Bagaimana cara menghindari kematian dari serangan Jantung?

serangan Jantung

Orang berusia paruh baya sangatlah rentan terkena serangan jantung. Tidak jarang pula kita mendengar orang yang sedang beraktivitas tiba-tiba terkena serangan jantung dan meninggal dalam waktu singkat. Untuk orang yang jantungnya sudah terganggu, hal ini bisa terjadi kapan saja. Kira-kira adakah beberapa hal yang dapat mengurangi risiko kematian pada serangan jantung?

Dari sumber yang saya ambil dari NBC News, berikut adalah beberapa hal yang dapat mengurangi risiko kematian pada serangan jantung:

  1. Tidak Olahraga terlalu berat
    Olahraga memang sangat baik untuk kesehatan, bahkan dapat berdampak baik bagi jantung. Namun sebaiknya tidak perlu berolahraga terlalu intens; menambah frekuensi seringnya berolahraga mungkin akan lebih bermanfaat daripada menambah risiko terkena serangan jantung saat berolahraga terlalu keras.
    Olahraga yang keras ini juga termasuk mengangkat beban terlalu berat, atau menggali sesuatu.
    Jangan lupa juga untuk pemanasan dan pendinginan saat berolahraga.

  2. Jangan menganggap remeh gejala yang tiba-tiba muncul
    Seringkali gejala-gejala yang terjadi pada area tubuh bagian atas merupakan gejala serangan jantung, dan harus segera ditangani. Gejalanya adalah:
    -nyeri pada dada
    -terengah-engah
    -mual
    -pusing kepala
    Pada wanita ada gejala tambahan, yaitu kelelahan berlebihan.

  3. Cari bantuan
    Bila mengalami gejala di atas, duduk dan tenangkan diri dulu. Bila tidak membaik dalam hitungan detik, segera cari bantuan; bisa dari keluarga atau tetangga untuk membantu Anda ke rumah sakit untuk diberi penanganan di UGD.
    Perlu diingat karena jantung juga tersusun dari otot, kerusakan yang terjadi pada jantung dapat menjadi permanen bila tidak segera ditangani.

  4. Mengunyah aspirin
    Sembari menunggu penanganan (misalkan masih berada di perjalanan atau tengah menunggu bantuan datang), kunyahlah aspirin sebagai pertolongan pertama. Aspirin digunakan sebagai obat pemecah gumpalan darah.

Sumber:
NBC Health

Terdapat hasil penelitian baru yang menarik, penelitian ini dipublikasikan bulan Maret ini di The International Journal of Obesity dimana para peneliti di Universitas Warwick, Inggris bersama dengan institusi lainnya memutuskan untuk mengembangkan hasil penemuan dari London Transit Workers Study.

Mereka melakukan pemeriksaan pada grup pekerja pos di Glasglow, Skotlandia. Para pengantar pos tiap hari konsisten berjalan kaki sesuai dengan rute antar surat. Mereka berjalan kaki berjam-jam. Sementara petugas pos di kantor, layaknya pekerja kantor lainnya, hanya duduk berjam-jam selama jam kerja.

Mereka mengukur indeks massa tubuh, ukuran pinggang, kadar gula darah dan profil kolesterol. Jika para pekerja pos ini memiliki ukuran keempat kategori di atas normal, kemungkinan alami penyakit jantung para pekerja pos ini akan semakin tinggi.

Penelitian dilakukan dengan pemakaian alat pelacak aktivitas canggih selama seminggu. Setelah itu, para peneliti menentukan berapa jam setiap partisipan berjalan kaki setiap harinya. Juga berapa langkah yang harus diambil tiap harinya.

Variasi ini ternyata penting sebagai bahan pertimbangan. Beberapa pekerja kantor bisa duduk hingga 15 jam setiap harinya, baik di kantor maupun di rumah. Sementara, para pengantar pos itu jarang sekali duduk selama jam bekerja.

Hasil penelitian yang paling signifikan adalah pada faktor risiko penyakit jantung. Kecenderungan tinggi dialami para pekerja yang lebih banyak duduk. Mereka juga memiliki lingkar pinggang lebih lebar, indeks massa tubuh, kontrol gula darah yang buruk dan risiko tinggi kolesterol.

Sedangkan para pengantar pos yang berjalan 3 jam setiap harinya dengan jarak rata-rata 11 kilometer dan melakukan 15 ribu langkah memiliki indeks massa tubuh, lingkar pinggang dan profil metabolisme normal.

Secara efektif, aktivitas itu membantu mereka tidak menambah risiko penyakit jantung.

Penelitian ini memang tidak membuktikan berjalan atau duduk menyebabkan adanya perbedaan risiko orang terkena serangan jantung. Namun, penemuan ini dapat dijadikan sebagai alasan orang untuk bergerak.

"Bergerak memang butuh usaha tetapi jika kita bisa mengakumulasi 15 ribu langkah setiap harinya dengan berjalan selama dua jam, kenapa tidak? Metabolisme tubuh kita tidak cocok jika hanya duduk-duduk saja,” ungkap Dr. William Tigbe, dokter dan peneliti kesehatan publik di Universitas Warwich yang memimpin penelitian terhadap pekerja kantor pos ini.