Bagaimana cara Teknik Berkomunikasi "Rapport"?

Teknik Berkomunikasi

Pernahkah dalam keseharian kita baru saja berkenalan dengan seseorang, dan tiba-tiba kita merasa akrab, merasa cocok, bahkan terkadang dapat berlanjut ke hubungan yang lebih serius, misalkan membangun suatu bisnis bersama. Dalam istilah sehari-hari sering dikatakan bahwa terjadi kesesuaian “chemistry”, atau kecocokan “aura”.

Dalam ranah NLP, dikatakan telah terjadi proses koneksi yang kuat di tingkat pikiran bawah sadar, yang disebut dengan istilah “rapport”.

Bagaimana cara menerapkan teknik “rapport” tersebut dalam kehidupan sehari-hari ?

Rapport adalah fondasi utama dalam proses komunikasi interpersonal. Para komunikator yang hebat, misalkan: politisi, penjual, negosiator, pemimpin informal, terapis, memiliki kepiawaian yang luar biasa tentang bagaimana membangun ”rapport” ini. Mereka memiliki kesabaran sangat luar biasa untuk mampu meluangkan perhatian dan waktu untuk membangun rapport di awal proses komunikasi, sebelum berlanjut ke proses pertukaran informasi yang lebih serius. Kita bisa mengaplikasikan Rapport dengan teknik Pacing And Leading

Pacing and Leading
Dengan prinsip bahwa setiap orang cenderung menyukai kemiripan, maka salah satu teknik paling dasar dari membangung rapport adalah dengan cara berupaya melakukan langkah “memirip-miripkan” diri kita dengan lawan komunikasi kita, cara ini dikenal dengan istilah “pacing”, atau menyelaraskan diri dengan dunia lawan komunikasi kita. Pada teknik pacing ini kita bisa mengunakan teknik Mirroring and Modelling untuk melakukannya.

Mirroring and Modelling
Pacing“ bisa dibangun lewat teknik mirroring dan modelling. Teknik ini berusaha meniru atau memodel teman bicara kita agar kita bisa masuk dan diterima dalam dunianya karena tercipta suatu sinkronisasi.

Tidak perlu susah-susah memahami teknik mirroring dan modelling ini. Coba deh, kita pasti selalu mencari kesamaan saat pertama kali berbicara dengan teman bicara yang baru dikenal. Kita akan bertanya perihal asal daerahnya, tempat kerjanya, pendidikannya, hobbynya dan lain sebagainya.

Pembicaraan baru mulai terasa akrab jika kita tahu bahwa terdapat sesuatu kesamaan dengan teman bicara kita. Saat itulah, kita mulai berasa connect dan dengan mudah menjalin percakapan selanjutnya. Setelah itu anda bisa mengembangkan teknik mirrorinf and modelling ini.

Cara pertama adalah dengan memperhatikan bahasa tubuh teman bicara kita, bagaimana dia duduk, bagaimana dia melakukan gerak tangan dan bagaimana dia melakukan gerak isyarat lainnya. Itu semua kita amati dan lakukanlah hal yang sama pada kesempatan tertentu.

Cara kedua adalah dengan memperhatikan penggunaan kata, istilah, dialek dan kalimat teman bicara kita. Bila dia banyak menggunakan kalimat-kalimat teknis maka kita pun bisa menirunya dengan penggunaan kalimat-kalimat teknis. Bila dia menggunakan kalimat-kalimat sederhana saja, kita sesuaikan juga dengan penggunaan kalimat-kalimat sederhana. Bila dia banyak menggunakan dialek tertentu, kita gunakan juga dialek tersebut. Sesuaikan agar kita terasa dekat dengan teman bicara kita.

Cara pertama sangat efektif untuk komunikasi lisan face to face karena kita bisa mengamati gerakan dan bahasa tubuh teman bicara kita secara langsung. Dan, cara kedua sangat efektif untuk komunikasi baik lisan face to face maupun tertulis. Tetapi bagaimana jika lawan bicara kita hanya bisa berkomunikasi lewat suara saja misalkan lewat telepon atau telekonferensi ?

Disini terdapat cara ada cara ketiga yang bisa dilakukan. Cara ketiga ini bahkan bisa digunakan dalam setiap bentuk komunikasi baik itu tatap muka, tulisan maupun suara. Cara ketiga ini dikenal dengan teknik mirroring dan modelling terhadap paralanguage teman bicara kita.

Paralanguage adalah ilmu bahasa yang mempelajari suara atau vocal dari sudut pandang non verbal yakni: volume (keras atau lembutnya suara), rate(cepat atau lambatnya suara), pitch (tinggi atau rendahnya suara), dan tone(kuat dan lemahnya suara).

Paralanguage selalu memberikan isyarat tertentu saat kita berkomunikasi. Kita bisa mengerti apa sebenarnya pesan yang ingin disampaikan dari teman bicara kita lewat paralanguage karena makna dari suatu kata bisa berbeda jika paralanguage-nya berbeda.

Kita harus berbicara dengan lebih empati. Kita harus berbicara lembut dan tidak tergesa-gesa bila teman bicara kita bicara lembut. Kita mulai menaikkan volume suara kita saat teman bicara kita pun mulai menaikkan volume suaranya. Perhatikan juga intonasi kalimatnya, kata-kata bisa beda makna bila intonasinya berbeda.

Dengan memperhatikan paralanguage teman bicara kita, pesan tersirat akan mudah ditangkap dan tanggapan bisa diberikan lebih tepat sasaran tanpa kesalahpahaman.

Yang harus diperhatikan dalam proses “pacing” yaitu harus dilakukan senatural mungkin, dan bahkan tidak terdeteksi oleh lawan komunikasi. Jika lawan komunikasi mendeteksi adanya proses yang tidak natural, maka justru akan berakibat sebaliknya, yaitu putusnya “rapport”.

Selanjutnya setelah rapport ini tebentuk, maka dapat dilanjutkan dengan tahapan berikutnya, yaitu “leading”. Leading adalah memimpin jalan nya komunikasi kea rah yang ingin kita inginkan, dengan begitu kita bisa lebih dekat dengan lawan bicara sekaligus dapat mencapai tujuan kita.

Referensi