Bagaimana caranya mengatasi rasa marah dalam diri?

Betapa berbahayanya marah bagi diri kita. Dari sisi kesehatan sudah banya penelitian-penelitan terkait dengan dampak marah bagi kesehatan.

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa. (Yaitu) orang-orang yang menafqahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. [QS. Ali 'Imran : 133 - 134

Berikut beberapa nasihat Rasulullah SAW terkait kebaikan dari mengatur rasa marah,

  • Nasihat nabi kepada sahabatnya

    Dari Jariyah bin Qudamah, sesungguhnya ada seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, katakanlah kepadaku suatu perkataan (nasehat) dan ringkaskanlah, mudah-mudahan aku bisa menjaganya”. Rasulullah SAW bersabda, “Jangan marah”. Orang itu mengulangi lagi beberapa kali, masing-masingnya Rasulullah SAW bersabda, “Jangan marah”. [HR. Ahmad juz 3, hal. 484]

  • Orang yang kuat adalah orang yang bisa menahan marah

    Dari Abu Hurairah RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda,

    “Orang yang kuat itu bukanlah orang yang kuat dalam bergulat, tetapi orang yang kuat itu ialah orang yang bisa menahan dirinya ketika marah”. [HR. Bukhari juz 7, hal 99/Muslim juz 4, hal. 2014]

  • Amalan yang bisa memasukkan kita ke surga

    Dari Abu Darda’, ia berkata : Ada seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, tunjukkanlah kepada saya atas suatu amal yang bisa memasukkan saya ke surga”. Rasulullah SAW bersabda,

    Jangan marah, maka bagimu surga”. [HR. Thabarani dalam Al-Ausath no 2353]

Berikut beberapa nasihat Rasulullah SAW agar kita dapat menahan rasa marah,

  • Mengucapkan A’uudzu billaahi minasy-syaithoonir rojiim

    Dari Sulaiman bin Shurad, ia berkata : Ada dua orang saling mencaci di sisi Nabi SAW. Lalu salah seorang diantara keduanya menjadi marah, dan merah mukanya. Kemudian Nabi SAW melihat kepada orang itu dan bersabda,

    “Sesungguhnya aku mengetahui suatu kalimat seandainya ia mau mengucapkannya pastilah hilang marah itu darinya, kalimat itu ialah : A’uudzu billaahi minasy-syaithoonir rojiim (Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk)”. Maka berdirilah seorang laki-laki diantara orang yang mendengar sabda Nabi SAW tersebut menghampiri orang yang marah itu dan berkata, “Tahukah kamu apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW tadi ?”. Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku mengetahui suatu kalimat seandainya ia mau mengucapkannya pastilah hilang marah itu darinya. Kalimat itu ialah : A’uudzu billaahi minasy-syaithoonir rojiim”. Lalu orang yang marah itu berkata, “Apakah engkau menganggap aku ini gila ?”. [HR. Muslim juz 4, hal. 2015]

  • Dengan cara berwudlu

    Dari Abu Wail Al-Qaashsh, ia berkata, "Saya pernah datang kepada 'Urwah bin Muhammad As-Sa’diy, lalu ada seorang laki-laki yang berbicara kepadanya yang membuatnya marah, maka ia bangkit lalu berwudlu. (Setelah berwudlu) kemudian ia berkata : Ayahku mencerita-kan kepadaku dari kakekku yaitu 'Athiyah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda,

    “Sesungguhnya marah itu dari syetan dan sesungguhnya syetan itu diciptakan dari api, dan hanyasanya api itu dipadamkan dengan air, maka apabila salah seorang diantara kalian marah hendaklah ia berwudlu”. [HR. Abu Dawud juz 4, hal. 249, no. 4784]

  • Dengan caru duduk atau berbaring

    Dari Abu Dzarr, ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda kepada kami,

    “Apabila salah seorang diantara kalian marah dalam keadaan berdiri maka hendaklah ia duduk, niscaya akan hilang marahnya. Dan jika belum hilang marahnya, maka hendaklah ia berbaring (tiduran)”. [HR. Abu Dawud juz 4, hal. 249, no. 4782]


Apakah ada cara-cara lainnya ?

4 Likes

Saya pribadi cara untuk mengatasi rasa marah dalam diri yaitu dengan cara beristighfar, lalu ikhlas, bersabar, dan berpikir positif.

1 Like

Menurut saya pribadi, cara mengatasi rasa marah dengan mengingat ulang kejadian yang membuat kita marah dan lebih mengintrospeksi diri terhadap permasalahan yang membuat kita marah. Modal utama mengatasi rasa marah ialah sabar, berpikir positif, ikhlas dan introspeksi diri. Kita belum tau apakah kita sudah benar atau memang salah.

3 Likes

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Marah adalah tabiat manusia. Kemarahan/emosi yang tak terkendali dapat menimbulkan mudharat. Oleh karena itu, agama memerintahkan kita untuk mengendalikan kemarahan itu, agar tak sampai merugikan diri kita sendiri maupun orang lain. Al-Khaththabi menafsirkan ucapan Nabi pada salah seorang sahabat; “Janganlah marah dan bagimu surga.” (HR. Al-Thabrani), dengan penjelasan: Jauhilah hal-hal yang membuatmu marah atau dapat memicu kemarahanmu. Berikut beberapa adab untuk meredam kemarahan dalam diri sesuai petunjuk Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassallam:

  1. Membaca Ta’awwudz.
    Rasulullah bersabda “Ada kalimat kalau diucapkan niscaya akan hilang kemarahan seseorang, yaitu A’udzu billah minasy syaithaanir rajim (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk).” (HR. Bukhari Muslim).

  2. Berwudlu.
    Rasulullah bersabda, “Kemarahan itu dari setan, sedangkan setan tercipta dari api, api hanya bisa padam dengan air, maka kalau kalian marah berwudlulah.” (HR. Abu Dawud).

  3. Mengubah posisi.
    Dalam sebuah hadits dikatakan, “Kalau kalian marah maka duduklah, kalau tidak hilang juga maka bertiduranlah.” (HR. Abu Dawud).

  4. Diam.
    Dalam sebuah hadits dikatakan, “Ajarilah (orang lain), mudahkanlah, jangan mempersulit masalah, kalau kalian marah maka diamlah.” (HR. Ahmad).

  5. Bersujud.
    Dalam hal ini bersujud memiliki arti shalat sunnah mininal dua rakaat. Dalam sebuah hadits dikatakan “Ketahuilah, sesungguhnya marah itu bara api dalam hati manusia. Tidaklah engkau melihat merahnya kedua matanya dan tegangnya urat darah di lehernya? Maka barangsiapa yang mendapatkan hal itu, maka hendaklah ia menempelkan pipinya dengan tanah (sujud).” (HR. Tirmidzi).

Demikianlah tips mengatasi amarah dalam diri sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi Wassallam. Dari Abu Hurairah r.a. dia berkata: Rasulullah SAW bersabda,"Orang kuat bukanlah yang kuat dalam bergulat, namun orang yang mampu menguasai dirinya tatkala Marah.
(HR. Muttafaq 'Alaih)

Semoga bermanfaat. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

2 Likes

Menurut saya, cara mengatasi rasa marah dapat dengan melakukan beberapa hal seperti introspeksi diri, dan juga berfikir kembali apakah dengan marah akan menyelesaikan masalah atau malah membuat permasalahan baru. Jika dengan marah malah mebuat masalah baru maka tidak seharusnya marah itu dilakukan.

Terkadang marah ini juga diperlukan untuk meluapkan emosi atau memberikan peringatan kepada orang yang melakukan salah, tetapi marah tidak harus berlebihan sampai-sampai menghina orang lain, karena marah pun sesungguhnya ada etika nya.

Manusia sebagai makhluk yang memiliki hawa nafsu tentunya tidak dapat dibersihkan total dari potensi amarah. Namun, islam sebagai agama rahmatan lil’alamin mengajarkan bagaiman membuat amarah tersebut tidak liar, ganas dan membahayakan bagi dirinya maupun orang lain disekitarnya, yaitu melalui pelatihan pengendalian.

Mengendalikan amarah sangat penting dalam upaya mengubah amarah menjadi energi positif, minimal dapat mengurangi unsur negatifnya.

Al-Qur’an dan juga mengingatkan agar manusia dapat mengendalikan emosi marah, karena ketika seseorang sedang marah pemikirannya akan macet dan kehilangan kemampuan untuk memberikan penilaian yang benar.

Said Hawa (1994), dalam kitab al-Mustakhtas fi tazkiyatin nufus menjelaskan bahwa kemarahannya telah berkobar hebat itu tadi jalan lain pengobatannya hanyalah dengan obat atau penawar yang berupa ilmu dan amal. Pertama dengan terapi ilmu yaitu:

  1. Hendaklah orang yang sudah marah itu merenungi berbagai macam berita yang menjelaskan perihal keutamaan menahan amarah memberikan ma’af, sabar dan hilim, serta menanggung yang tidak mengenakkan hati.

  2. Hendaklah orang itu menakut-nakuti dirinya dengan azab atau sikasa Allah SWT kepada jiwanya sendiri seyogyanya ia mengatakan sesungguhnya kekuasaan Allah SWT atas diriku adalah jauh lebih besar dari kekuasaanku atas orang ini, maka aku tidak akan sanggup menanggung amarahnya Allah SWT pada hari kiamat kelak.

  3. Mengingatkan dirinya tentang akibat buruk dari sifat dendam dan permusuhan, dimana sang musuh akan selalu berusaha untuk membalas dan menghancurkan semua maslahat kehidupannya. Karenanya, seseorang hendaknya mawas diri dan menghindari sikap emosional yang akibatnya hanya akan menimbulkan berbagai macam permasalahan dan kesulitan dalam hidup.

  4. Raut wajah seseorang akan berubah menjadi buruk ketika marah, sama halnya ketika melihat raut wajah orang lain saat marah dan menyadari bahwa kemarahan itu sendiri adalah sikap buruk. Juga menyamakan sipemarah dengan binatang, sementara sikap lemah lembut dan sikap pema’af disamakan dengan sikap para Nabi dan Ulama.

  5. Mengoreksi kembali apa yang membuatnya membalas dendam dan mengapa ia tidak mampu menahan dirinya dari kemarahannya, yang tentunya sikap kemarahan memiliki sebab dan alasan.

  6. Hendaklah disadari bahwa kemarahan diakibatkan oleh suatu kejadian yang sudah menjadi kehendak Allah dan bukan kehendak sendiri. Lalu apakah ia pantas untuk mengatakan bahwa kehendaknya lebih utama dari kehendak Tuhan? Dan ia ragu bahwa murka Tuhan lebih besar daripada kemarahannya tersebut.

Selain itu, kita dapat mengendalikan rasa marah kita dengan melakukan amalan (perbuatan). Amalan-amalan yang dapat digunakan sebagai penawar dan penahan gejolak marah, antara lain :

1. Mengucapkan Istii’adzah

Ketika amarah datang, sebaiknya kita memohon perlindungan dan berdoa kepada Allah SWT dari godaan setan, sabda Nabi Muhammad SAW:

Dari mu’adz berkata dua orang laki-laki bertengkar didepan bai SAW, maka salah seorang diantara keduanya marah sehingga, maka nabi SAW berkata sesungguhnya saya mengetahui suatu kalimat jika engkau membacanya marah ini sungguh akan hilanglah daripadanya marah, ya Allah sesungguhnya aku berlindung dari padamu dari setan yang terkutuk.

2. Mengubah Posisi,

Jika cara membaca ta’audz juga amarah belum reda, maka hendaklah duduk (posisi berdiri), dan berbaring jika dalam posisi duduk dan teruskanlah dekatkan dengan tanah yang merupakan asal penciptaanmu.

Dari Abu Dzar RA, Rasulullah SAW bersabda:

Apabila salah seorang diantara kamu marah, sedangkan ia dalam keadaan berdiri, maka hendaklah ia duduk agar hilang kemarahan dirinya. Bila tidak, maka berbaringlah.

Dari Sa’id al-Khudri RA Rasulullah SAW bersabda:

Ingat, marah itu bara api di hati manusia, apa kalian tidak melihat merahnya mata orang marah dan uratnya membengkak. Barangsiapa yang merasakan sesuatu darinya, hendaklah menempel tanah.

3. Selalu Mengingat Bahwa Setan Senantiasa Berambisi Untuk Menggoda dan Menghalangi Manusia dari Kebaikan.

Ketika perbuatan baik semakin bermanfaat bagi manusia dan semakin dicintai oleh Allah SWT, maka tentu setan tidak akan semakin dahsyat lagi dalam menggodanya. Oleh sebab itulah, menahan marah berarti telah mengumpulkan kebaikan dan meninggalkan kejelekan Firman Allah SWT:

Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan setan Maka berlindunglah kepada Allah yang maha mengetahui.

4. Meningkatkan Perdebatan dan Memilih Sikap Diam.

Saikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di RA berkata, diantara hal bermanfa’at yang harus dipahami bahwa penghunaan manusia, baik berupa kata-kata yang menyakitkan tidak akan merugikan anda. Justru sebaliknya, hal itu akan menyebabkan kerugian bagi mereka (orang yang menghina). Terkecuali jika anda menanggapinya, kemudian hal tersebut menguasai perasaan anda, maka saat itu akan memberi mudarat kepada anda.

Dari Ibnu Abbas Rasulullah SAW bersabda:

Dari Ibnu Abbas dari Muhammad SAW, bahwasanya Nabi SAW bersabda: berilah pelajaran dan selalu berbuatlah dalam hal yang dapat menggembirakan orang lain dam janganlah kalian mempersulit seseorang, dan jika salah seorang diantara kamu marah, maka hendaklah dia diam.

5. Wudhu’

Diriwayatkan dari ‘Athiyyah Sa’di RA, Rasulullah SAW bersabda:

Dari nenekku ‘Athiyyah RA dia memiliki sahabat, dia berkata Rasulullah SAW berkata, sesungguhnya marah itu datangnya dari setan dan sesungguhnya setan itu diciptakan dari api dan sesungguhnya api itu dipadamkan dengan air, maka apabila salah seorang kamu marah, maka hendakklah dia berwudhu’.

6. Memperbanyak Mengingat Allah (Dzikirullah)

Sesungguhnya jika hati manusia senantiasa mengingat Allah SWT maka hati akan terang sehingga otak dan akal tidak akan mudah dikuasai oleh amarah:

Firman Allah SWT:

(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

Referensi :

  • Majdi Muhammad Asy-Syahawi, Pen. Ahsan Abu Azzam, Mawaaqif Ghadiba Fiha al-Rasul (Saat-Saat Rasulullah Saw Marah), (Jakarta: Pustaka Azzam, 2005).

  • Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, (t.tmp: dar al-Fikr, t.thn), Jilid 2.

15 Cara Islam dalam Mengendalikan Emosi

1. Membaca Ta’awudz

Hal pertama yang dilakukan dalam Cara Mengendalikan Emosi Menurut Islam adalah mengendalikan emosi. Emosi atau marah berasal dari hawa nafsu. Di mana hal tersebut adalah merupakan titik lemah manusia yang selalu diincar oleh syaitan. Oleh karena itu, sebaiknya kita segera meminta pertolongan dan perlindungan kepada Allah SWT.

Dari sahabat Sulaiman bin Surd Ra, beliau menceritakan: Suatu hari saya duduk bersama Nabi Saw. Ketika itu ada dua orang yang saling memaki. Salah satunya telah merah wajahnya dan urat lehernya memuncak. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda:

“Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca ta’awudz: “A’uudzu billahi minas syaithanir rajiim,” marahnya akan hilang.” (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Menjaga Lisan dengan Diam

Ketika sedang emosi, hal yang paling sulit untuk dikendalikan adalah perkataan. Biasanya semakin banyak kata yang terucap saat emosi atau marah, maka semakin banyak pula kita menebar kebencian dan hal yang tidak baik yang keluar dari mulut. Oleh karena itu, apabila kita sudah mulai merasa emosi atau marah, sebaiknya kita lekas berdiam. Tutup mulut dan jaga lisan.

Dari Ibnu Abbas Ra, Rasulullah Saw. bersabda:
“Jika kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad).

3. Merubah Posisi

Ketika sedang emosi atau marah, maka sebaiknya mengambil posisi yang lebih rendah. Maksudnya adalah ketika kita emosi atau marah di saat sedang berdiri, maka hendaklah kita duduk untuk meredakan emosi tersebut. Jika kita marah pada saat posisi duduk, maka hendaklah kita berbaring. Dengan begitu kita akan sulit untuk bergerak atau melakukan perlawanan pada saat marah.

Dari Abu Dzar Ra, Rasulullah Saw. menasehatkan: “Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia mengambil posisi tidur.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)

4. Mengingat Keutamaan Menjaga Emosi

Ada berbagai macam manfaat atau keutamaan dalam menjaga emosi seperti yang telah disebutkan di atas. Jadikanlah pacuan untuk meredakan emosi atau amarah. Ingat selalu apa saja yang akan kita dapatkan ketika berhasil menahan emosi. Rayuan untuk menjaga emosi juga disampaikan dalam hadist.

Nabi Muhammad Saw. bersabda:
“Siapa yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya, maka dia akan Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki.” (HR. Abu Daud, Turmudzi)

5. Mengingat Akibat dari Emosi

Selain mengingat manfaat dari menjaga emosi, sebaiknya juga ingatlah akibat dari emosi tersebut. Ada beberapa akibat yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain, misalnya: terjadi perselisihan atau pertengkaran, hubungan menjadi tidak baik, timbul rasa dendam, sulit untuk bergaul, tidak memiliki teman, dsb.

6. Berwudhu

Cara Mengendalikan Emosi Menurut Islam yang ampuh adalah dengan berwudhu. Sesungguhnya marah itu adalah bersumber dari syaitan. Mereka menggoda dan menjerumuskan kita dengan kemarahan. Syaitan terbuat dari api, sedangkan api akan padam dengan air. Maka ketika sedang emosi atau marah, hendaklah berwudhu untuk meredam emosi tersebut.

Nabi Muhammad Saw. bersabda:
“Sesungguhnya marah itu dari syaitan, dan syaitan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu.” (HR. Ahmad dan Abu Daud).

7. Mandi

Sama halnya dengan berwudhu, mandi juga dapat meredam emosi atau marah. Karena emosi atau marah itu bersumber dari syaitan, maka mandi juga dapat meredam emosi tersebut.

Nabi Muhammad Saw. bersabda:
“Marah itu dari syaitan, syaitan dari api, dan air bisa memadamkan api. Apabila kalian marah, mandilah.” (HR. Abu Nuaim)

8. Membaca Istighfar

Amalan istighfar dapat menenangkan hati dan pikiran sebagai alternatif Cara Mengendalikan Emosi Menurut Islam. Karena sejatinya beristighfar itu adalah meminta ampun kepada Allah atas dosa-dosa dan kesalahan yang telah kita perbuat. Dengan begitu, hati dan pikiran akan lebih lega dan jiwa tenang ketika ada sesuatu yang mengganggu ataupun membuat emosi dan marah.

9. Berdzikir

Berdzikir merupakan amalan yang sangat dianjurkan kepada umat islam untuk dikerjakan kapanpun. Berdzikir tidak memandang waktu-waktu tertentu. Akan tetapi, berdzikir ketika sedang emosi atau marah dapat membuat hati menjadi tenang. Dengan hati yang tenang, maka emosi pun dapat dikendalikan.

10. Membaca Al Qur’an

Al Qur’an merupakan kitab suci yang sangat istimewa. Al Qur’an juga memiliki beberapa nama layaknya Asmaul Husna bagi Allah. Salah satu nama lain dari Al Qur’an adalah Asy Syifa yang artinya obat penyembuh. Sesungguhnya emosi atau marah merupakan penyakit hati. Adapun obat dari penyakit hati adalah Al Qur’an. Dengan membaca Al Qur’an, hati yang panas akan menjadi sejuk dan dapat membuat pikiran dan hati menjadi tentram.

11. Shalat Sunnah

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa salah satu cara untuk mengendalikan emosi adalah dengan berwudhu. Sebagimana syarat sah dalam shalat, apabila sebelum melakukan shalat diwajibkan untuk berwudhu.

Dari berwudhu saja kita sudah dapat mengendalikan emosi, terlebih kita melakukan shalat, maka hati dan perasaan akan menjadi lebih tenang. Shalat sunnah dapat dilakukan kapan saja, maka sangat cocok dilakukan ketika sedang emosi atau marah. Selain itu, di dalam shalat terdapat doa-doa dan ayat-ayat Al Qur’an. Maka lengkap sudah semua yang kita butuhkan untuk mengendalikan emosi.

12. Berpuasa Sunnah

Puasa sunnah memiliki berbagai manfaat, salah satunya adalah dapat mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam diri. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, bahwa emosi atau marah adalah merupakan salah satu bagian dari hawa nafsu tersebut. Sehingga dengan begitu kita akan mudah mengendalikan emosi atau amarah di dalam diri.

13. Memaafkan

Saling memaafkan adalah salah satu hal terindah dalam hidup ini. Dengan saling memaafkan, suasana hati akan menjadi tenang, perasaan dendam pun tidak akan datang dan hidup pun akan menjadi damai dan harmonis. Tidak akan terjadi perselisihan atau perkelahian atau bahkan peperangan jika kita saling memaafkan.

Emosi atau marah juga dapat seketika redam ketika kita saling memaafkan. Oleh karena itu, apabila ketika kita sedang emosi atau marah kepada seseorang, maka hendaklah segera saling memaafkan. Sehingga emosi tersebut dapat terhenti.

Allah SWT. berfirman:
“Dan jika mereka marah mereka memberi maaf.” (QS. Asy-Syuura: 37)

14. Introspeksi Diri atau Tafakur

Bertafakur atau introspeksi diri berarti merenungkan setiap perbuatan dan perkataan yang telah kita lakukan. Apakah setiap perbuatan dan perkataan kita telah benar dan tidak menyinggung perasaan orang lain, atau sebaliknya. Salah satu manfaat bertafakur adalah dapat membentengi diri dari perilaku yang berlebihan terhadap sesuatu, misal marah.

15. Berpikir Positif

Selalu berpikir positif dalam menghadapi persoalan dan masalah menjadikan pikiran kita tenang. Selain pikiran tenang, dengan berpikir positif juga berarti kita mudah memaklumi dan mengambil hikmahnya, baik perkataan ataupun perbuatan orang lain.

Dengan emosi yang terjaga diharapkan kita dapat hidup bahagia dalam islam, menjalankan hidup sesuai akhlak dalam islam, dan memiliki jiwa yang tenang dalam islam.