Ascariasis menimbulkan ekonomi yang signifi kan akibat adanya gangguan pertumbuhan, penurunan berat badan dan kematian. Tingkat kerugian ekonomi ditentukan oleh berat ringannya tingkat infestasi parasit, kondisi tubuh penderita dan lingkungan.
PENGENDALIAN
1. Pengobatan
Obat berupa anthelmintika, misalnya :
-
pyrantel dengan dosis 250 mg per pedet tanpa memperhatikan berat badan,
-
febantel dengan dosis 6 mg/kg berat badan, c. levamisole dengan dosis 7,5 mg/kg berat badan, d. piperazine citrate dengan dosis 200 mg/kg berat badan, secara oral, e. Eprinomectin (Eprinex) dengan dosis 0.5 mg/kg terbukti efektif terhadap T. vitulorum.
Pengobatan pada induk penderita sangat sulit dilakukan, sebab L3 tersembunyi pada otot/organ tubuh. Pemberian anthelmintika yang bersifat sistemik, seperti ivermectin direkomendasikan untuk membunuh larva yang tersembunyi tersebut.
2. Pelaporan, Pencegahan, Pengendalian dan Pemberantasan
-
Pelaporan
Kasus ascariasis tidak wajib dilaporkan ke Dinas Peternakan. Namun, bila memerlukan pertolongan medis secepatnya, sebaiknya disampaikan laporan ke Institusi yang terkait. -
Pencegahan
-
Hindari menggembalakan pedet pada lahan yang tercemar telur Ascaris atau dengan sapi/kerbau dewasa yang secara historis diketahui menderita ascariasis.
-
Pada daerah endemis, peternak dapat memberikan anthelmintika pada pedet yang berumur 10-16 hari untuk membunuh cacing yang belum dewasa.
-
Untuk tindakan pencegahan direkomendasikan untuk melakukan pengobatan secara teratur pada pedet dan menjaga kebersihan kandang.
-
-
Pengendalian dan Pemberantasan
Pengendalian parasit dilakukan dengan memberikan anthelmintika secara periodik, terutama pada saat pedet berumur 10-16 hari untuk membunuh cacing yang belum dewasa. Disamping itu, tindakan ini dapat melindungi pedet dari serangan cacing, sehingga tidak memungkinkan untuk memproduksi telur yang berpotensi mengkontaminasi padang penggembalaan. Pengobatan dapat diulangi pada saat pedet berumur 6 minggu, untuk membunuh cacing dewasa yang belum mati pada saat pengobatan pertama. Siklus hidup parasit ini sangat kompleks, sehingga tindakan pemberantasan sulit dilakukan, terutama pada peternakan rakyat yang dikelola secara tradisional.
Referensi:
Pengendalian parasit Ascariasis ini dilakukan dengan memberikan anthelmintika secara periodik, terutama pada saat pedet berumur 10-16 hari untuk membunuh cacing yang belum dewasa. Disamping itu tindakan ini dapat melindungi pedet dari serangan cacing, sehingga tidak memungkinkan untuk memproduksi telur yang berpotensi mengkontaminasi lokasi HMT. Pengobatan dapat diulangi pada saat pedet berumur enam minggu, untuk membunuh cacing dewasa yang belum mati pada saat pengobatan pertama. Siklus hidup parasit ini sangat kompleks, sehingga tindakan pemberantasan sulit dilakukan, terutama pada peternakan rakyat yang dikelola secara tradisional (Robert JA, 1989).
Obat berupa anthelmintika, misalnya :
-
Pyrantel dengan dosis 250 mg per pedet tanpa memperhatikan berat badan
-
Febantel dengan dosis 6 mg/kg berat badan
-
Levamisole dengan dosis 7,5 mg/kg berat badan
-
Piperazine citrate dengan dosis 200 mg/kg berat badan, secara oral
-
Eprinomectin (eprinex) dengan dosis 0,5 mg/kg terbukti efektif terhadap T.vitulorum
Pengobatan pada induk penderita sangat sulit dilakukan, sebab larva tersembunyi pada otot/organ tubuh. Pemberian anthelmintika yang bersifat sistemik, seperti ivermectin di rekomendasikan untuk membunuh larva yang tersembunyi tersebut (Robert JA, 1990). Terdapat beberapa metode pemeriksaan feses di laboratorium yaitu metode Natif dipergunakan untuk pemeriksaan secara cepat dan baik untuk infeksi berat, tetapi untuk infeksi ringan sulit ditemukan telur-telurnya. Kelebihan metode ini adalah mudah dan cepat dalam pemeriksaan telur cacing semua spesies, biaya yang diperlukan sedikit, serta peralatan yang digunakan juga sedikit. Sedangkan kekurangan metode ini adalah dilakukannya hanya untuk infeksi berat, infeksi ringan sulit dideteksi. Metode sentrifus dipergunakan untuk mengapungkan telur nematoda. Metode Mc. Master untuk penghitungan jumlah telur cacing dan oosista yang dieliminasikan per gram tinja. Metode Parfit and Banks digunakan untuk mengetahui ada tidaknya telur cacing pada feses (tinja) dengan menggunakan uji endap (sedimentasi) (Anonim, 2010).