Bagaimana Cara untuk Meningkatkan Kecerdasan Spiritual (SQ)?

Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan Spiritual adalah kecerdasan yang berguna untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya. Dan kecerdasan itu untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.

Bagaimana cara untuk meningkatkan Kecerdasan Spiritual (SQ) ?

Pada saat inni, kualitas Kecerdasan spiritual (SQ) kolektif dalam masyarakat modern adalah rendah. Kita berada dalam budaya yang secara spiritual bodoh yang ditandai oleh materialisme, ketergesaan, egoisme diri yang sempit, Kehilangan makna dan komitmen. Namun, sebagai individu, kita dapat meningkatkan kecerdasan spiritual kita.

Evolusi pada masyarakat bergantung pada peningkatan kualitas individu .

Secara umum, kita dapat meningkatkan kecerdasan spiritual kita dengan meningkatkan penggunaan proses tersier psikologis kita-yaitu kecenderungan kita untuk bertanya mengapa, untuk mencari keterkaitan antara segala sesuatu, untuk membawa ke permukaan asumsi-asumsi mengenai makna dibalik atau di dalam sesuatu, menjadi lebih suka merenung, sedikit menjangkau di luar diri kita, bertanggung jawab, lebih sadar diri, lebih jujur terhadap diri sendiri, dan lebih pemberani.

Melalui penggunaan kecerdasan spiritual kita secara lebih terlatih dan melalui kejujuran serta keberanian diri yang dibutuhkan bagi pelatihan semacam itu, kita dapat berhubungan kembali dengan sumber dan makna terdalam di dalam diri kita. Kita dapat menggunakan penghubungan itu untuk mencapai tujuan dan proses yang lebih luas dari diri kita. Dalam pengabdian semacam itu, kita akan menemukan keselamatan kita. Keselamatan terdalam kita mungkin terletak pada pengabdian imajinasi kita sendiri yang dalam.

Orientasi utama dalam meningkatkan kecerdasan spiritual adalah membina moralitas yang baik, karena moral merupakan akar dari baik buruknya bersosialisasi dengan orang lain, disamping itu moral juga merupakan perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu, membentuk satu kesatuan tindakan yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Dari kelakuan itu lahirlah perasaan moral (moral sense), yang terdapat didalam diri manusia sebagi fitrah, sehingga ia dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak. Kemudian, muncul bakat moral yang merupakan kekuatan jiwa yang dapat mendorong manusia untuk melakuan perbuatan yang baik dan mencegah perbuatan yang buruk.

Oleh karena itu perlu bagi semua orang mengembangkan kualitas moral yang dimiliki sehingga dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Kohlberg melengkapi bahwa terdapat enam tahap perkembangan moral, yaitu :

  • Orientasi Terhadap Kepatuhan dan Hukuman
    Anak bersedia patuh agar tidak dihukum. Jadi dasarnya adalah menghindari hukuman dan situasi yang tidak menyenangkan bagi dirinya.

  • Relativistik Hedonisme
    Anak tidak lagi secara mutlak tergantung dari aturan yang ada diluar dirinya, melainkan lebih ditentukan oleh adanya faktor pribadi yang berdasarkan prinsip kesenangan. Anak akan melakukan sesuatu sejauh bisa menimbulkan kesenangan baginya. Ia bersedia disuruh oleh orang tuanya, karena akan mendapat hadiah.

  • Orientasi Anak Baik
    Anak menilai baik suatu perbuatan sejauh perbatan tersebut diterima oleh masyarakat.

  • Mempertahankan Norma Sosial dan Otoritas
    Perbuatan baik adalah perbuatan yang diterima masyarakat, dan turut mempertahankan norma-norma yang ada. Ia merasa turut berperan dalam masyarakat.

  • Orientasi terhadap perjanjian dengan lingkungan
    Individu akan berbuat baik terhadap lingkungannya, selama ia tahu dan sadar bahwa lingkungan juga akan berbuat baik terhadapnya. Ia akan memperlihatkan kewajibannya, agar sesuai dengan tuntutan sosial karena ia menyadari bahwa lingkungan juga akan memberikan pelindungan terhadapnya. Jika ia melanggar kewajiban, ia merasa telah melanggar perjanjian dengan lingkungannya. Jadi disini ada hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sosialnya. Hukum yang tidak memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat dapat diubah dengan tata cara yang baik.

  • Prinsip Universal
    Disamping norma pribadi, terdapat norma etik. Karena, unsur etik dapat menentukan baik buruknya, boleh tidaknya suatu perbuatan dilakukan individu. Jadi dalam hal ini unsur etik bersifat universal.

Referensi :

  • Danah Zohar dan Ian Marshal, SQ, Kecerdasan Spiritual (Bandung : Mizan, 2001).
  • Sukidi, Rahasia Sukses Hidup Bahagia :Kecerdasan Spiritual” mengapa SQ Lebih Penting daripada EQ (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2002),
  • Poejawiyatno. Etika Filsafat Tingkah Laku, (Jakarta: Bina Aksara, 1986).

Danah Zohar dan Ian Marshall mengemukakan tujuh langkah untuk meningkatkan kecerdasan spiritual, yakni sebagai berikut:

  1. Menyadari dimana saya sekarang
  2. Merasakan dengan kuat bahwa saya ingin berubah
  3. Merenungkan apakah pusat saya sendiri dan apakah motivasi saya yang paling dalam
  4. Menemukan dan mengatasi rintangan
  5. Menggali banyak kemungkinan untuk melangkah maju
  6. Menetapkan hati saya pada sebuah jalan
  7. Tetap menyadari bahwa ada banyak jalan.

Orang yang sudah memiliki tingkat kecerdasan spiritual yang tinggi, maka ketika orang tersebut menghadapi persoalan dalam hidupnya, tidak hanya dihadapi dan dipecahkan dengan rasional dan emosional saja,akan tetapi ia menghubungkannya dengan makna kehidupan secara spiritual. Dengan demikian langkah-langkahnya lebih matang dan bermakna dalam kehidupan.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu cara terbaik untuk meningkatkan kecerdasan spiritual adalah usaha yang bersumber dari diri yang paling dalam. Usaha untuk mau mengenal siapa diri saya?, apa tujuan saya hidup di dunia ini?.

Setelah usaha tersebut, maka timbul rasa untuk berubah kearah yang lebih baik, berani untuk menghadapi berbagai persoalan dan lika-likukehidupan serta bersifat optimis untuk masa depan yang lebih baik. Begitu pentingnya kecerdasan spiritual dalam diri seseorang, maka dari itu upaya pengembangan kecerdasan spiritual harus dimulai sejak dini pada anak, salah satunya dalam lingkungan pendidikan, dimana sekolah adalah salah satu tempat yang berpengaruh kepada perkembangan kecerdasan spiritual anak/siswa. Menerapkan kecerdasan spiritual dalam kehidupan siswa adalah agar seorang siswa dalam melakukan aktivitasnya baik beribadah, bermain, bekerja, belajar, semuanya memiliki makna, tidak pernah lepas dari nilai sehingga dia tidak merasa diperbudak oleh kegiatan-kegiatannya, tidak lagi merasa gelisah, dapat mandiri dan siap untuk menjalani kehidupan dengan segala resiko dan cobaan-cobaannya. Untuk menerapkannya maka kecerdasan spiritual siswa harus dikembangkan terlebih dahulu.

Sedangkan menurut Jalaludin Rakhmat beberapa capa untuk mengembangkan kecerdasan spiritual, yakni sebagai berikut:

  1. Jadilah kita “gembala spiritual” yang baik
  2. Bantulah untuk merumuskan “misi” hidupnya
  3. Baca kitab suci bersama-sama dan jelaskan maknanya dalam kehidupan kita
  4. Ceritakanlah kisah-kisah agung dari tokoh-tokoh spiritual
  5. Diskusikan berbagai persoalan dengan perspektif ruhaniah
  6. Libatkanlah anak dalam kegiatan-kegiatan ritual keagamaan
  7. Bacakan puisi-puisi atau lagu-lagu yang spiritual dan inspirasional
  8. Bawa siswa untuk menikmati keindahan alam
  9. Bawa siswa ketempat orang-orang yang menderita
  10. Ikutsertakan siswa dalam kegiatan so