Bagaimana cara pengembangan tingkah laku baru siswa?

Belajar

Pada dasarnya tujuan utama dari belajar adalah siswa mempunyai perilaku yang lebih baik daripada sebelum belajar. Belajar tidak hanya sekedar memahami materi pelajaran, tetapi lebih dari itu.

Di samping penggunaan reinforcement untuk memperkuat tingkah laku, ada dua metode lain yang penting untuk mengembangkan pola tingkah laku baru yakni shaping dan modelling.

1. Shaping

Kebanyakan yang diajarkan di kuliah adalah urutan tingkah laku yang kompleks, bukan hanya “simple response”. Tingkah laku yang kompleks ini dapat diajarkan melalui proses “shaping” atau “successive approximations” (menguatkan komponen-komponen respon final dalam usaha mengarahkan subyek kepada respon final tersebut), beberapa tingkah laku yang mendekati respon terkuliahnal. Bila dosen membimbing mahasiswa menuju pencapaian tujuan dengan memberikan reinforcement pada langkah-langkah menuju keberhasilan, maka dosen itu menggunakan teknik yang disebut shaping. Reinforcement dan extinction merupakan alat agar terbentuknya tingkah laku operant baru.

Frazier menyampaikan penggunaan shaping untuk memperbaiki tingkah laku belajar dengan lima langkah perbaikan tingkah laku belajar mahasiswa, antara lain:

  • Datang di kelas pada waktunya.
  • Berpartisipasi dalam belajar dan merespon dosen.
  • Menunjukkan hasil-hasil tes dengan baik.
  • Mengerjakan pekerjaan rumah.
  • Penyempurnaan.

Hasil dari lima komponen untuk memperbaiki tingkah laku menunjukkan bahwa kehadiran masuk kuliah bertambah setelah beberapa bulan. Yang lebih penting lagi ialah para mahasiswa menjadi lebih bisa bekerja sama di kelas dan menggunakan waktu belajar mereka lebih efektif.

2. Modelling

Modelling adalah suatu bentuk belajar yang dapat diterangkan secara tepat oleh classical conditioning maupun oleh operant conditioning. Dalam modelling, seorang individu belajar menyaksikan tingkah laku orang lain sebagai model. Tingkah laku manusia lebih banyak dipelajari melalui modeling atau ikuliahtasi, sehingga kadang-kadang disebut belajar dengan pengajaran langsung. Pola bahasa, gaya pakaian, dan musik dipelajari dengan mengamati tingkah laku orang lain.

Modelling dapat terjadi, baik dengan “direct reinforcement” maupun dengan “vicarious reinforcement”. Sangat mungkin kita belajar meniru karena di-reinforced untuk melakukannya. Hampir sebagian besar anak mempunyai pengalaman belajar pertama, termasuk reinforcement langsung dengan meniru model (orang tuanya).

Adalah hal yang biasa jika kita mendengar bahwa anak kita dengan bangga mengatakan, bahwa dia telah mengerjakan sebagaimana yang telah dikerjakan orang tuanya. Modelling juga dapat dipakai untuk mengajarkan ketrampilan- ketrampilan dan motorik.

Aplikasi teori behavioristik dalam proses pembelajaran untuk memaksimalkan tercapainya tujuan pembelajaran (siswa menunjukkan tingkah laku / kompetensi sebagaimana telah dirumuskan), seorang guru perlu menyiapkan dua hal, sebagai berikut:

  • Menganalisis Kemampuan Awal dan Karakteristik Siswa
  • Merencanakan materi pembelajaran yang akan dibelajarkan.

Sedangkan langkah umum yang dapat dilakukan guru dalam menerapkan teori behaviorisme dalam proses pembelajaran adalah:

  1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran.
  2. Melakukan analisis pembelajaran
  3. Mengidentifikasi karakteristik dan kemampuan awal pembelajar
  4. Menentukan indikator-indikator keberhasilan belajar.
  5. Mengembangkan bahan ajar (pokok bahasan, topik, dll)
  6. Mengembangkan strategi pembelajaran (kegiatan, metode, media dan waktu)
  7. Mengamati stimulus yang mungkin dapat diberikan (latihan, tugas, tes dan sejenisnya)
  8. Mengamati dan menganalisis respons pembelajar
  9. Memberikan penguatan (reinfrocement) baik positif maupun negatif, serta
  10. Merevisi kegiatan pembelajaran