Bagaimana cara untuk merawat pasien penderita diabetes melitus?

Diabetes mellitus

Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO, 1999).

Bagaimana cara untuk merawat pasien penderita diabetes melitus ?

Penatalaksanaan diabetes mempunyai tujuan akhir untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas DM, yang secara spesifik ditujukan untuk mencapai 2 target utama, yaitu:

  1. Menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal
  2. Mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi diabetes.

The American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan beberapa parameter yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan penatalaksanaan diabetes.

Tabel Target Penatalaksanaan Diabetes
image
image

Pada dasarnya ada dua pendekatan dalam penatalaksanaan diabetes, yang pertama pendekatan tanpa obat dan yang kedua adalah pendekatan dengan obat. Dalam penatalaksanaan DM, langkah pertama yang harus dilakukan adalah penatalaksanaan tanpa obat berupa pengaturan diet dan olah raga. Apabila dengan langkah pertama ini tujuan penatalaksanaan belum tercapai, dapat dikombinasikan dengan langkah farmakologis berupa terapi insulin atau terapi obat hipoglikemik oral, atau kombinasi keduanya.

Bersamaan dengan itu, apa pun langkah penatalaksanaan yang diambil, satu faktor yang tak boleh ditinggalkan adalah penyuluhan atau konseling pada penderita diabetes oleh para praktisi kesehatan, baik dokter, apoteker, ahli gizi maupun tenaga medis lainnya. Mengenai hal ini, terutama menyangkut pelayanan kefarmasian dan peran apoteker dalam penatalaksanaan DM, akan diuraikan secara khusus dalam Bab. 6

TERAPI TANPA OBAT

A. Pengaturan Diet

Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat,
protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut:

  • Karbohidrat : 60-70%
  • Protein : 10-15%
  • Lemak : 20-25%

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut dan kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.

Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki respons sel-sel β terhadap stimulus glukosa. Dalam salah satu penelitian dilaporkan bahwa penurunan 5% berat badan dapat mengurangi kadar HbA1c sebanyak 0,6% (HbA1c adalah salah satu parameter status DM), dan setiap kilogram penurunan berat badan dihubungkan dengan 3-4 bulan tambahan waktu harapan hidup.

Selain jumlah kalori, pilihan jenis bahan makanan juga sebaiknya diperhatikan. Masukan kolesterol tetap diperlukan, namun jangan melebihi 300 mg per hari. Sumber lemak diupayakan yang berasal dari bahan nabati, yang mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh dibandingkan asam lemak jenuh. Sebagai sumber protein sebaiknya diperoleh dari ikan, ayam (terutama daging dada), tahu dan tempe, karena tidak banyak mengandung lemak.

Masukan serat sangat penting bagi penderita diabetes, diusahakan paling tidak 25 g per hari. Disamping akan menolong menghambat penyerapan lemak, makanan berserat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh juga dapat membantu mengatasi rasa lapar yang kerap dirasakan penderita DM tanpa risiko masukan kalori yang berlebih. Disamping itu makanan sumber serat seperti sayur dan buah-buahan segar umumnya kaya akan vitamin dan mineral.

B. Olah Raga

Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal. Saat ini ada dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes. Prinsipnya, tidak perlu olah raga berat, olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan. Olahraga yang disarankan adalah yang bersifat CRIPE (Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance Training).

Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi maksimal (220-umur), disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penderita. Beberapa contoh olah raga yang disarankan, antara lain jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang, dan lain sebagainya. Olahraga aerobik ini paling tidak dilakukan selama total 30-40 menit per hari didahului dengan pemanasan 5-10 menit dan diakhiri pendinginan antara 5-10 menit. Olah raga akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan penggunaan glukosa.

TERAPI OBAT

Apabila penatalaksanaan terapi tanpa obat (pengaturan diet dan olah raga) belum berhasil mengendalikan kadar glukosa darah penderita, maka perlu dilakukan langkah berikutnya berupa penatalaksanaan terapi obat, baik dalam bentuk terapi obat hipoglikemik oral, terapi insulin, atau kombinasi keduanya.

Saat ini tidak ada obat untuk menyembuhkan penyakit diabetes melitus. Pasien harus mengikuti solusi pengobatan untuk mengendalikan penyakit dan mengurangi risiko komplikasi. Pasien harus menerapkan dan mengikuti berbagai jenis pengobatan yang berbeda, sesuai dengan jenis dan tingkat keakutan diabetes melitus.

Perubahan pola makan

Semua pasien harus mengikuti petunjuk perubahan pola makan yang ditetapkan. Setiap orang memiliki kebutuhan kalori yang berbeda-beda, pasien harus berkonsultasi kepada ahli gizi terdaftar untuk merancang menu yang sesuai dengan pengelolaan penyakit dan proses penstabilan glukosa.

Prinsip umumnya adalah sebagai berikut:

  • pola makan yang seimbang, teratur, dan dengan jumlah yang sesuai dengan prinsip “kurangi jumlah makanan dan perbanyak waktu makan” untuk menstabilkan glukosa.

  • makanan yang mengandung karbohidrat dalam jumlah yang tepat (termasuk biji-bijian, sayuran rimpang, buah-buahan, dan produk susu).

    • Jumlah karbohidrat haruslah sekitar 50% dari total asupan kalori. Misalnya, sekitar 750 kkal kalori (setara dengan sekitar 188g karbohidrat, yaitu 18 - 19 porsi pertukaran karbohidrat) yang akan diproduksi oleh karbohidrat dalam menu 1500 kkal.

    • Pertukaran karbohidrat di atas haruslah merata di antara waktu makan utama dan di waktu camilan, misalnya: 5 porsi untuk sarapan, makan siang, dan makan malam, serta 1 porsi untuk waktu camilan di antara waktu makan utama. 1 porsi pertukaran karbohidrat = 10g karbohidrat.

    • Pasien bisa memilih jumlah biji-bijian, sayuran rimpang, buah-buahan, dan produk susu yang sesuai dengan “pertukaran karbohidrat”, misalnya:

      • 1 porsi biji-bijian (10g karbohidrat) = sesendok sup penuh beras / 1/5 mangkuk bihun/mie Shanghai (dimasak) / 1/3 mangkuk bubur Chiuchow / 1/3 mangkuk makaroni/spaghetti (dimasak) / 1/2 iris roti (tanpa pinggiran) / 1/2 mangkuk oat meal gandum (dimasak)

      • (1 mangkuk = mangkuk 300ml ukuran sedang)

      • 1 porsi sayuran rimpang (10g karbohidrat) = kentang/ubi jalar seukuran telur / labu/akar teratai seukuran 2 butir telur

      • 1 porsi buah (10g karbohidrat) = apel/jeruk/jeruk keprok/pir/buah kiwi berukuran kecil / 1/2 apel/jeruk berukuran besar / 10 buah anggur kecil / 1/2 buah pisang

      • 1 porsi produk susu (12g karbohidrat) = 240ml susu rendah lemak/skim / 4 sendok sup bubuk susu skim

  • Hindari makanan dan minuman yang kaya kandungan gula atau gula tambahan demi mencegah lonjakan glukosa.

  • Hindari konsumsi lemak yang terlalu banyak (terutama lemak jenuh seperti kulit dan lemak hewan) untuk melindungi sistem kardiovaskular.

  • Hindari minum terlalu banyak minuman beralkohol. Alkohol memengaruhi kemanjuran obat dan bisa menyebabkan rendahnya kadar glukosa darah. Selain itu, hindari juga mengonsumsi minuman beralkohol saat perut masih kosong. Jika tidak bisa dihindari, konsumsi harus dibatasi hingga kurang dari 2 porsi alkohol untuk pria dan kurang dari 1 porsi alkohol untuk wanita setiap hari (1 porsi sama dengan 300ml bir / 150ml anggur merah / 45ml minuman spirit).

Hipoglikemik oral

Resep akan diberikan oleh dokter sesuai dengan kondisi tubuh, reaksi obat, dan kondisi pengendalian kadar glukosa darah pada pasien.

Jenis Fungsi Contoh
Penghambat α-Glukosidase Memperlambat penyerapan dekstrosa di usus halus sehingga mencegah penyerapan glukosa yang berlebihan setelah makan Akarbose
Sulfonilurea Merangsang sekresi insulin dari pankreas Glibenklamid, Klorpropamid, Tolbutamid, Gliklazid
Biguanid Mengurangi produksi glukosa di hati, meningkatkan penggunaan glukosa oleh jaringan tubuh (otot), dan mengurangi penyerapan glukosa di saluran pencernaan Metformin
Penghambat Enzim Dipeptidil Peptidase-4 Merangsang sekresi insulin dari pankreas Sitagliptin
Glitazon Meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin sehingga glukosa bisa masuk ke dalam sel dan menurunkan kadar glukosa. Rosiglitazon, Pioglitazon

Injeksi insulin

Injeksi insulin merupakan cara yang mirip dengan sekresi insulin normal untuk mengelola glukosa. Tindakan pengobatan ini diterapkan kepada pasien diabetes melitus tipe 1 dan kepada beberapa pasien diabetes melitus tipe 2 yang kadar glukosanya tidak bisa dikelola setelah pemberian obat hipoglikemik oral.

Suntikan insulin bisa diklasifikasikan menjadi 4 durasi kerja insulin, yaitu durasi singkat, menengah, lama, dan insulin pra-campuran. Para dokter umumnya akan menentukan jenis, dosis, dan frekuensi injeksi insulin yang diperlukan. Injeksi bisa dilakukan oleh diri pasien sendiri setelah menerima pelatihan terkait.

Inkretin Mimetik

Mirip dengan peptida-1 yang mirip dengan glukagon (GLP-1) dari usus yang digunakan untuk meningkatkan sekresi insulin dan mengendalikan glukosa.