Bagaimana cara mengukur sikap seseorang secara implisit?

Sikap seseorang terhadap suatu obyek dapat diukur secara eksplisit dan implisit.
Bagaimana cara mengukur sikap seseorang secara implisit?

Pengukuran implisit bervariasi dari sifatnya computer-based atau paper and pencil test, dan mampu menghindari respons partisipan yang cenderung ingin terlihat baik secara sosial (social desirability effects) atau ingin memenuhi apa yang dicari oleh peneliti (evaluation apprehension).

Pengukuran implisit yang sangat menonjol dan tinggi akurasi responsnya adalah implicit association test (IAT) (Mocigemba, Klauer, Sherman, 2010).

Untuk mengukur sikap implisit yang dicirikan dengan ketiadaan conscious introspection dan merefleksikan atribut psikologis yang secara introspektif tidak dapat diakses, Greenwald, McGhee, dan Schwartz (1998) mengembangkan implicit association test.

Sejak pertama kali dipublikasikan, IAT menjadi booming. Sebelas tahun setelah itu, muncul publikasi lebih dari 450 artikel yang menerapkan metode pengukuran IAT, atau menyelidiki proses-proses yang melandasi IAT effects (Mocigemba, Klauer, & Sherman, 2010).

IAT sendiri telah diterapkan dalam ratusan riset dalam berbagai domain tingkah laku, antara lain: prasangka dan stereotip, konsep diri dan self-esteem, perkembangan kognisi sosial, hubungan romantis, keadilan sosial; juga diadopsi dalam psikologi kesehatan, psikologi klinis, psikologi forensik, perilaku konsumen, dan psikologi politik (Gawronski & Payne, 2010).

Dalam domain perilaku antarkelompok, IAT mampu memprediksi tingkah laku terkait stereotipe dan prasangka (Lane, Banaji, Nosek, & Greenwald, 2007), serta perilaku diskriminatif yang melibatkan proses otomatis (Park, Glaser, & Knowles, 2008).

Implicit Association Test.

Dalam Greenwald et al. (1998) dijelaskan bahwa IAT disusun untuk mengukur kekuatan asosiasi antara target concept—misalnya orang kulit hitam versus orang kulit putih—dan attribute dimension, misalnya positif atau negatif.

Partisipan diminta untuk mengkategorisasi stimulus-stimulus yang terdiri dari 4 kategori, yaitu 2 target concept (misalnya, nama-nama yang tipikal dimiliki orang kulit hitam, nama-nama orang kulit putih) dan 2 attribute dimension (misalnya, kata-kata positif dan kata-kata negatif), dengan bantuan 2 tombol keyboard untuk merespons.

Kecepatan dalam mengasosiasikan satu konsep dengan atribut tertentu (nama orang kulit hitam –kata positif, atau nama orang kulit putih– kata positif) menjadi ukuran seberapa jauh sikap implisit yang dimiliki seseorang.

Asumsinya, jika suatu konsep dan atribut sangat kuat asosiasinya di benak individu, maka kategorisasi pun akan lebih mudah dilakukan manakala dua kategorisasi yang berhubungan meminta respons yang sesuai (compatible block), dibanding dua kategorisasi yang meminta respons yang berbeda (incompatible block).