Menurut Freud, kegagalan penanaman kepribadian yang baik di usia dini ini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Kesuksesan orang tua membimbing anaknya dalam mengatasi konflik kepribadian di usia dini sangat menentukan kesuksesan anak dalam kehidupan sosial di masa dewasanya kelak (Erikson, 1968).
Pernyataan di atas mempertegas penelitian yang dilakukan penulis bahwa pembentukan karakter anak usia dini ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dalam penelitian ini, penulis mengangkat tiga faktor, yaitu keluarga, sekolah, dan komunitas. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, para informan sepakat bahwa keluarga merupakan faktor yang pertama dan utama yang mempengaruhi pembentukan karakter anak usia dini di masa-masa keemasannya.
-
Peran keluarga dalam Pembentukan karakter Anak Usia Dini
Keluarga dalam hal ini adalah aktor yang sangat menentukan masa depan perkembangan anak. Dalam hal ini, penulis juga melihat bahwa para informan pun menyepakati keluarga sebagai hal utama dan pertama yang mempengaruhi pembentukan karakter anak usia dini. Selain itu, Lc, psikolog anak yang juga menjadi pengajar, menyampaikan kepada penulis bahwa jika dilihat dari konsep pencegahan bullying bagi anak, maka keluarga lah yang menjadi jawabannya.
-
Peran Sekolah dalam Pembentukan karakter Anak Usia Dini
Selain keluarga, ada faktor lainnya yang berasal dari lingkungan sekolah. Peran sekolah sebagai lembaga formal yang mengajarkan pendidikan kepada anak usia dini adalah pada lembaga PAUD. Lembaga PAUD sebagai lembaga sekolah formal yang membantu menerapkan pendidikan berkarakter pada anak-anak usia dini. Di lingkungan sekolah, ada guru-gurunya, teman-temannya, yang secara tidak langsung berinteraksi dengan anak, lalu mereka saling mengamati dan bahkan bisa juga mengikuti kebiasaan dari temannya tersebut. Oleh karena itu, dalam hal ini yang menjadi self control agar anak tetap memiliki karakter yang baik adalah keluarganya.
-
Peran Komunitas atau Kelompok Bermain dalam Pembentukan karakter Anak Usia Dini
Faktor lainnya adalah lingkungan kelompok bermain yang terdiri dari teman-teman sepermainan dari anak tersebut. Komunitas ini bisa merupakan juga kelompok non formal pengembangan bakat yang diikuti anak, misalnya saja les renang, menari, memanah, sepak bola, bahasa asing, dan keterampilan atau peminatan bakat lainnya. Ketika anak berinteraksi satu sama lain, mereka saling mengamati dan jika mereka menyukai sesuatu, maka ada kecenderungan akan mencoba mengikuti kebiasaan tersebut. Oleh karena itu, dalam hal ini juga yang menjadi self control kembali lagi pada keluarga.