Pernah ada seorang petani yang membuat sebuah kompetisi antara anjingnya dan kelincinya. Dia membuat lubang di salah satu ladang terbesarnya, dan menyembunyikan wortel dan tulang di dalamnya. Dia ingin melihat hewan mana yang akan menemukannya lebih dulu.
Kelinci itu sangat ceria dan optimis, dan dia langsung mencari wortel, menggali ke sana-sini, benar-benar yakin bahwa dia akan menemukannya. Tapi anjing itu pesimis, dan setelah mengendus-endus sedikit, dia berbaring di tanah dan mulai mengeluh betapa sulitnya menemukan satu tulang di ladang yang begitu besar.
Kelinci itu menggali berjam-jam, dan setiap lubang baru anjingnya mengeluh lebih jauh tentang betapa sulitnya ini, bahkan untuk si kelinci. Kelinci itu, di sisi lain, berpikir bahwa setiap lubang yang telah digali mengurangi jumlah lubang yang akan digali. Bila tidak ada tempat di seluruh ladang yang tersisa untuk digali, kelinci itu menggali terowongan tepat di bawah tempat anjing itu terbaring sepanjang waktu.
Di sana ia menemukan wortel dan tulangnya. Dan inilah bagaimana anjing itu kalah karena pesimisme. Karena, berkat naluri besarnya, sebenarnya dia sudah menemukan tempat yang tepat sejak awal.
Bagaimana pendapat Anda tentang kisah ini? Bagaimana cara menghindari pesimisme jika dilihat dari kisah ini?
Sumber: