Bagaimana cara yang terbaik menyatakan syukur kepada Allah Swt?

Bersyukur adalah kemampuan menghargai apa yang didapat, apa yang dialami dan dapat memandang dari sisi positif apa yang terjadi walaupun tidak selalu berkenan di hati. Jika hidup mampu bersyukur maka akan selalu ada kebahagiaan dari setiap kejadian. Bahagia tidak begitu sulit jika orang hidup dalam syukur. Mari kita bersyukur terhadap segala yang kita alami dalam hidup ini

Bagaimana cara yang terbaik untuk bersyukur?

Menyatakan syukur dengan perbuatan merupakan syukur sempurna dan yang terbaik dalam menyatakan syukur kepada Allah Swt. Syukur seperti ini merupakan hasil dari dua tingkatan syukur yang terbetik dalam hati dan terucap dalam lisan. Dengan kata lain, tatkala manusia, dengan perantara hatinya memahami kenikmatan sebuah anugerah dan menyatakannya dengan lisan maka ia telah bersyukur kepada sang Pemberi Nikmat. Tentu saja sudah pada tempatnya dan selayaknya apabila ia juga menampakan rasa syukur itu pada tataran perbuatan. Karena itu, orang yang benar-benar bersyukur akan menggunakan segala nikmat Ilahi untuk memperoleh keridhaan dan tujuan Sang Pemberi nikmat (Mun’im) serta senantiasa tahu dengan baik bagaimana menggunakan segala nikmat itu supaya tidak tergolong sebagai orang-orang yang mengkufuri nikmat-nikmat Allah Swt.

Imam Shadiq As bersabda,

“Mensyukuri nikmat dilakukan dengan menjauhi perbuatan-perbuatan haram dan keseluruhan rasa bersyukur itu tatkala seseorang berkata, “Segala puji bagi Allah Swt Tuhan seru sekalian alam.”

Secara pasti maksud dari ucapan “Alhamdulillah” bukanlah semata-mata lipstik dan penghias bibir saja melainkan bersumber dari kedalaman hati dan lubuk jiwa. Alangkah banyaknya orang yang menyatakan syukur kepada Allah dengan lisan namun kufur dalam perbuatan. Karena itu, tatkala Allah Swt berfirman:

“Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (Qs. Saba [34]:13)

sejatinya tengah menyoroti dan menekankan pernyataan syukur dengan perbuatan.

Apa pun yang diupayakan dan diusahakan manusia untuk menunaikan syukur secara sempurna pada hakikatnya ia tidak akan mampu melakukan hal itu. Karena itu, bagian syukur yang terbaik adalah mengakui secara totalitas atas ketidakmampuan dan ketidakberdayaan dalam menunaikan kesyukuran dan membenarkan bahwa taufik untuk bersyukur itu sendiri merupakan salah satu nikmat Ilahi.

Adapun syukur yang dinyatakan dengan perbuatan memiliki beberapa contoh yang akan dijelaskan sebagai berikut sebagai contoh dengan bersandar pada beberapa riwayat:
Sujud syukur, melaksanakan salat syukur dan berbuat baik merupakan beberapa contoh dari syukur yang dinyatakan dengan perbuatan.

Diriwayatkan bahwa “Tatkala Rasulullah Saw mengalami kegembiraan atau bahkan kerisauan maka Rasulullah Saw melakukan sujud untuk menyatakan syukur kepada Allah Swt.”

Memaafkan dan melupakan (kesalahan) sebagai bentuk kesyukuran atas kemenangan melawan musuh. Tindakan memaafkan seperti ini merupakan salah satu contoh bentuk syukur yang dinyatakan dalam perbuatan sebagaimana Amirul Mukminin Ali As bersabda,

“Tatkala engkau mengalahkan musuhmu maka jadikanlah maaf sebagai tanda syukurmu atas kemenangan ini.”

Menginfakkan sebagian harta di jalan Allah Swt merupakan salah satu contoh dari pernyataan syukur dengan perbuatan. Imam Ali As bersabda,

“Sebaik-baik syukur atas nikmat-nikmat yang diperoleh adalah menginfakkanya.”

Ibadah dan bermunajat di hadapan Allah Swt juga merupakan salah satu cara untuk menyatakan syukur kepada Allah Swt dengan perbuatan sebagaimana yang dituturkan oleh Imam Ali As bahwa ibadah dengan motivasi syukur dinyatakan sebagai ibadahnya orang-orang merdeka dan sebaik-baik amalan.”

Mengajarkan ilmu kepada orang lain dan beramal atasnya; syukur atas nikmat ilmu yang dianugerahkan Allah Swt kepada alam semesta. Amirul Mukminin Ali As dalam hal ini bersabda,

“Pernyataan syukur seorang alim atas ilmu yang diperoleh adalah mengamalkannya dan mengajarkannya kepada orang lain.”

Menurut Abu Bakar Abdullah bin Muhammad, beberapa cara untuk menyatakan syukur kita kepada Allah SWT antara lain :

  • Ber-tasbih

  • Ber-dzikir
    Ber-dzikir merupakan sebagian dari cara ber-syukur. Abdullah bin Salam menyatakan bahwa nabi Musa as pernah bertanya pada Allah swt: “Ya Allah, syukur manakah yang patut dilakukan untuk Mu? Maka Allah berfirman: ‘Bukankah lidahmu senantiasa basah karena ber-dzikir kepada- Ku?”.

  • Ucapan Hamdalah dan Istighfar

  • Berdoa
    Rasulullah saw bersabda: “Doa yang paling utama ialah La ilaha illallah, sedangkan dzikir yang paling utama adalah Alhamdulillah”.

  • Melalui anggota badan

Aura Husna menjelaskan bahwa cara-cara yang dapat dilakukan untuk ber-syukur meliputi tiga hal:

  • Hati
    Merasa puas atau senang terhadap apa yang menjadi ketetapan Allah swt. Menyadari dengan sepenuh hati bahwa semua nikmat, kesenangan, dan segala sesuatu yang diperoleh semata-mata karena kemurahan dari Allah swt. Hati yang ber-syukur akan melahirkan jiwa yang qana’ah (ketabahan hati menerima nasib sebagaimana adanya).

  • Anggota Tubuh
    Adanya tindak lanjut dari amalan hati yang nampak pada gerakan anggota tubuh sebagai bukti nyata dari rasa syukur. Namun tidak semua gerak anggota badan merupakan bentuk dari syukur, terdapat beberapa syarat gerak anggota tubuh yang menjadi bukti amal syukur, yakni:

    1. Memanfaatkan anugerah yang telah diperoleh sesuai dengan maksud dan tujuan Allah swt menganugerahkan nikmat tersebut.

    2. Melakukan amalan dengan penuh ketundukan dan rasa harap amalan itu akan diterima oleh Allah swt. Melakukan amalan dengan sepenuh hati dan bersunguh-sungguh.

    3. Amal dari anggota tubuh harus sesuai dengan aturan syariat Allah swt.

    Perwujudan syukur tidak hanya dalam bentuk ibadah vertikal kepada Allah swt, melainkan ibadah horizontal kepada sesama manusia. Amal syukur yang dilakukan oleh anggota tubuh ini memiliki dimensi sosial, misalnya: sedekah dalam bentuk materi dan non materi.

  • Lisan
    Syukur dalam bentuk gerak lisan yakni dengan cara mengucapkan lafadz hamdalah dan memuji Allah swt serta tidak mengeluh terhadap nikmat yang tidak sesuai dengan kehendak diri sendiri.

Referensi :

  • Abu Bakar Abdullah bin Muhammad, Syukur Membawa Nikmat, Terj. S. A. Zemool, (Solo: CV. Pustaka Mantiq, 1992)
  • Ahmad Bangun Nasution dan Royani Hanum Siregar, Akhlak Tasawuf: Pengenalan, Pemahaman, dan Pengaplikasiannya (Disertai Biografi dan Tokoh-Tokoh Sufi), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013).