Bagaimana Cara Menjaga Ukhuwah Islamiyah?

Ukhuwah Islamiyah

Bagaimana cara menjaga ukhuwah Islamiyah ?

Al-Qur’an merupakan salah satu dari kitab suci yang dapat mengubah dan mempengaruhi secara mendalam jiwa dan tindakan manusia. Bagi kaum muslim, Kitab Suci ini tidak saja diyakini sebagai kata-kata Tuhan yang disampaikan kepada manusia melalui Muhammad Saw. Tetapi juga sebagai model par excellence kesempurnaan bahasa.

Ia memang sebuah dokumen historis yang merefleksikan situasi sosio-ekonomi, religius dan politis masyarakat Arab pada abad ke-7. Tetapi pada saat yang sama, ia juga sebuah buku petunjuk dan tata aturan bagi berjuta-juta manusia yang ingin hidup di bawah naungannya dan mencari makna hidup dan kehidupan mereka di dalamnya. Karena itu, kaum Muslim mempelajari al-Qur’an, sejak ia diturunkan hingga sekarang dan seterusnya.

Lebih dari itu, al-Qur’an bagi kaum Muslim, menjadi petunjuk yang berlaku bagi kehidupan yang universal, kapan, di mana dan bagaimanapun. Dan memang demikian al-Qur’an mengklaim diri. Ia, misalnya, menamakan diri sebagai hudan li al-nas (petunjuk bagi manusia), al-Furqan (pembeda yang benar dari yang salah) dan sebutan-sebutan lain yang senada yang terdapat dalam surat- surat yang berbeda.

Proses terbentuknya ukhuwah Islamiyah , yaitu:

Pertama, melaksanakan proses ta’aruf.

Pengertian ta’aruf adalah saling mengenal sesama manusia. Ada tiga bentuk proses ta’aruf , yakni:

  • Perkenalan penampilan fisik (jasadiyyan), seperti tubuh, wajah, gaya pakaian, gaya bicara, tingkah laku, pekerjaan, pendidikan, dan lain sebagainya;

  • Pengenalan pemikiran (fikriyyan) . Hal ini dilakukan dengan dialog, pandangan terhadap suatu masalah, kecenderungan berpikir, tokoh idola yang dikagumi dan diikuti, dan lain sebagainya; dan

  • Pengenalan kejiwaan (nafsiyyan) yang ditekankan kepada upaya memahami kejiwaan, karakter, emosi, dan tingkah laku. Setiap manusia tentunya punya keunikan dan kekhasan sendiri yang memepengaruhi kejiwaannya. Proses ukhuwah Islamiyah akan terganggu apabila tidak mengenal karakter kejiwaan ini.

Kedua, melaksanakan proses tafahum.

Tafahum adalah saling memahami. Saling memahami adalah kunci ukhuwah Islamiyah . Tanpa tafahum , maka ukhuwah tidak akan berjalan. Dengan saling memahami maka setiap individu akan mudah mengetahui kekuatan dan kelemahannya dan menerima perbedaan. Dari sini akan lahirlah ta’awun (saling tolong menolong) dalam persaudaraan.

Ketiga, melakukan at-ta’aawun. Bila saling memahami sudah lahir, maka timbullah rasa ta’awun. Ta’awun dapat dilakukan dengan hati (saling mendo’akan), pemikiran (berdiskusi dan saling menasehati), dan aman (saling bantu membantu). Saling membantu dalan kebaikan adalah kebahagiaan tersendiri. Manusia adalah makhluk sosial yang butuh berinteraksi dan butuh bantuan orang lain. Kebersamaan akan bernilai bila kita mengadakan saling bantu membantu.

Keempat, melaksanakan proses takaful.

Yang muncul setelah proses ta’awun berjalan. Rasa sedih dan senang diselesaikan bersama. Takaful adalah tingkatan ukhuwah yang tertinggi. Banyak kisah dan hadits Nabi Saw. dan para sahabat yang menunjukkan pelaksanaan takaful ini. Seperti ketika seorang sahabat kehausan dan memberikan jatah airnya kepada sahabat lainnya yang merintih kehausan juga, namun setelah diberi, air itu diberikan lagi kepada sahabat yang lain, terus begitu hingga semua mati dalam kondisi kehausan. Mereka saling mengutamakan saudaranya sendiri dibandingkan dirinya (itsar) . Inilah ciri utama dari ukhuwah Islamiyah.

Kata akha sebagai dasar kata ukhuwwah dan derivasinya dengan segala bentuknya, disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 87 kali.