Bagaimana cara mengobati penyakit bulimia nervosa ?

Bulimia nervosa

Bulimia nervosa adalah kelainan cara makan yang terlihat dari kebiasaan makan berlebihkan yang terjadi terus menerus. Bagaimana cara menyembuhkan penyakit ini ?

Pengobatan Bulimia Nervosa

Bagian tersulit sekaligus terpenting dalam menangani bulimia adalah membuat seseorang yang mengidap penyakit ini sadar akan kelainan yang dialami. Kesadaran ini sangat diperlukan agar pengidap memiliki keinginan untuk sembuh dan bersedia menjalani pengobatan.

Penanganan utama untuk mengatasi bulimia adalah dengan terapi psikologi. Melalui terapi, pasien akan dibantu untuk kembali membangun sikap dan pikiran positif terhadap pola makan. Proses ini juga akan membantu untuk mendeteksi masalah emosional di balik bulimia.

Ada dua jenis terapi yang dapat dijalani, yaitu terapi perilaku kognitif (CBT) dan terapi interpersonal. Lewat CBT, pasien akan dibantu untuk mengenali pemicu bulimia, misalnya pendapat dan perilaku negatif, lalu belajar untuk menggantikannya dengan pemikiran yang positif dan sehat.

Sedangkan terapi interpersonal akan membantu pasien untuk mendeteksi masalah dalam berhubungan dengan orang lain, sekaligus meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi dan menyelesaikan masalah.

Untuk mengurangi gejala, penggunaan penghambat pelepasan selektif serotonin (SSRI) juga terkadang dikombinasikan dengan terapi. Fluoxetine adalah SSRI yang paling sering digunakan dalam menangani bulimia.

Dokter akan memantau perkembangan kondisi serta reaksi tubuh pasien terhadap obat secara berkala selama menggunakan antidepresan. Patut diketahui, obat ini tidak cocok digunakan oleh pengidap bulimia di bawah 18 tahun, penderita epilepsi, memiliki keluarga dengan riwayat penyakit jantung, hati, atau ginjal.

Jika Anda mengidap bulimia dan mengalami komplikasi yang serius, Anda sebaiknya menjalani penanganan di rumah sakit. Langkah ini diambil guna mencegah akibat fatal dari komplikasi sekaligus menangani dorongan untuk menyakiti diri sendiri atau bahkan bunuh diri.

Untuk sembuh dari bulimia, pengidap penyakit ini harus mampu mengubah pola makan, mengubah pola pikir tentang makan, serta meningkatkan berat badan secara perlahan. Semakin lama seseorang mengidap bulimia, semakin sulit untuk menyembuhkannya. Maka dari itu, penanganan lebih baik dilakukan secepatnya.

Langkah penanganan terhadap bulimia umumnya membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Dukungan penuh dari teman serta keluarga juga berperan penting dalam menyembuhkan pengidap bulimia. Karena itu, pengidap serta keluarga dianjurkan untuk bersabar dalam menjalaninya.

Sumber : Bulimia

Terdapat dua cara pendekatan untuk mengobati Bulimia Nervosa, yaitu :

  1. Terapi psikis (psikoterapi) oleh psikiater untuk mengendalikan perilaku menyimpangnya. Melalui terapi, pasien akan dibantu untuk kembali membangun sikap dan pikiran positif terhadap pola makan. Proses ini juga akan membantu untuk mendeteksi masalah emosional di balik bulimia. Ada dua jenis terapi yang dapat dijalani, yaitu terapi perilaku kognitif (CBT) dan terapi interpersonal. Lewat CBT, pasien akan dibantu untuk mengenali pemicu bulimia, misalnya pendapat dan perilaku negatif, lalu belajar untuk menggantikannya dengan pemikiran yang positif dan sehat. Sedangkan terapi interpersonal akan membantu pasien untuk mendeteksi masalah dalam berhubungan dengan orang lain, sekaligus meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi dan menyelesaikan masalah.

  2. Obat-obatan. Obat anti-depresi seringkali bisa membantu mengendalikan bulimia, meskipun penderita tidak tampak depresi. Tetapi bulimia akan kambuh kembali jika pemakaian obat dihentikan. Untuk mengurangi gejala, penggunaan penghambat pelepasan selektif serotonin (SSRI) juga terkadang dikombinasikan dengan terapi. Fluoxetine adalah SSRI yang paling sering digunakan dalam menangani bulimia. Dokter akan memantau perkembangan kondisi serta reaksi tubuh pasien terhadap obat secara berkala selama menggunakan antidepresan. Patut diketahui, obat ini tidak cocok digunakan oleh pengidap bulimia di bawah 18 tahun, penderita epilepsi, memiliki keluarga dengan riwayat penyakit jantung, hati, atau ginjal.