Bagaimana cara menyembuhkan sifat Sombong menurut Al-Qur'an?

Salah satu penyakit hati dalam diri manusia yang dapat menutup jalan hidayah Allah swt adalah sifat sombong atau takabur. Orang Sombong Dalam Islam adalah Penyakit yg bisa melanda seluruh lapisan masyarakat, dari yang kaya sampai yang miskin, orang alim dan bodoh, yang muslim maupun non muslim, dan lain-lainnya.Sombong adalah watak utama dari Iblis, sebagaimana yang diterangkan dalam banyak ayat dalam Al- Qur’an. Sifat sombong memang bisa hinggap pada siapapun, namun yang lebih dominan adalah mereka yang mempunyai banyak potensi. Lalu bagaimana penyembuhan penyakit sombong dalam Al-Qur’an?

Sifat sombong masuk dalam nafsio ataksia, Ataksia adalah istilah dari bahasa latin ‘A’ artinya tidak, dan ‘taksis’ artinya keteraturan, nafsio ataksia yaitu ketidak berdayaan mengatur prilaku, disebabkan oleh kelainan penyakit di syaraf sentral, tidak adanya koordinasi antara emosi dan fikiran-fikiran.

Nafsio ataksia ditandai oleh ketidak mampuan orang mengatur tingkah lakunya, karena kelemahan mengkoordinasikan energy otak dan energy hatinya. Untuk itu perlu adanya penyembuhan penyakit sombong tersebut yakni dengan cara menggunakan nafsio terapi, hal ini digunakan dikarenakan sombong merupakan salah satu penyakit dari penyakit nafsiah atau lebih jelasnya dalam bahasa nafsiologi yaitu nafsio parasita. Adapun penyembuhan penyakit sombong dalam nafsio terapi adalah dengan menggunakan:

Metode Dzikir

Metode dzikir yang digunakan dalam nafsio terapi ialah dzikir membangkitkan daya ingat, dzikir kepada hukum-hukum ilahi, dzikir mengambil pelajaran atau peringatan, dan dzikir meneliti proses alam. Dari semua macam-macam dzikir yang ada dalam nafsio terapi semuanya bertujuan untuk membentuk akselerasi (peningkatan) mulai dari renungan, sikap, aktualisasi sampai pada kegiatan memproses alam.

Dan merupakan jaminan berakarnya ketenangan dalam diri. Kalau diri selalu terhubung dalam ikatan ketuhanan, maka akan tertanamlah dalam hati sifat-sifat Uluhiah yang berupa ilmu, hikmah dan iman (Sukanto, 1985)

Menurut Az-Zahrani (2005), menerangkan dalam bukunya konseling terapi, upaya penyembuhan penyakit sombong, menggunakan terapi mental dalam Al-Qur’an dan Sunnah antara lain:

Terapi mental dengan keimanan dan rasa aman Kajian sejarah agama-agama di dunia, khususnya kajian sejarah Islami, telah banyak mengungkapkan keberhasilan iman kepada Allah dalam menyembuhkan penyakit kejiwaan, memunculkan perasaan aman, dan menjaga diri dari segala bentuk depresi yang merupakan penyebab utama adanya penyakit kejiwaan. Dalam Al-Qur’an telah digambarkan secara gamblang bagaimana iman kepada Allah bisa mendatangkan rasa Aman dan ketenangan dalam diri orang yang beriman, sebagaimana firman-Nya:

image
Artinya:
Orang-Orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk(Q.S. Al-An’aam: 82).

Yang dimaksud keimanan disini adalah keimanan murni tanpa adanya campuran dengan ibadah selain Allah. Itulah keimanan yang mendatangkan ketenangan dan juga petunjuk ke jalan yang kebenaran dan kebaikan.

Terealisasinya ketenangan diri dan keamanan dalam hati seorang mukmin muncul dari keimanannya yang murni kepada Allah, hingga ia selalu memiliki harapan dalam mendapatkan pertolongan dan penjagaan dari-Nya.

Seorang mukmin hendaknya selalu menghadapkan wajahnya kepada Allah di saat ia beribadah dan selalu meniatkan semua yang dilakukannya demi mengharapkan keridhaan-Nya semata. Dengan demikian ia akan selalu merasa bahwa Allah selalu bersamanya dan dalam pertolongan-Nya selalu(Az-Zahrani, 2005).

Terapi Mental dengan Ibadah

Menunaikan ibadah yang telah diwajibkan Allah, seperti zakat, puasa ataupun haji, mampu membersihkan jiwa, sebagaimana firman Allah :

image
Artinya:
Maka Apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. mereka itu dalam kesesatan yang nyata (Q.S. Az-Zumar: 22).

Menunaikan ibadah pun merupakan satu cara untuk menghapuskan dosa dan memperkuat ikatan seorang mukmin kepada Allah yang ditampakkannya dengan selalu mematuhi perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan kedekatannya dengan Allah lah,maka akan muncul harapan agar Allah dapat mengampuni segala kesalahannya. Juga akan makin kuat cita-citanya dalam menggapai surga-Nya, tempatdimana ia akan selalu merasa aman dan tenang. Diriwayatkan dari HudzaifahIbnul Yaman bahwa Rasulullah bersabda:

image
Artinya:
“Fitnah dan cobaan pada diri seseorang akan muncul pada keluarganya, hartanya, anaknya, dirinya dan juga tetangganya, yang semuanya ini dapat ditanggulangi dengan puasa,shalat, sedekah, menyerukan kepada kebaikan dan juga melarang kemungkaran”(HR Bukhari) (Az-Zahrani, 2005: 480).

Ibadah yang bisa dilakukan secara perseorangan dan mampu menjadi terapi bagi masing-masing individu adalah sebagai berikut:

Terapi Shalat

Shalat adalah satu nama yang menunjukkan adanya ikatan yang kuat antara hamba dengan Tuhannya. Dalam shalat, hamba seolah berada di hadapan Tuhannya dan dengan penuh kekhusyuannya memohon banyak hal kepada-Nya. Perasaan ini akhirnya bisa menimbulkan adanya kejernihan spiritualitas, ketenangan hati, dan keamanan diri di kala ia mengarahkan semua emosi dan anggota tubuhnya mengarah kepada-Nya dengan meninggalkan semua kesibukan dunia dan permasalahnnya.

Pada saat shalatlah ia bisa sepenuhnya memikirkan Tuhannya tanpa ada interupsi dari siapapun hingga pada saat itulah ia merasakan ketenangan dan akalnya pun seolah menemukan waktu rehatnya.

Dengan penggambaran diatas, maka shalat sangat berperan besar dalam menekan segala bentuk penyimpangan prilaku yang timbul dari tekanan dan permasalahan hidup keseharian. Juga dalam menekan kekhawatiran dan goncangan kejiwaan yang sering dialami banyak manusia. Umumnya setelah menyelesaikan shalat, seorang hamba akan berdzikir mengingat Tuhannya serta bertasbih diiringi munajatnya kepada Allah yang dilanlanjutkan dengan membaca sebagian ayat Al-Qur’an diantaranya ayat kursi, surah Al-Ikhlas, serta Surah Al-Falaq dan Surah An-Nass. Setelahnya beristigfar dan berdoa kepada Allah (Az-Zahrani, 2005)

Al-Qur’an menawarkan banyak terapi dalam menyikapipenyimpangan prilaku, diantaranya dengan metode berikut:

  • Menanamkan keimanan dengan akidah ketauhidan dalam jiwa kaum muslimin dan menumbuhkan bibit-bibit ketaqwaan dalam hati mereka.

  • Mewajibkan kepada mereka beraneka ragam bentuk ibadah.

  • Memerintahkan mereka untuk belajar sabar.

  • Memerintahkan mereka untuk membiasakan diri dalam mengingat Allah

  • Memerintahkan mereka untuk meminta ampunan dan bertaubat kepada Allah atas semua kesalahan dan dosa,

  • Menggunakan metode yang beragam dalam memperbaiki prilaku yang menyimpang seperti halnya dengan konsep yang bertahap, konsep rayuan dan ancaman, konsep kisah dan banyak lainnya (Az-Zahrani, 2005).

1 Like

Berikut ini merupakan metode penyembuhan sombong dalam Al-Qur’an dalam perspektif BKI. Islam banyak mempergunakan banyak metode konseling yang diantaranya sebagai berikut:

  1. Metode pertama, yaitu dengan memperkuat sisi spiritualitas pada diri individu dengan cara menanamkan keimanan kepada Allah dan ketauhidan atas-Nya serta tidak menyekutukan-Nya, hal ini sama dengan cara dakwah Rasulullah yang telah berdakwah selama tiga belas tahun pertama untuk menyeru manusia kepada ketauhidan Allah, dengan menanamkan dan mengokohkan keimanan dihati para sahabat dan pengikutnya. Juga menjernihkan hati mereka dengan mengajak mereka untuk senantiasa dekat kepada Allah dan beribadah kepada-Nya. Sesungguhnya iman yang mengisi relung hati manusia akan menumbuhkan ketenangan, keridhaan, kebahagiaan, dan keamanan dalam diri.

  2. Metode kedua, yaitu dengan mempelajari cara-cara dan kebiasaan penting yang merealisasikan adanya kesehatan jiwa, dengan memiliki jiwa yang sehat, maka individu telah memiliki kematangan emosi dan sosial hingga mampu membentuk kepribadian yang baik dan diidamkan selama ini, dengan kepribadian kokoh inilah, maka individupun akan lebih siap dalam mengemban tanggung jawabnya dalam kehidupan dan melaksanakan perannya dalam memakmurkan bumi serta membentuk masyarakat yang dinamis.

  3. Metode Penalaran Logis, Metode penalaran logis ialah yang berkisar tentang dialog dengan akal dan perasaan individu. Metode ini dipergunakan konselor agar invidu paham akan proses konseling yang berlansung, dan harapannya dengan dialaog dengan akal dan perasaan individu, individu dapat mengerti dan mampu menjauhi prilaku sombong (Az-Zahrani, 2005). Pada penalaran logis ini telah di sampaikan Allah dalam QS An-Nahl: 44 yang artinya

    “Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan”.

    Alu Syaikh menjelaskan, sesungguhnya kamu sekalian adalah orang yang paling mulia di antara para makhluk dan pemimpin anak Adam. Maka dari itu Nabi Muhammad harus merinci untuk mereka apa yang mujmal (global) dan apa yang sulit untuk mereka (Alu Syaikh, 2008). Dari ayat di atas memberikan arti dan maksud terhadap proses bimbingan konseling Islami dengan metode penalaran logis, seorang konselor haruslah merinci untuk mereka secara global terkait pemahaman klien terhadap Al-Qur’an dan memberikan penjelasan dengan mudah sesuai dengan akal pikiran seorang klien sehingga penerapan metode ini dapat lebih tepat sasaran dan klien lebih memahami terhadap yang di sampaikan konselor.

  4. Metode Kisah, Metode kisah ini ialah metode yang terdapat dalam AlQur’an. Al-Qur’an banyak merangkum kisah para nabi dan dialog yang terjadi antara mereka dengan kaumnya. Kisah-kisah ini bisa dijadikan contoh dan model yang mampu menjadi penjelas akan prilaku yang diharapkan, hingga bisa dibiasakan, dan juga perilaku yang tercela hingga bisa di hindari (Az-Zahrani, 2005). Ayat yang bersangkutan dengan metode kisah termaktub dalam QS Al- Qasas: 39 yang artinya

    “Dan Berlaku angkuhlah Fir’aun dan bala tentaranya di bumi (Mesir) tanpa alasan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada kami”.

    Dalam kitab Ibnu Katsir di terangkan bahwa mereka yang melampui batas, sombong dan banyak berbuat kerusakan di muka bumi serta berkeyakinan bahwa tidak ada hari kiamat dan tidak ada tempat kembali, maka Allah menenggelamkan mereka kedalam lautan di suatu pagi, dan tidak ada satu orang pun yang tersisa (Alu Syaikh, 2008).