang harus mengakhiri peperangan dengan menyerah tanpa syarat.Tuntutan tersebut ditolak Jepang karena akan menjatuhkan kehormatan mereka.16 Juli 1945 kapal penjelajah Indianapolis meninggalkan pelabnuhan San Fransisco.Indianapolis tiba di pulau tinian pada tanggal 26 Juli 1945 Dua hari kemudian dating onderdil bom dating. Setelah persiapan nya matang maka pesawat terbang B-29 menjatuhkan bom ke hirosima. Peledakan bom ini berdampak 70.000-80.000 penduduk mati.Kemudian tiga hari bom atom dijatuhkan di Nagsaki. Setelah kejadian ini Soviet Rusia menyatakan perang terhadap Jepang, satu minggu sebelum perang pasifik berakhir. Tentara Stalin menyerbu Manchuria.

Akhirnya jepang bersedia menerima Postdam Declaration dengan syrat Tenno Haika tidak diturunkan dari tahtanya. Tanggal 15 Februari perang telah berakhir. Jepang menyerah dalam peperangan ini Minggu 2 September 1945 Kapal tempur Missouri dsepakati perdamaian dihadiri oleh jenderal Homma (Filipina), Jenderal ARTHUR e. Percival(inggris), Laksamana Condrad Helfrich (Belanda), dll.

DAMPAK SOSIAL


1. Perpindahan penduduk dan Romusha

Pemindahan penduduk dari Pulau Jawa ke luar Pulau Jawa dimulai tahun 1905 dengan dipindahkannya sebanyak 155 KK petani dari daerah Kedu menuju Gedong Tataan Karesidenan Lampung. Kegiatan ini dikenal dengan sebutan Kolonisasi yang berlangsung selama 37 tahun, yaitu sampai dengan berakhirnya Pemerintahan Kolonial pada tahun 1942. Tujuan dilakukannya program kolonisasi selain dalam usaha untuk mengatasi kepadatan penduduk juga dimaksudkan oleh pemerintah untuk kebutuhan mencari tenaga kerja murah guna dipekerjakan di perkebunan-perkebunan Belanda di luar Jawa Pada saat pecah perang Dunia II, penyelenggaraan pemindahan penduduk dilaksanakan kembali oleh pemerintah Jepang yang terkenal dengan sebutan ROMUSHA. Pelaksanaan penyelenggaraan Romusha ini sangat menyedihkan, karena para pemukim pada kenyataannya dipekerjakan secara paksa untuk kepentingan pemerintah Jepang, sehingga tidaklah mengherankan jika petani-petani yang dipindahkan banyak yang lari dari pemukiman akibat penyelenggaraan yang tidak manusiawi. Setelah Indonesia merdeka, masalah pemindahan penduduk kembali menjadi perhatian dan pada tahun 1948 nama Kolonisasi diganti menjadi Transmigrasi. Penyelenggaraan Transmigrasi menjadi tugas Kementerian Pembangunan Masyarakat, dan dalam organisasi Kementerian ini tugas pemindahan penduduk dilakukan oleh Jawatan Transmigrasi.

Menjelang akhir tahun 1950 tepatnya pada tanggal 12 Desember, dimulailah pemindahan dan penempatan transmigrasi untuk yang pertamakalinya berjumlah 23 KK meliputi 77 jiwa dari Kecamatan Bagelen, Karesidenan Kedu ke Sukadana Lampung sebanyak 2 KK dan 21 KK ke Lubuk Linggau (Tugu Mulyo). Bertitik tolak dari momentum yang bersejarah inilah, maka tanggal 12 Desember 1950 ditetapkan dengan Keputusan Menteri Transmigrasi No. KEP. 264/MEN/1984 tanggal 23 Nopember 1984 sebagai Hari Bhakti Transmigrasi. Ratusan ribu tenaga kerja romusha dikerahkan dari pulau Jawa ke luar Jawa, bahkan ke luar wilayah Indonesia. Mereka diperlakukan tidak manusiawi sehingga banyak yang menolak jadi romusha. Dan, Jepang pun menggunakan cara paksa : setiap kepala daerah harus menginventarisasikan jumlah penduduk usia kerja, setelah mereka dipaksa jadi romusha. Ribuan romusha dikerahkan ke medan pertempuran Jepang di Irian, Sulawesi, Maluku, Malaysia, Thailand, Burma dan beberapa negara lainnya. Banyak kisah-kisah sedih yang mereka alami di hutan belukar, hidup dalam serba kekurangan dan di tengah ancaman bayonet. Sampai kini masih banyak eks romusha korban PD II mengajukan klaim agar Jepang membayar konpensasi gaji mereka yang tidak dibayar selama jadi romusha.

Di samping romusha, yang juga menderita adalah para wanita Indonesia yang jadi fujingkau atau iugun yanfu alias – perempuan pemuas seks tentara Jepang. Seperti juga eks romusha, mereka yang pernah menjadi fujingkau atau iugun yanfu juga telah menuntut ganti rugi pada pemerintah Jepang atas penderitaan yang luar biasa, yang mereka alami selama PD II. Tapi, kalaupun sekarang mereka masih hidup, rata-rata usianya di atas 80 tahun.

2. Keadaan masyarakat Indonesia

Hanya di awal pendudukannya saja Jepang bersikap baik. Setelah itu mereka sangat kejam. Makanan, pakaian, barang, dan obat-obatan menghilang dari pasaran. Karena sulit pakaian, banyak rakyat memakai celana terbuat dari karung goni. Sedangkan wanita menggunakan kain dari karet yang panas menempel di tubuh. Hanya orang berada yang memiliki baju seadanya. Yang paling menyedihkan, rakyat sulit mendapat obat-obatan. Termasuk di rumah-rumah sakit. Mereka yang menderita koreng dan jumlahnya banyak sekali, sulit mendapatkan salep. Terpaksa uang gobengan di gecek dan ditemplok ke tempat yang sakit sebagai ganti perban.

Sepeda kala itu bannya terbuat dari karet, atau ‘ban mati’. Di sekolah-sekolah buku tulis terbuat dari kertas merang. Potlot dari arang, hingga sulit sekali menulis. Masa itu, banyak orang berebut makanan bekas di bak-bak sampah. Bila ada mayat di jalan tidak lagi mengagetkan. Jepang mengajarkan rakyat makan bekicot yang oleh orang Betawi disebut ‘kiong racun’. Radio yang hanya dimiliki beberapa gelintir orang disegel. Hanya boleh mendengarkan siaran pemerintah Dai Nippon. Apabila ketahuan menyetel siaran luar negeri dapat hukuman berat. Orang akan bergidik bila mendengar Kempetai atau polisi militer Jepang.

Pada malam hari seringkali terdengar sirene kuso keho sebagai pertanda bahaya serangan udara dari tentara sekutu. Rakyatpun setelah memadamkan lampu cepat-cepat pergi ke tempat perlindungan. Di halaman rumah-rumahpada saat itu digali lobang untuk

tempat sembunyi empat atau lima orang bila terdengar sirene bahaya udara. Perang Dunia ke-II adalah masa-masa kelam bagi fesyen tanah air, bahkan dunia. Kecuali Chanel dan Hugo Boss yang memang kekasih fasis kala itu, banyak rumah mode di dunia mengalami kemunduran. Periode 1942-1945 adalah yang terburuk dengan catatan paling minim tentang keadaan Indonesia, termasuk fesyennya. Perempuan di masa pendudukan Jepang jatuh di tempat paling rendah sepanjang sejarah. Tanpa kecuali; pribumi, keturunan Eropa, keturunan Cina, dan Belanda dijebloskan di penjara dan dipekerjakan dengan keras. Kebaya dipakai oleh tahanan perempuan Indonesia, sedangkan kemeja dan terusan dikenakan oleh keturunan Eropa dan Belanda. Peraturan tidak tertulis ini, entah bagaimana, berlaku hampir di setiap kamp-kamp tahanan Jepang. Di sini, Kebaya bersifat

pribumi, lainnya koloni. Revolusi besar kemerdekaan Indonesia tahun 1945 membawa Kebaya pada konstelasi nasionalis yang lebih absolut. Dari sekedar tradisional yang pribumi, Kebaya menjalar menjadi nasionalis dan bernafas kemerdekaan. Para wanita terdidik yang dekat dengan pemerintahan Soekarno saat itu banyak mengenakan aneka kebaya, terutama jenis putu baru dan Kebaya encim yang masih ada jejaknya sekarang ini. Sebagian orang menanggapi kondisi ini sebagai masa-masa keemasan Kebaya sampai tahun 1960-an. Hampir semua wanita, baik itu di kantor, di rumah, dimanapun tampil berkebaya. Citra nasional yang dibawa Kebaya begitu kuatnya, tetapi melekat pada kaum aristrokrat tertentu yang berpihak pada Soekarno. India, Cina, dan sebagian Asia Tenggara mendominasi pasar tekstil Indonesia. Sentimen Barat pada Soekarno, dan sentimen Soekarno sendiri pada Barat membatasi jalur pertukaran komoditi Eropa dan Indonesia. Yang terlihat adalah aneka corak dan warna-warna Kebaya yang beragam. Potongan dan pola-pola lama kembali meruak meski masih memegang pakem-pakem yang tercipta dari abad sebelumnya.