Bagaimana caranya merubah kebiasaan menunda mengerjakan tugas kuliah?

mengerjakan tugas

Berapapun lamanya kita diberi waktu untuk mengerjakan tugas kuliah, kita tetap mengerjakannya mendekati deadline. Padahal kita tahu bahwa mengerjakan mendekati deadline membuat kualitas tugas kita menjadi buruk. Bagaimana cara merubah kebiasaan tersebut ?

1 Like

Menunda-nuda pekerjaan atau biasa disebut prokrastinasi. Definisi prokrastinasi yang melibatkan komponen perilaku dan afektif dikemukakan oleh Milgram (1991) yang menunjukkan:

  1. urutan perilaku menunda,
  2. menunjukkan perilaku yang tidak memenuhi syarat,
  3. melibatkan tugas yang dipersepsi oleh prokrastinator sebagai sesuatu yang penting namun diabaikan, dan
  4. menghasilkan gangguan emosional.

Prokrastinasi melibatkan kesenjangan antara niat dengan perilaku nyata. Jika mahasiswa menunda mengerjakan tugas sambil menunggu masukan lebih lanjut dari dosen dapat dikategorikan sebagai prokrastinasi.

Dalam kasus ini, Ferarri (1992) membedakan prokrastinasi fungsional dan disfungsional. Prokrastinasi disfungsional merupakan penundaan menyelesaian tugas yang merupakan prioritas tinggi tanpa didasari oleh alasan yang masuk akal. Sebaliknya, prokrastinasi fungsional merupakan penundaan mengerjakan tugas dengan tujuan memperoleh informasi yang lengkap dan akurat. Bercermin pada contoh di atas, mahasiswa yang menunda menyelesaikan tugas termasuk kategori prokrastinasi fungsional.

Penanganan Prokrastinasi Akademik


Prokrastinasi akademik bukan semata-matas masalah manajemen waktu. Intervensi klinis dengan pendekatan kognitif-perilaku telah banyak digunakan untuk mengintervensi prokrastinasi akademik. Terapi kognitif-perilaku merupakan derivatif model ABC dari distress emosional yang memandang bahwa keyakinan (belief) terhadap suatu peristiwa lah yang menentukan emosi dan perilaku individu daripada peristiwa itu sendiri. Oleh karena itu, tujuan utama terapi kognitif perilaku adalah meningkatkan kesadaran individu terhadap keyakinan irasional menjadi keyakinan yang lebih akurat, adaptif, dan berbasis realitas. Hasilnya adalah berkurangnya simplifikasi berpikiran secara berlebihan, harapan tidak realistik, dan toleransi terhadap frustrasi.

Sejarah teori kognitif perilaku tidak dapat dilepaskan dari perkembangan teori perilaku dan beberapa model kognitif. Victor Raimy (Meichenbaum, 1985) melacak sejarah CBT pada jaman Yunani Kuno dan Romawi. Filsuf Epictetus mengemukkan peranan faktor kognitif terhadap gangguan emosional. Immanuel Kant mengemukakan bahwa gangguan mental terjadi ketika seseorang gagal mengoreksi ā€˜ private senseā€™ dengan ā€˜common senseā€™. Teori modern menggunakan istilah ā€˜ biased appraisal processes, disordered construct, irrational belief, cognitive distortions, maladaptive coping and problem-solving skillsā€™ untuk menjelaskan peran faktor kognisi terhadap gangguan emosional dan perilaku salahsuai.

Salah satu contoh pendekatan kognitif-perilaku untuk penanganan prokrastinasi akademik dikembangkan oleh Johnson & McCown dengan nama program ā€œ Doing It Now (DIN )ā€. Intervensi terapeutik terdiri dari 10 sesi dengan menggunakan teknik ā€˜ self monitoringā€™ dan ā€˜relaxationā€™ untuk mengatasi disfungsi kognitif dan kecemasan. Menurut Johnson & McCown terdapat dua karakteristik procrastinator yaitu :

  1. Neurotic avoidance (berasosiasi dengan overarousal yang kemudian melahirkan kecemasan)
  2. Lack of conscientiousness (berasosiasi dengan underarousal yang kemudian melahirkan sikap impulsif).

Dalam program DIN, Johnson & McCown menggunakan beberapa strategi untuk mengintervensi kedua jenis prokrastinator tersebut. Sebagai contoh, teknik ā€˜ anxiety-reducingā€™ dengan menggunakan latihan relaksasi bertujuan untuk membantu individu yang mengalami prokrastinasi pada level tinggi.

Untuk level prokrastinasi rendah direkomendasikan teknik ā€˜komitmen verbalā€™ untuk menuntaskan tugas dalam jangka waktu tertentu. Namun, strategi utama untuk mengintervensi kedua jenis prokrastinasi adalah terapi kognitif-perilaku dalam kerangka restrukturisasi distorsi kognitif.

Menurut Ferrari (1995) ketakutan tidak rasional merupakan aspek penting dari intervensi ā€˜ anxious procrastinatorā€™. Selama sesi DIN, dilakukan modifikasi keyakinan disfungsional individu yang tidak dapat menuntaskan tugasnya dengan alasan yang tidak rasioanal. Partisipan dibagi menjadi beberapa kelompok dan diminta untuk mengindentifikasi berbagai disfungsi kognisi dan menelaah bagaimana pengaruhnya terhadap penuntasan tugas. Meskipun tidak secara eksplisit, diasumsikan bahwa melalui proses tersebut memungkinkan partisipan untuk mengenal kerugian dari pikiran tidak rasional dan berniat untuk mengubah kognisi yang disfungsional.

Fakta tentang efektivitas restrukturisasi kognisi dapat ditemukan dalam beberapa bentuk intervensi. Sebagai contoh, Jason dan Burrows (1983) menggunakan program enam minggu (6 week program) yang dirancang untuk membantu siswa sekolah menengah atas melewati masa transisi setelah lulus, seperti memasuki perguruan tinggi, dunia kerja, memulai atau mengakhiri hubungan khusus, dan minggat dari rumah. Sama seperti DIN, program ini juga menggunakan strategi reduksi kecemasan melalui teknik restrukturisasi kognitif. Setelah program selesai, siswa menunjukkan skor yang lebih baik dalam aspek efikasi diri dan keyakinan rasional dibandingkan kelompok kontrol.

Ragam intervensi prokrastinasi dapat juga ditemukan dalam ā€˜self-help literatureā€™. Sebagai contoh, Knaus (1998) menulis buku tentang prokrastinasi dan menyarankan berbagai teknik kognitif-perilaku untuk membantu individu menjadi lebih produktif dan berorientasi tujuan. Mantra dari metode DIN adalah doing reasonable things, in a reasonable way, within a reasonable time. Yang dimaksud ā€˜reasonableā€™ oleh Knaus adalah semacam ā€˜ common senseā€™ yang memberikan perasaan keseimbangan dan kendali terhadap hidup seseorang.

Pendekatan lain terhadap prokrastinasi adalah manajemen waktu dengan menggunakan strategi regulasi diri dan monitoring diri. Sebagai contoh, Boice (1996) mengemukakan sepuluh prinsip dasar efikasi diri untuk membantu procrastinator, yaitu:

  • Bersikap tenang dan sabar sebelum menulis
  • Sebelum merasa siap menulis, kumpulkan informasi, susun dan buat kerangka gagasan
  • Rinci tugas ke dalam aktivitas harian
  • Berhenti dan lakukan istirahat ketika diperlukan
  • Seimbangkan antara kerangka gagasan dengan kerja actual
  • Cermati pikiran dan kebiasaan negatif selama mengerjakan tugas
  • Kelola emosi selama bekerja dengan cara menghindari sikap tergesa-gesa dan supervisial
  • Hindari melibatkan emosi yang terlalu berlebihan dalam pekerjaan
  • Ijinkan orang lain mengkritisi hasil pekerjaan
  • Hindari upaya menghamburkan energi, seperti bekerja sampai kelelahan dan tidak toleran terhadap kritik.

Dalam konteks pendekatan kognitif-perilaku, Burka dan Yuen (1983) mengemukakan beberapa strategi manajemen waktu untuk membantu prokrastinator. Beberapa strategi tersebut adalah: 1) kerjakan tugas yang hasilnya dapat diobservasi oleh orang lain dan 2) rinci tugas utama ke dalam aktivitas spesifik, konkrit, dan terurai. Burka dan Yuen (1983) juga mengemukakan beberapa saran untuk mengatasi prokrastinasi, yaitu;

  1. Visualisasikan kemajuan

  2. Optimalkan potensi sukses

  3. Tetapkan batas waktu penuntasan kerja

  4. Mulailah bekerja sebelum ā€˜feeling in the moodā€™

  5. Hindari melakukan rasionalisasi

  6. Fokuskan satu kegiatan dalam satu waktu

  1. Hadapi dengan hambatan awal dalam bekerja

  2. Jika diperlukan bersikap lah fleksibel terhadap tujuan

  3. Kurangi kebutuhan akan kesempurnaan

  4. Berikan penghargaan atas kemajuan yang dicapai.

A post was merged into an existing topic: Mengapa kita sering menunda mengerjakan pekerjaan dan bagaimana cara mengatasinya?