Bagaimana cara pemijahan ikan lele ?

Pemijahan ikan lele

Pemijahan adalah proses mengawinkan antara lele jantan dengan lele betina hingga menghasilkan telur yang nantinya dapat menetas menjadi anakan lele. Untuk proses pemijahan lele dibutuhkan sepasang indukan (1 jantan dan 1 betina) dalam satu kolam.

Bagaimana cara pemijahan ikan lele ?

Hal pertama yang harus dilakukan adalah proses pembuatan kolam pemijahan. Kolam pemijahan yang ideal berukuran 2 x 3 m karena dalam proses perkawinan lele akan bergerak kesana kemari dan saling mengejar sebelum bertelur. Pembuatan kolam pemijahan yang baik dapat dibaca pada artikel Cara Pembuatan Kolam Pemijahan.

Proses pemijahan lele akan dijabarkan dalam langkah-langkah di bawah ini.

  • Tangkaplah sepasang lele yang telah siap kawin/matang gonad yang memiliki ukuran yang relatif sama.
  • Pindahkan lele ke dalam kolam pemijahan yang telah dipersiapkan sebelumnya, usahakan kurangi kontak langsung dengan indukan agar indukan tidak terlalu stres.
  • Letakkan indukan dengan hati-hati ke dalam kolam yang telah diberi media untuk bertelur.
  • Tutup kolam agar lele tidak meloncat keluar.
  • Tunggu sekitar 18 jam atau lebih hingga lele selesai bertelur.
  • Lele yang matang gonad akan segera bertelur setelah ditempatkan di kolam pemijahan.

Media untuk bertelur lele dapat dibuat dengan menggunakan ijuk yang dirangkai pada kayu sehingga mirip rumput-rumput air. Ikan lele biasanya akan bertelur pada media tersebut. Ijuk dapat diganti dengan media lain yang dapat mnjadi tempat penempelan telur, yang penting adalah bentuknya mirip dengan rumput atau tanaman air lainnya.

Persiapan Indukan Lele Sangkuriang

Lele yang akan dipijahkan haruslah telah matang gonad. Berikut ini adalah ciri-ciri lele yang siap dipijahkan:

  • Telah berumur 12-18 bulan
  • Memiliki berat sekitar 0,50-0,75 kg untuk jantan dan 0,70-1,0 kg untuk betina
  • Kelamin jantan menonjol dan betina tidak menonjol
  • Betina memiliki perut buncit yang lembek dan Jantan memiliki perut yang ramping.

Cara Pemijahan Lele Sangkuriang

Pemijahan lele sangkuriang ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain pemijahan secara alami dan pemijahan semi alami.

1. Pemijahan Lele Sangkuriang secara alami

Sesuai dengan namanya, pemijahan ini dilakukan dengan cara menyiapkan indukan yang telah siap dipijahkan lalu dimasukkan ke bak atau kolam yang telah disiapkan baik itu kolam semen atau kolam tanah. Pemasukan indukan jantan dan betina lele ke kolam/bak pemijahan dilakukan pada pagi atau sore hari karena suhu udara dan suhu air masih rendah sehingga induk tidak mudah stres. Perbandingan jantan dan betina yang dimasukan dalam satu kolam yaitu 1 ekor jantan : 1 ekor betina.

Dalam kolam pemijahan diberi kakaban ijuk berukuran 1 meter untuk panjangnya dan 25-50 cm untuk tingginya. Kakaban tersebut nantinya digunakan untuk tempat menempelkan telur hasil pemijahan lele sangkuriang.

Induk lele akan memijah pada malam hari menjelang pagi hari. Pemijahan terjadi saat induk betina mengeluarkan telur lalu dibuahi oleh jantan. Telur-telur yang sudah dibuahi akan menempel pada kakaban ijuk. Indukan jantan dan betina ikan lele diambil dan dikembalikan ke kolam pemeliharaan.

2. Pemijahan Semi Alami Lele

Pemijahan ini merupakan kombinasi antara pemijahan buatan dan pemijahan alami lele. Cara ini dilakukan dengan induk diberi rangsangan atau suntikan kelenjar hipofisa atau hormon ovaprim dan selanjutnya dibiarkan berpijah secara alami.

Induk lele jantan diberi dengan dosis setengah dari dosis induk betina. Penyuntikan dilakukan secara instamuskular (di bawah otot) pada bagian punggung ikan. Setelah induk yang disuntik hormon disimpan di wadah pemijahan.

Induk akan terangsang untuk memijah karena dorongan hormon dan selanjutnya mengeluarkan telur yang segera dibuahi oleh sperma induk jantan.

Pemijahan ini terjadi secara alami. Biasanya ovulasi atau pengeluaran telur terjadi sekitar 10-14 jam setelah penyuntikan. Jika induk telah selesai memijah, telur-telur yang akan menempel di kakaban diangkat dan ditetaskan di tempat lain.

Ada dua metode pembibitan yang dapat dilakukan yaitu pembibitan alami dan pembibitan buatan. Pada pembibitan secara alami, seluruh rangkaian proses pembibitan terjadi secara natural tanpa bantuan manusia. Berbeda dengan pembibitan buatan, di mana kita harus menyuntikkan hormon tertentu ke tubuh ikan lele agar ikan tersebut sehingga dapat mencapai kematangan gonad.

Berikut langkah-langkah pembibitan ikan lele:

1. Pemilihan Ikan Lele Indukan

Ikan lele yang akan dijadikan sebagai ikan indukan harus mempunyai kualitas yang bagus. Ciri-ciri indukan ikan lele yang unggul antara lain asal usulnya jelas, berumur sekitar 1-2 tahun, berat tubuhnya lebih dari 1 kg, gerakannya agresif/lincah, badannya mengkilap, memiliki postur yang gemuk, tidak mempunyai cacat, dan tingkat pertumbuhannya cepat.
Ikan lele jantan yang telah matang secara gonad biasanya memiliki alat kelamin yang membesar, bengkak, berwarna kemerah-merahan, dan terdapat bintik-bintik yang berkelir putih. Sedangkan pada ikan lele betina yang telah matang gonad, ikan tersebut memiliki lubang kelamin yang memerah dan membesar dengan perut yang juga membesar dan cenderung lembek. Jika perut lele betina ini diurut sampai ke anus maka akan mengeluarkan telur.

2. Adaptasi Ikan Lele Jantan dan Betina

Kedua jenis ikan lele yang akan dipijahkan perlu dikondisikan terlebih dahulu dengan cara menempatkannya di kolam khusus indukan secara terpisah. Usahakan kolam tersebut mempunyai sirkulasi air yang lancar untuk mencegah ikan-ikan di dalamnya mengalami stres. Adapun padat tebar ikan yang disarankan adalah 2 kg/m2.

Selama masa karantina, indukan ikan lele harus diberi pakan yang mengandung gizi tinggi. Selain pelet khusus, Anda juga bisa memberinya makanan berupa limbah rumah tangga. Pemberian pakan dilakukan sebanyak 1-2 hari sekali. Disarankan pula untuk memasukkan beberapa tanaman air ke dalam kolam.

3. Pembuatan Kolam Pembibitan dan Penetasan Telur

Anda bisa menggunakan kolam terpal seluas 2 m2 sebagai kolam pembibitan/pemijahan. Kedalaman kolam yang baik berkisar antara 60-80 cm. Selanjutnya masukkan 3-4 kakaban berupa ijuk yang diapit dengan bambu untuk sarana tempat meletakkan telur. Tindihlah kakaban tersebut memakai batubata supaya posisinya tenggelam di dasar kolam.

Langkah berikutnya ialah membuat kolam khusus penetasan telur agar jumlah telur yang menetas lebih maksimal. Ukuran kolam penetasan telur yang dianjurkan yaitu 3 x 2 m dengan kedalaman 30 cm. Kolam ini terbuat dari material beton yang dibangun di tempat yang teduh dan tenang. Disarankan buatlah kolam penetasan telur secara indoor agar tidak terjadi perubahan suhu secara ekstrem.

Sumber