Bagaimana cara meningkatkan/memberdayakan masyarakat agar pertanian bisa menjadi bidang unggulan, khususnya pada generasi muda?

Pertanian Milenial

Nowdays, banyak masyarakat yang menghindari pekerjaan pada bidang pertanian, karena dinilai tidak banyak gaji, capek, lesuh, kotor, sehingga Indonesia mulai ramai melakukan impor bahan pangan. Padahal apabila masyarakat Indonesia bisa mengoptimalkan potensi ini, tentu bahan pangan akan tidak akan kekurangan.

Terima kasih utk diskusinya
:ear_of_rice:

4 Likes

Bisa dengan cara mengadakan campaign tentang pertanian, penyuluhan, dan pelatihan pertanian. Selain itu, bisa juga dengan menggunakan sosial media untuk mengajak dan mengedukasi para pemuda/i tentang pentingnya pertanian serta mengubah stigma negatif terhadap pertanian.

2 Likes

Menurut saya, peran pemerintah yang harusnya berperan ekstra dalam menyadarkan masyarakatnya, khususnya pemuda bahwa bertani itu penting. Saya menyadari bahwa pemerintah Indonesia terlalu menyepelekan potensi-potensi rakyatnya. Buktinya pemerintah sekarang lebih senang impor. Selain itu, lahan indonesia juga dialih fungsikan menjadi lahan non-pertanian. Banyak sekali petani kita sengsara, karena sudah sedikit lahan yang digunakan untuk bertanam. Saya mengerti kalau kita sebagai pemuda harus sadar dan bergerak demi kemajuan bangsa. Tapi kalo pemerintah tidak turut andil percuma.

3 Likes

Izin menjawab yah kak :grin:

Ini nih, permasalahan real yang benar-benar kita hadapi saat ini. Dimana anak muda sama sekali tidak ada ketertarikan untuk menggeluti bidang pertanian, dan menganggap bidang pertanian merupakan sektor yang tidak menguntungkan, kolot dan lain sebagainya.

Padahal pertanian memegang peranan yang sangat penting dalam mendukung kemajuan suatu negara. Hal tersebut dikarenakan sektor pertanian merupakan satu-satunya penyedia pangan bagi sebuah negara. Selain itu, kegiatan pertanian secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap kondisi perekonomian Indonesia.

Hal tersebut disebabkan karena negara Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya bekerja dibidang pertanian. Menurut BPS (2018) jumlah penduduk yang bekerja disektor pertanian pada tahun 2017 adalah sejumlah 39,68 juta jiwa atau setara dengan 31,86 persen dari total penduduk, sedangkan pada tahun 2018 mengalami penururan sehingga hanya menjadi 33 juta jiwa yang bekerja pada sektor pertanian.

Meskipun begitu, sektor pertanian tetap menyumbang pendapatan terbesar dihampir disetiap daerah dan juga menyerap tenaga kerja terbanyak dibandingkan dengan sektor lainnya. Selain itu, pertanian juga turut menyumbang dalam pembentukan GDP hingga mencapai 45% dan menyumbang devisa negara setiap tahunnya.

Selain itu, sektor pertanian itu sangatlah luas dan sangat menjanjikan, mulai dari hulu hingga hilir semuanya bisa mendatangkan peluang usaha. Tinggal bagaimana kita melihat peluang tersebut

Mungkin, beberapa cara ataupun pandangan yang dapat saya berikan terkait dengan permalahan tersebut adalah dengan mulai membawa sektor pertanian kearah digital, dan mulai mengajak anak-anak muda untuk ikut serta dalam kegiatan tersebut. Seperti beberapa perusahaan startup dibidang pertanian yang sangat menjanjikan dan sangat menginspirasi anak-anak muda adalah TaniJoy, LimaKilo dan masih banyak lagi. Dan satu hal yang perlu diingat sektor pertanian, merupakan sektor yang tidak akan pernah mati selama negara tersebut masih berdiri.

Referensi
(BPS), B. P. (20018). Hasil Survei Pertanian Antar Sensus Sutas 2018. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

2 Likes

Menurut saya, generasi millenial ini sering kali berpikir hal yang mereka lakukan menghasilkan keuntungan atau tidak. Padahal beberapa tahun kedepan, sektor pertanian akan sangat diperlukan karena kebutuhan akan pangan dan jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat.

Ada beberapa solusi yang bisa ditawarkan dari saya, seperti membuat kontes urban farming yang kreatif dan inovatif serta mengingatkan dampak apabila terjadi krisis pangan. Peran pemerintah juga sangat penting untuk memperhatikan sektor ini seperti membagi rata SDM/ lulusan pertanian.

2 Likes

Kalau memang generasi milenial menekankan pada finansial sebagai prioritas utama dalam tujuan hidupnya, ya mau ngga mau, suka tidak suka, bidang pertanian yang harusnya mencari cara bagaimana bidang pertanian itu dapat memberikan prospek yang bagus bagi orang-orang yang berkecimpung di dalamnya.

Beberapa permasalahan yang saya amati dilapangan terkait tidak menariknya bidang pertanian bagi generasi muda antara lain :

  • Usaha di bidang pertanian membutuhkan modal yang cukup besar. Untuk membeli tanah untuk usaha saja sudah luar biasa mahalnya, belum lagi untuk modal sarana dan prasarananya. Itu baru modal awal, belum modal operasionalnya. Kalau dibandingkan dengan modal membuka cafe keliatannya lebih besar modal untuk usaha pertanian deh :rofl:

  • Image petani yang masih dipandang sebelah mata. Petani identik dengan tradisional, kerja otot, tidak membutuhkan pendidikan yang tinggi, berada di lingkungan yang tidak nyaman (kotor dan panas). Coba tanya ke temen-temen cewek, milih petani atau pegawai kantoran untuk dijadikan pasangan hidup :rofl: :rofl: :rofl:

  • Keuntungan menjadi petani kecil. Masih sangat jarang terlihat petani yang mempunyai taraf hidup yang bagus, sehingga hal tersebut membuktikan bahwa secara finansial, profesi petani tidaklah menguntungkan.

Alasan diatas mungkin sudah menjadi stereotipe di masyarakat kita, sehingga banyak generasi muda yang tidak mau berkecimpung didalam profesi pertanian. Bahkan ada sindiran bahwa IPB singkatan dari Institut Perbankan Bogor, bukan Institut Pertanian Bogor, karena banyaknya lulusan pertanian yang kerja di Bank, bukan di bidang pertanian sesuai dengan bidang kuliahnya.

So, menjawab peryanyaan di topik, bagaimana cara meningkatkan minat generasi muda untuk terjun ke bidang pertanian, sebagai profesinya, sehingga bidang pertanian menjadi bidang unggulan ?

Jawaban sederhananya adalah, rubah stereotype diatas. Tunjukkan bahwa pemahaman bidang pertanian diatas adalah salah besar. Bidang pertanian adalah bidang yang menjanjikan, secara finansial maupun secara image sosial.

Banyak aktor yang terlibat untuk merubah image tersebut, antara lain :

  • Pemerintah. Pemerintah harus memberikan fasilitas sedemikian rupa, sehingga profesi petani bisa menghasilkan keuntungan finansial yang besar. Untuk mendapatkan keuntungan di bidang pertanian tidak perlu harus menjadi konglomerat dulu, tetapi petani kecilpun juga bisa mendapatkan keuntungan yang besar. Banyak kok konglomerat yang beralih ke bidang pertanian. Hal ini sebetulnya menunjukkan bahwa bidang pertanian prospeknya bagus.CUman ya itu tadi, seperti yang saya sebutkan diatas, untuk mendapatkan keuntungan yang besar di bidang pertanian, membutuhkan modal yang besar juga, sehingga tidak semua orang bisa melakukannya.

    Sebagai contoh, di Jepang, listrik yang digunakan oleh petani untuk usaha pertanian digratiskan oleh pemerintah, sehingga petani kecil di Jepang bisa menggunakan teknologi pertanian dalam melakukan budidaya pertanian. Selain itu, harga hasil pertanian benar-benar diatur oleh pemerintah, bahkan sampai ke sisi end user. Coba anda makan di restoran ketika ke Jepang. Bandingkan harga makanan di kota dan di desa. Harganya relatif sama. Itulah hebatnya sistem supplay chain pertanian di sana, sehingga petaninya pun menjadi makmur. Kalau di Indonesia, jangankan harga makanan di restoran, harga komoditas pertanian di petani dengan di pasar saja harganya sudah jauh berbeda.

    Saya punya pengalaman pribadi, ketika panen cabai besar, sama beberapa tengkulak cabai saya hanya dihargai 3000/kg. Hebat bener tengkulak itu, bisa kompak kalau ngasih harga.

    Karena waktu itu saya hitung2 BEPnya 4000/kg, ya ngga mau saya lepas ke tengkulak. Daripada jual rugi, mending saya bagi-bagikan saja ke keluarga dan tetangga sekitar rumah, biar ngga bikin sakit hati hahaha.

    Akhirnya saya bawa pulang panen cabai besar saya, sekitar 3 karung (maklum skala kecil). Ketika hampir sampai rumah, entah kenapa saya iseng mampir ke pasar malam, dan saya coba tawarkan ke beberapa pedagang disana. Singkat cerita, ada seorang pedangang yang bersedia membeli cabai saya, karena kualitasnya bagus, dan pedagang tersebut memberikan harga 8000/kg. Ngga ada tawar menawar, langsung saya kasih aja cabai itu ke pedagangnya. Bisa dibayangkan, betapa kasihannya petani, dimana dia yang nanam, cuman dihargai 3000/kg, padahal sekitar 40 km ditempat lain, hasil panennya dihargai 8000/kg. Entah berapa harga yang dijual oleh pedagang itu ke ibu-ibu rumah tangga :rofl:

    Itulah tugas utama pemerintah, bagaimana cara mengatur jalur distribusi hasil pertanian, karena pemerintahlah yang mempunyai power untuk melakukannya.

  • Akademisi, baik dosen pertanian maupun mahasiswa pertanian sebagai generasi muda. Keunggulan utama dari akademisi adalah inovasi. Tanpa adanya inovasi, maka image pertanian akan tetap seperti saat ini. Bagaimana budidaya pertanian yang efektif, sehingga hasil produksi meningkat atau kualitas yang dihasilkan meningkat ? Bagaimana budidaya pertanian yang efisien, misalnya dengan penerapan teknologi modern ? Bagaimana memberikan nilai tambah pada hasil-hasil pertanian ? dan masih banyak pertanyaan lainnya yang membutuhkan jawaban dari sisi inovasi pertanian.

    Untuk mendapatkan keuntungan finansial, yang bisa diotak-atik adalah kuantitas, jumlah produksi dan kualitas hasil pertanian. 1 ton dengan harga 10.000 dan 100 kg dengan harga 100.000 akan mendapatkan hasil finansial yang sama. So, inovasi dapat dilakukan dalam dua kondisi tersebut, meningkatkan kuantitas hasil atau meningkatkan kualitas.

Belajar dari Pengalaman


Saya hanya ingin cerita pengalaman teman saya, bahwa pertanian juga mempunyai prospek yang bagus untuk generasi muda. Dari cerita saya ini, harapannya ada beberapa hal yang bisa dijadikan pelajaran.

Walaupun bidang yang dia geluti adalah perikanan, tetapi saya pikir masih mirip2 kasusnya dengan pertanian. Lagian Perikanan dan Peternakan biasa disebut juga dengan istilah Agrokompleks :rofl: :rofl:

Waktu SMA dia termasuk anak yang pintar di kelasnya, tetapi keltika lulus, dia memilih jurusan perikanan dibandingkan jurusan-jurusan lainnya yang lebih favorit waktu itu. teman-temannyapun bingung kenapa kok dia milih perikanan, padahal kalau mau milih kedokteran (jurusan terfavorit) pun kemungkinan besar dia diterima.

Alasan utama dia memilih perikanan adalah karena dia punya passion disana dan ingin menjadi pengusaha. Jadi dia ngga ingin jadi pegawai. Kalau jadi pengusaha kan bebas-bebas saja mau usaha di bidang apa, yang penting jadi pengusaha, ngga jadi pegawai.

Moral story pertama adalah, ketika kita kuliah, kita sudah tau apa yang kita inginkan untuk masa depan kita.

Karena sejak awal kuliah, motivasinya adalah ingin jadi pengusaha, tentu saja semangat belajarnya jauh lebih besar dibandingkan teman-temannya yang punya motivasi yang penting lulus dengan nilai baik. Dia bener-bener belajar dengan detail apa-apa saja yang harus dipersiapkan untuk menjadi pengusaha di bidang perikanan.

Moral story kedua adalah, dia sudah mengimplementasikan teori human capital.

Setelah dia lulus kuliah, dia langsung memulia usaha perikanan dengan mengimplementasikan teori-teori yang didapatnya. Karena penggunaan teknologi tersebut, maka usahanya tidak mudah ditiru oleh orang lain dan dia jauh lebih unggul dibandingkan kompetitor-kompetitornya, terutama dari segi pemanfaatan teknologi. Kalau dari segi finansial, masih banyak kompetitornya yang mempunyai modal lebih besar, tetapi karena keunggulan dia dari sisi kualitas, maka tetap saja dia bisa bersaing dengan kompetitor yang sudah ada.

Moral story ketiga adalah, dia sudah mengimplementasikan manajemen strategis, terutama teori resource based view.

So pertanyaan besarnya, berapa banyak temen-temen mahasiswa dari pertanian, perikanan dan peternakan, yang melakukan hal yang sama seperti teman saya ? Semakin banyak yang melakukannya, saya pikir semakin besar kemungkinan pertanian menjadi bidang unggulan.

4 Likes

Izin nimbrung diskusinya ya kak

Sebenernya jawaban temen-temen diatas udah bagus-bagus banget, cuma aku mau nambahin sedikit sekaligus mungkin ngasih gambaran solusi yg lebih spesifik

So, menurutku salah satu cara merubah stigma masyarakat tentang pertanian (khususnya di genrasi muda), bahwa pertanian itu kolot, utk kalangan menengah ke bawah, panas-panasan, kotor adalah dengan mengkolaborasikan pertanian dengan bidang IT, seperti yg sudah diterapkan di berbagai negara lain di dunia.

Bisa kita lihat, belanda, negara kecil yang luasnya ga seberapa itu bisa jadi top 3 ekspor produk pertanian (maaf lupa baca data di artikel mana) di dunia. Indonesia? top 10 pun ngga masuk. Ko bisa? ya jelas bisa, karena di belanda sana, bangunan-bangunan atapnya udah kebun semua, keren ga tuh. Dan itu bisa terwujud karena mereka integrasikan pertanian dengan IT, mereka juga manfaatkan konsep urban farming yg notabenenya mengoptimalkan pemanfaatan lahan. Sekarang, dengan memanfaatkan IT, belanda yg luasnya bahkan ga sampai 1/10 indonesia aja bisa jadi top 3 ekspor produk pertanian dunia gimana Indonesia? kebayang ngga? pasti bakal hebat banget negara ini. Selain bisa lebih optimal, integrasi IT dengan pertanian juga bisa naikin gengsi pertanian itu sendiri terutama di mata generasi muda, yg akhirnya bisa meningkatkan minat masyarakat buat mau jadi petani. Jadi julukan Indonesia sebagai “Negara Agraris” juga bukan cuma sekedar omong kosong tanpa bukti. Tinggal sekarang tantangannya sekarang adalah, mau kah kita?

3 Likes

Menurut saya hal itu dapat dimulai dari diri kita sendiri sebagai anak muda zaman sekarang terbukti mudahnya perkembangan zaman ini untuk mencari relasi secara online. Lalu, membuat progress bersama grup yg mmg satu misi mencakup pertanian dengan dikemas secara kreatif, kritis, matang, dan yg terpenting memiliki strategi agar menarik minat org lain supaya prespektif dunia pertanian itu ga kuno lagi mengikuti zaman yg modern saat ini pasti membuahkan hasil.

2 Likes

Jawaban jawaban yg sudah di keluarkan oleh teman-teman itu sudah sangat menjawab pertanyaan kakak.

Sedikit menyimpulkan, jikalau sudah dilakukan webinar, campaign, penyuluhan dan pelatihan blm juga tergerak hatinya atau menyadarkannya, ya itu tadi, lagi-lagi tergantung ke dirinya sendiri, mau atau tidak.

1 Like

Izin mencoba menjawab ya kak :smiley:

Terkait bidang pertanian yang masih dianggap kolot, tidak menjanjikan, dan tidak menguntungkan, dilingkungan sosial dan sekitar kita yang belajar di bidang pertanian pun juga masih ada yang menganggap hal tersebut adalah benar adanya.

Terkait stereotipe tersebut, menurut saya masih sangat sulit untuk dihilangkan karena memang apa yang sudah dikenal masyarakat luas adalah pertanian memang seperti itu. Maka dari itu, untuk mengubah hal tersebut tidak bisa dilakukan hanya dengan mengandalkan satu sektor dan satu sudut pandang. Merangkum dari apa yang sudah dijelaskan teman-teman diatas menurut saya, untuk mengubah pandangan masyarakat terkait bidang pertanian harus terlebih dahulu memperhatikan dan atau memperbaiki:

SDM (Sumber Daya Manusia)

  • Saat ini SDM yang bergerak pada bidang pertanian khusus menangani tentang on farm masih banyak dilakukan oleh petani-petani yang usianya sudah bukan lagi masa produktif meskipun juga ada beberapa petani yang usianya muda. Meskipun saat ini sudah banyak juga yang membicarakan terkait petani milenial, namun yang saya lihat petani-petani milenial ini bergerak pada inovasi teknologi dalam hal pemasaran dan pengolahan hasil pertanian. Saya rasa akan sangat bagus dan sangat membantu jika petani milenial juga mengembangkan pertanian mulai dari on farm sampai dengan pengolahan hasil dan pemasaran.

  • Terkait petani milenial yang juga perlu untuk melakukan pengembangan teknologi untuk on farm sebenarnya juga merupakan tantangan berat bagi bidang pertanian, karena jujur dari yang sudah-sudah karena masih banyaknya petani yang usianya sudah tidak muda lagi masih kesulitan dalam menerima teknologi untuk memudahkan praktik pertanian khususnya on farm. Maka dari itu, perlunya regenerasi petani agar bidang pertanian mampu mengimbangi bagaimana penggunaan teknologi digital yang saat ini sedang dilakukan besar-besaran di semua sektor.

  • Regenerasi ini bukan berarti menghilangkan petani-petani yang sudah tua dan sulit mengadopsi teknologi dll, namun lebih kepada memperbanyak petani milenial yang bergerak dibidang pertanian yang berfokus bukan hanya pada inovasi teknologi pengolahan hasil/pemasaran namun berfokus pada pengembangan teknologi mulai dari on farm sampai dengan off farm.

Penggunaan Teknologi/IT

  • Seperti yang sudah dijelaskan teman-teman diatas dan contoh yang disebutkan dari berbagai negara, lagi-lagi penggunaan teknologi/IT tidak bisa dilakukan dengan maksimal apabila SDM yang tersedia tidak mampu untuk melakukan atau mengembangkan teknologi tersebut. Tidak akan maksimal juga apabila dari pemerintah ataupun kebijakan pemerintah tidak mendukung dengan adanya penggunaan teknologi/IT hal tersebut bisa dikarenakan beberapa hal contohnya karena biaya yang digunakan untuk pengembangan tersebut.

  • Menurut saya, integrasi pertanian dan IT ini memang harus dilakukan tapi juga perlu diperhatikan dengan baik terkait SDM dan SDA yang kita punya. Sebenarnya untuk penggunaan teknologi dan IT ini sudah banyak dilakukan dan dikenalkan oleh pemerintah ataupun petani milenial. Namun lagi-lagi praktik dan kenyataannya memang masih sulit untuk diterapkan oleh semua petani atau pelaku di bidang pertanian.

Pemerintah dan Akademisi
Pemerintah disini juga memiliki peran penting terhadap perbaikan dan pengembangan bidang pertanian. Jika memang saat ini banyak yang tertarik pada penggunaan teknologi, inovasi untuk mendapatkan profit yang banyak dengan memanfaatkan potensi-potensi dibidang pertanian, maka pemerintah juga harus mau untuk memfasilitasi dan mendukung hal tersebut. Begitu juga dengan akademisi dimana mereka yang belajar terkait bidang pertanian juga harus mau terjun dan bekerja di bidang pertanian. Namun yang menjadi masalah adalah sekarang banyak juga akademisi yang belajar pertanian namun tidak bekerja dan mengembangkan bidang pertanian. Hal tersebutlah yang menyebabkan streotip masyarakat terhadap pertanian masih tetap seperti itu.

Jadi, menurut saya cara memberdayakan dan meningkatkan bidang pertanian agar bisa menjadi bidang unggulan adalah dengan memperbaiki SDM (bukan berarti saat ini SDM di bidang pertanian kurang tetapi masih banyak yang perlu diperbaiki dari SDM khususnya pelaku/akademisi yang bekerja dipertanian), penerapan teknologi/IT yang harus merata bukan hanya fokus pada satu subsektor pertanian, dukungan dan fasilitas dari pemerintah. Dukungan dan fasilitas pemerintah serta pelaku/akademisi yang mampu mengembangkan dan membuka potensi serta memberi contoh nyata saya rasa akan membuat masyarakat lebih memandang sektor pertanian menjanjikan dan memiliki masa depan yang cerah.

Belanda saat ini menjadi negara kedua peng-ekspor pangan di Dunia, dimana nomer 1-nya dipegang oleh Amerika. Lalu pertanyaannya mengapa negara sekecil Belanda bisa menjadi pengekspor pangan terbesar ke dua di dunia ? Karena Teknologi.

Yuk kita bicara data, lebih enak kan kalau ada datanya… Saya bagi dalam beberapa bagian, biar lebih enak bacanya,

Dana Penelitian di Bidang Pertanian


Seperti yang saya sampaikan diatas, peran Universitas sangat besar dalam perkembangan inovasi teknologi pertanian. Universitas Wageningen merupakan universitas pertanian terbaik di dunia tiga tahun berturut-turut (menurut The National Taiwan Ranking).

Berapa pengeluaran untuk dana penelitian di universitas Wageningen ? Thun 2018 universitas tersebut mengeluarkan dana sebesar 305,814 juta Euro. Kalau dirupiahkan menjadi 5,199 Triliun Rupiah. Padahal universitas tersebut hanya fokus di bidang pertanian saja lho, jadi kalau mau ngebandingin dengan Indonesia, bandingkan dengan dana riset fakultas agrokompleks :rofl:

Bagaimana dengan Indonesia ?

Anggaran riset dan pengabdian kepada masyarakat melalui Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) 2020 sebesar Rp 1.463.618.146.000, dimana anggaran riset 2020 sebesar Rp1.373.831.846.000 dan anggaran untuk pengabdian kepada masyarakat sebesar Rp 89.786.300.000.

Dana 1,373 itu akan dibagi ke seluruh Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia, dimana oleh Perguruan Tinggi tersebut akan dibagikan ke seluruh fakultas di perguruan tingginya.

Dari sisi jumlah anggaran penelitian udah kaya bumi dan langit kan. Dana penelitian satu universitas hampir 4x lebih besar dari dana penelitian satu negara ?

Jadi jangan kaget kalau hasil penelitian bidang pertanian tidak sehebat hasil penelitian universitas Wageningen :rofl: Salah satu penelitian yang dikembangkan universitas Wageningen adalah menanam pisang, di green house, menggunakan media tanam coco peat dan rock wool, untuk mengatasi masalah jamur.

Belum lagi penelitian dari swasta. Pengeluaran R&D (penelitian dan pengembangan) perusahaan-perusahaan pertanian Belanda (yang memiliki lebih dari 10 karyawan) meningkat hampir 11 persen. Perusahaan di sektor pertanian tumbuh sekitar 19 persen (dari 728 juta euro menjadi 864 juta euro) dimana menandai peningkatan besar dalam produktivitas pertanian itu sendiri.

Produktivitas Pertanian


Hasil rata-rata kentang per 0,4 hektar (di Dunia) adalah sekitar 9 ton. Di Belanda, salah satu petaninya dapat menghasilkan lebih dari 20 ton per 0,4 hektar atau sekitar 50 ton per hektar. Saya cari data di Indonesia, tanaman kentang di Indonesia rata-rata menghasilkan 15 ton per hektar, walaupun ada berita yang menyakatan bisa sampai 30 ton per hektar, tapi itu hanya perkiraan saja, belum terbukti :rofl:

Selain itu, efisiensi di biaya produksi juga sangat luar biasa. Perusahaan di Belanda bisa memotong biaya pestisida sebesar 97% dengan menggunakan sistem green house, juga mengurangi kebutuhan air hingga 90%.



Jalur Distribusi Pertanian

Belanda adalah eksportir terbesar kedua di dunia, dan negara yang peng-impor terbesar hasil pertanian dari Belanda adalah Jerman, kemudian disusul oleh Belgia, Inggris dan Perancis.

Jalur distribusi di Belanda sangat efisien dimana moda transportasi yang paling umum digunakan adalah kereta. Jalur kereta sudah sampai ke daerah-daerah penghasil pertanian, dimana untuk mengirimkan ke negara-negara di Eropa menjadi sangat efisien. Kereta adalah moda transportasi paling efisien. Coba aja bandingkan transportasi kereta dengan truk :rofl:

Ngga usah jauh-jauh Belanda saat ini, kita lihat aja di Indonesia. Kota yang ada pabrik gulanya, pasti ada jalur kereta hingga ke daerah penghasil tebu, dan rel kereta tersebut terhubung hingga ke pabrik gula. Tetapi sekarang yang terjadi di Indonesia malah terbalik. Rel keretanya hilang, moda transportasinya diganti truk, yang sangat tidak efisien kalau dibandingkan kereta.


So, masih banyak Pekerjaan Rumah yang perlu dikerjakan agar bidang pertanian menjadi bidang unggulan di Indonesia. Bagi generasi muda, bisa mulai dari hal-hal yang kecil dulu (misalnya kaya gerakan Young Farmer Club yang menyasar anak muda), ngga perlu mikir yang besar-besar. Atau sejak mahasiswa sudah mulai bisnis di bidang pertanian dan sebagainya.

Yang besar-besar biar dipikirin sama pemerintah saja.

Referensi :

2 Likes

Memperhatikan atau memilih bibit unggul yang ingin ditanam, memperhatikan kadar air, memilih pupuk yang unggul dan harus adanya penambahan program dari pemerintah dalam bidang pertanian agar para petani lebih bisa memahami bagaimana cara bertani yang baik agar mendapatkan hasil tani yang memuaskan.