Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan pada Dermatitis Kontak Alergi?

Dermatitis kontak alergi adalah suatu kelainan pada kulit disertai dengan rasa gatal yang disebabkan oleh reaksi alergi kulit terhadap bahan-bahan tertentu.

Bagaimana cara pencegahan Dermatitis Kontak Alergi ?

Cara terbaik untuk mencegah dermatitis kontak adalah dengan menghindari bersentuhan atau kontak langsung dengan zat penyebab alergi dan iritasi. Jika tidak bisa menghindarinya, ada beberapa cara untuk mengurangi risiko terkena dermatitis kontak, yaitu:

  • Rajin membersihkan kulit.
  • Kenakan pakaian pelindung atau sarung tangan, untuk mengurangi kontak langsung antara kulit dengan zat penyebab alergi dan iritasi.
  • Ganti produk perawatan tubuh. Apabila produk perawatan tubuh yang digunakan menyebabkan alergi atau iritasi.
  • Jagalah hewan peliharaan. Beberapa hewan peliharaan bisa menyebarkan zat penyebab alergi dari tumbuhan dengan mudah.
  • Gunakan pelembap.
  • Mengubah program diet. Dermatitis kontak bisa muncul karena alergi terhadap zat nikel yang terdapat dalam beberapa jenis makanan

UJI TEMPEL

Pelaksanaan uji tempel dilakukan setelah dermatitisnya sembuh (tenang), bila mungkin setelah 3 minggu, atau sekurag-kurangnya 1 minggu bebas obat.

Tempat melakukan uji tempel biasanya di punggung, dapat pula di bagian luar lengan atas. Bahan uji diletakkan pada sepotong kain atau kertas yang non-alergik, ditempelkan pada kulit yang utuh, ditutup dengan bahan impermeabel, kemudian direkat dengan plester. Pasien dilarang mandi minimal 48 jam, dan menjaga punggung selalu kering hingga pembacaan terakhir. Setelah 48 jam dibuka. Reaksi dibaca setelah 48 jam (15-30 menit setelah dibuka), 72 jam dan atau 96 jam. Untuk bahan tertentu bahkan baru memberi reaksi setelah satu minggu.

Hasil positif dapat berupa eritema dengan urtika sampai vesikel atau bula. Penting dibedakan, apakah reaksi karena alergi kontak atau karena iritasi (reaksi positif palsu), sehubungan dengan konsentrasi bahan uji terlalu tinggi. Bila oleh karena iritasi, reaksi akan menurun setelah 48 jam (reaksi tipe decresendo), sedangkan reaksi alergi kontak makin meningkat (reaksi tipe cresendo).

Reaksi excited skin atau ‘angry back’, merupakan reaksi positif palsu, suatu fenomena regional disebabkan oleh beberapa reaksi positif kuat, pinggir uji tempel yang lain menjadi reaktif. Fenomena ini pertama dikemukakan oleh Bruno Bloch pada abad ke-20, kemudian diteliti oleh Mitchell pada tahun 1975. Biasanya terjadi pada pasien dengan kulit hipersensitif yang sedang menderita dermatitis yang aktif atau yang memang bereaksi kuat terhadap uji temple tersebut. Dilakukan pengujian ulang pada pasien tersebut dengan alergen yang lebih sedikit, untuk menyingkirkan reaksi positif palsu nonspesifik.

Reaksi negatif palsu dapat terjadi apabila konsentrasi terlalu rendah, vehikulum tidak tepat, bahan uji tempael tidak merekat dengan baik atau longgar, kurang cukup waktu penghentian pemakaian obat kortikosteroid baik topikal maupun sistemik.

Uji tempel jangan dilakukan pada pasien dengan riwayat urtikaria dadakan, karena dapat menimbulkan urtikari generalisata bahkan reaksi anafilaksis.

Hasil dari uji tempel dicatat seperti berikut:

  • reaksi lemah (nonvesikular) : eritema, infiltrat, papul (+)
  • reaksi kuat: edema atau vesikel (++}
  • reaksi sangat kuat (ekstrim): bula atau ulkus (+++)

PENGOBATAN

Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak adalah upaya pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab, dan menekan kelainan kulit yang timbul.

Terapi Topikal

Untuk dermatitis kontak alergi akut yang ditandai dengan eritema, edema, bula atau vesikel, serta eksudatif (madidans), kelainan kulit dikompres beberapa kali sehari selama 15- 20 menit. Dapat menggunakan larutan garam faal atau larutan salisil 1:1000, larutan potassium permanganate 1:10.000, larutan Burowi (aluminium asetat) 1:20-1:40. Kompres dihentikan apabila edema telah hilang. Pada beberapa kasus yang lebih berat, diperlukan kortikosteroid topical dari potensi sedang hingga potensi tinggi. Dapat juga menggunakan formulasi triamsinolone acetonide 0,1% dalam lotio Sarna (kampor 0,5 %, mentol 0,5%, fenol 0,5%).

Pada keadaan subakut, penggunaan krim kortikosteroid potensi sedang hingga potensi tinggi merupakan pilihan utama. Sedang kompres terbuka tidak diindikasikan.

Sedangkan untuk lesi kronik, diberikan salap kortikosteroid potensi tinggi atau sangat tinggi sebagai terapi initialnya. Untuk terapi rumatan dapat digunakan kortikosteroid potensi rendah. Diberikan juga emolien, seperti gliserin, urea 10%, atau preparat ter untuk lesi yang likenifikasi dan kering. Pada kondisi likenifikasi yang berat, pemberian kortikosteroid intralesi dapat memberikan manfaat.
Untuk dermatitis kontak alergik yang ringan, atau dermatitis akut yang telah mereda (setelah mendapat pengobatan kortikosteroid sistemik), cukup diberikan kortikosteroid topikal atau makrolaktam (pimecrolimus atau tacrolimus).

Golongan makrolaktam yang tidak mengakibatkan atrofi kulit sehingga aman untuk digunakan di wajah dan mata.

Terapi sistemik
Untuk mengurangi rasa gatal dan peradangan yang moderate dapat diberikan antihistamin. Sedangkan kortikosteoroid oral diberikan dalam jangka pendek untuk mengatasi peradangan pada keadaan akut yang berat, misalnya prednison 30 mg/hari (dibagi 3dosis). Umumnya kelainan kulit akan mereda setelah beberapa hari.

Pada kondisi yang lebih parah, dimana pekerjaan sehari-hari pasien terganggu dan tidak bisa tidur, dapat diberikan prednison oral 70mg sebagai dosis initial, yang diturunkan 5-10 mg/hari selama 1-2 minggu.

Apabila terdapat infeksi sekunder, terdapat fisura, erosi, dan secret purulen dapat ditambahkan antibiotic misalnya eritromisin 4×250-500 mg selama 7-10 hari.