Bagaimana cara mengukur kepribadian seseorang ?

Kepribadian

Kepribadian adalah integrasi dari semua karakteristik individu ke dalam suatu kesatuan yang unik yang menentukan, dan yang dimodifikasi oleh usaha-usahanya dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah terus-menerus

Bagaimana cara mengukur kepribadian seseorang ?

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sebenarnya seiringkali melakukan pengukuran terhadap kepribadian seseorang. Hanya saja kita melakukannya berdasarkan ciri-ciri stereotipe dari ciri-ciri kelompok dimana orang tersebut ikut sebagai anggotanya. Misalnya: orang kota itu individualis, orang Jawa halus, orang Medan pelit, dan sebagainya.

Kita juga cenderung hanya menilai orang dari berdasarkan salah satu ciri tertentu yang kita sukai atau tidak kita sukai. Penilaian dengan cara ini sangat menyesatkan dan disebut hallo effect. Selain itu kita cenderung mengharapkan penilaian baik-buruk pada ciri-ciri pribadi tertentu.

Pengukuran kepribadian dibidang psikologi tidak bermaksud untuk menerapkan label nilai-nilai moral (value label), tetapi untuk mendeskripsikan perilaku seperti apa adanya. Terdapat tiga metode pengukuran kepribadian, yaitu:

  • Metode Observasi

    Seorang pengamat yang sudah terlatih dapat melakukan observasi terhadap perilaku yang terjadi dalam keadaan normal/wajar, situasi eksperimen, maupun dalam konteks suatu interview.

    Informasi yang diperoleh melalui metode ini bisa dicatat pada suatu bagan yang sudah dibakukan, seperti pada rating scale (skala rating). Menggunakan skala rating ini, penilaian pengamat terhadap suatu perilaku dapat dicatat secara sistematis. Selain itu, bila dilakukan suatu interview (wawancara) terstruktur, alat pencatat seperti tape recorder atau peralatan pembantu lain sudah sangat membantu.

  • Metode Inventori

    Metode ini mengandalkan pada hasil observasi subjek terhadap dirinya sendiri. Suatu inventori (personality inventory) merupakan pertanyaan-pertanyaan atau pemyataan-pemyataan yang harus diisi atau dipilih oleh subjek berdasarkan ciri-ciri yang ia anggap ada dalam dirinya sendiri. Alat-alat semacam itu,misalnya: MMPI (Minesota Multiphasic Personality Inventory) yang terdiri dari 550 pertanyaan. Selain itu ada CPI (California Psychological Inventory), Guilford-Zimmerman Temperament Survey, Sixteen Personality Questionnaire (16 PF) yang dikembangkan oleh Catell, dan lain-lain. EPPS (Edwards Personal Preference Schedule) merupakan contoh inventori yang banyak digunakan di Indonesia.

  • Teknik Proyektif

    Cara lain yang banyak digunakan untuk mengukur kepribadian adalah dengan teknik proyektif. Asumsi dasarnya adalah bahwa untuk memperoleh gambaran yang bulat tentang seseorang diperlukan kebebasan untuk mengekspresikan diri. Tes proyektif yang digunakan dalam metode ini biasanya berupa suatu rangsang (berbentuk gambar) yang sifatnya sangat ambigu, tidak jelas.

    Bila dihadapkan dengan situasi semacam ini, individu akan mencoba menerapkan persepsinya yang sudah dipengaruhi oleh berbagai pengalamannya di masa lampau. Ekspresinya didalam mengungkapkan apa yang dilihat bisacukup bebas karena gambar itu bisa ditafsirkan sesuka hati individu. Tes Rorschach (Tes Ro) mempunyai rangsang dengan taraf ambiguitas yang cukup tinggi. Rangsang-rangsang dalam tes Ro adalah berupa bercak-bercak tinta. Tes Ro ini cukup populer di Indonesia.

    TAT (Thematic Apperseption Test) yang dikembangkan oleh H. Murray di Universitas Harvard pada tahun 1930-an juga mempunyai rangsang yang ambigu. Tetapi rangsang-rangsang di TAT lebih terstruktur karena menggunakan gambar-gambar yang cukup jelas tentang seseorang dalam situasi tertentu.

    Selain itu, terdapat dua tes yang disebut Draw A Man (DAM) dan Wartegg, yang meminta subjek untuk menggambar sesuatu. Kemudian kualitas gambar diteliti mengenai bentuk garisnya dan tanda-tanda tertentu yang dianggap mempunyai petunjuk psikologis.