Bagaimana cara tanaman dan pohon di hutan bakau beradaptasi terhadap lingkungannya?

Hutan mangrove

Hutan mangrove merupakan formasi dari tumbuhan yang spesifik, dan umumnya dijumpai tumbuh dan berkembang pada kawasan pesisir yang terlindung di daerah tropika dan subtropika. dalam bahasa Inggris, kata mangrove dipergunakan baik untuk komunitas pohonpohonan atau rumput rumputan yang tumbuh di kawasan pesisir maupun untuk individu jenis tumbuhan lainnya yang tumbuh yang berasosiasi dengannya.

Dalam upaya menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang ekstrim, maka jenis- jenis tumbuhan penyusun mangrove cenderung beradaptasi dengan beberapa cara. Arief (2003) menyatakan bahwa semua ciri morfologi dan anatomi pohon mangrove mencerminkan kondisi pada posisi mempertahankan diri terhadap lingkungan yang bersalinitas tinggi.

Kondisi tanah di hutan mangrove yang sering atau selalu tergenang menyebabkan tanahnya menjadi anaerob . Untuk memenuhi kebutuhan akar akan oksigen, jenis-jenis mangrove mengambilnya dari atmosfir melalui akar nafas. Akar nafas (pneumatophore) adalah salah satu adaptasi mangrove terhadap kondisi tanah berlumpur atau tergenang, yaitu bagian akar yang muncul ke permukaan tanah atau air. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, bentuk perakaran mangrove juga berperan untuk menopang batang agar pohon tetap tegak berdiri walaupun dihempas gelombang dan badai.

Secara umum sistem perakaran jenis-jenis tumbuhan pada hutan mangrove adalah:

  • Akar tunjang, yaitu akar yang mencuat dari batang (seringkali bercabang) ke bawah dan masuk ke lumpur. Jenis Rhizophora mempunyai akar tunjang sampai 1 meter atau lebih di atas permukaan tanah. Akar tersebut mempunyai banyak pori ( lenticels ) yang berfungsi untuk menyerap oksigen pada saat air surut dan membawanya turun ke akar (Supriharyono, 2002).

  • Akar pasak, yaitu akar yang tumbuh terpencar horizontal di dalam tanah dengan anak-anak akar muncul ke permukaan tanah atau lumpur dengan ketinggian hingga 30 cm.

  • Akar lutut, yaitu akar yang muncul di permukaan dan melengkung seperti lutut, tumbuhan yang mempunyai akar lutut adalah jenis-jenis dari marga Bruguiera .

Ceriops tidak memiliki sistem perakaran yang khusus, namun kulit batangnya merupakan penyesuaian untuk pertukaran gas (MacKinnon et al ., 1996).

Menghadapi salinitas yang tinggi, jenis-jenis tumbuhan mangrove memiliki banyak jaringan internal penyimpan air dan konsentrasi garam yang tinggi. Pada beberapa jenis mampu menyimpan kadar garam yang tinggi pada daun-daun tua, sehingga konsentrasi garam pada daun muda akan berkurang. Kadar garam akan dikeluarkan dari pohon bersamaan dengan gugurnya daun-daun tua.

Terbentuknya zonasi juga merupakan salah satu penyesuaian tempat tumbuh jenis mangrove terhadap lingkungan pantai baik dari hempasan gelombang dan berbagai tingkat salinitas. Jenis-jenis yang tahan terhadap hempasan gelombang yang kuat dan salinitas tinggi akan dapat menempati zonasi terluar, sedangkan yang tidak tahan terhadap genangan air laut akan berkembang ke arah darat.

Dalam hal reproduksi, jenis Rhyzophora, Bruguiera dan Ceriops melakukan perkembangbiakan secara vivipar (Romimohtarto, 2001), yaitu biji dapat tumbuh menjadi tumbuhan muda sewaktu masih melekat pada tumbuhan induknya sehingga saat jatuh ke tanah sudah siap terhadap kondisi lingkungan dengan salinitas tinggi. Biji yang jatuh akan langsung menancap dan tumbuh dalam substrat di bawah pohon induk atau terbawa arus ke tempat lain.