Bagaimana cara yang tepat untuk Menerapkan MVP saat jalankan Startup secara Bootstrap?


Minimum Viable Product (MVP) adalah pengembangan teknis yang terjadi ketika startup memiliki produk baru atau situs dengan fitur yang dihadirkan untuk early adopter. Proses tersebut dilakukan demi mendapatkan feedback dari target pasar. Menjadi penting bagi startup untuk menyelesaikan proses tersebut dengan mengumpulkan feedback dan respon (positif dan negatif) dari pengguna.

  • Jangan hanya fokus di teknologi
    Kesalahan tebesar yang masih banyak dilakukan startup adalah masih fokus kepada teknologi. Untuk bisa menghasilkan produk yang baik dan diterima target pasar, prioritas utama adalah apa yang menjadi kesulitan pengguna dan bagaimana produk yang dibuat bisa membantu mereka. Yang menjadi fokus utama dari startup saat melakukan MVP adalah temukan value dari produk atau layanan yang akan dihadirkan. Contohnya seperti pengembangan aplikasi TapTopick, layanan laundry on-demand, dengan fitur beragam. Pada akhirnya konsumen hanya ingin menggunakan aplikasi yang mudah dipahami dan berfungsi. Di sini peranan MVP memiliki andil cukup besar, yaitu menangkap minat konsumen melalui feedback yang diberikan. Dari feedback tersebut, startup bisa mulai menentukan fitur yang tidak berguna, kurang dipahami ,dan belum dibutuhkan konsumen. Perusahaan tinggal fokus kepada fitur yang bisa langsung membantu mereka. Pada Aplikasi Taptopick sendiri banyak mengurangi fitur di awal pengembangan produk dan hanya fokus kepada kebutuhan konsumen yaitu jasa antar jemput laundry kiloan dan seberapa cepat dan mudah aplikasi tersebut digunakan, dan pada akhirnya fokus kepada kebutuhan konsumen dan hadirkan fitur baru secara berkala. Dengan demikian konsumen bisa lebih menghargai update rutin yang dilakukan startup.

  • Banyak berkomunikasi dengan target pasar
    Kesalahan lain yang masih banyak dilakukan startup adalah kurangnya komunikasi atau masih kerap menghiraukan feedback konsumen. Kebanyakan startup merasa cukup yakin dengan produk yang ada dan langsung meluncurkannya tanpa melakukan komunikasi dengan konsumen yang disasar. Dengan melakukan komunikasi kepada konsumen, kita bisa menentukan langkah berikutnya, apakah membuat aplikasi versi Android terlebih dahulu atau iOS. Kemudian versi apa yang sesuai untuk konsumen dan mitra. Contohnya di awal Taptopick fokus ke versi iOS karena ingin merangkul lebih banyak ekspatriat atau orang asing yang bekerja di Indonesia dan kebanyakan lebih familiar dengan iOS. Sementara untuk mitra, yaitu kurir, fokus ke versi Android.

  • Uji coba langsung
    Agar produk yang dibuat berfungsi dengan baik, lakukan uji coba terkait dengan layanan atau produk yang akan dihadirkan. Jika startup berfokus ke layanan on-demand, coba cari tahu secara langsung berapa waktu yang dihabiskan untuk layanan yang akan ditawarkan. Proses tersebut membantu startup menentukan perkiraan waktu, tantangan di jalan, dan solusi yang ideal menghadapi kendala tersebut. Contoh, Di Taptopick sendiri mereka sempat melakukan uji coba antar jemput laundry kiloan dari rumah konsumen ke mitra laundry kiloan mereka. Dari situ akhirnya mereka bisa memberikan estimasi waktu yang tepat untuk konsumen. Dengan memanfaatkan analytics tools, bisa membantu startup melihat kebiasaan konsumen. Dengan demikian startup bisa menentukan fitur baru seperti apa yang dibutuhkan hingga kolaborasi atau promo ideal apa yang bisa ditawarkan kepada konsumen.

Referensi

https://dailysocial.id/post/minimum-viable-product-startup-bootstrap-selasastartup