Bagaimana cara menghilangkan bekas luka di kaki?

Semua orang pasti memiliki bekas luka. Ada bekas luka yang bisa hilang dengan cepat dan beberapa tidak. Pada umumnya bekas luka membekas ini disebabkan karena saat luka mengering dan terasa gatal, timbul keinginan untuk menggaruknya dan akhirnya malah menimbulkan bekas luka. Bagaimana cara menghilangkan bekas luka di kaki?

1 Like

Cara menghilangkan bekas luka gatal di kaki secara alami dan cepat.

  1. Jeruk Nipis
    Jeruk nipis kaya akan anti-oksidan dan vitamin C. Hal ini akan membantu mengangkat sel kulit mati yang membuat bekas luka di kaki menghitam.
    Cara menghilangkan bekas luka di kaki secara alami yang pertama ini mudah saja :
    Belah buah jeruk menjadi dua bagian
    Oleskan pada kulit secara merata
    Diamkan selama 30 menit
    Bilas dengan air bersih

  2. Lemon
    Jeruk yang kaya akan anti-oksidan dan vitamin C berikut adalah lemon. Tidak hanya itu saja, dalam lemon juga terkandung asam alpha hidroksi yang dapat menangkal radikal bebas yang ada dalam kulit sehingga bekas luka pada kaki akan memudar seiring dengan waktu. Dengan mengoleskan perasan lemon pada bekas luka di kaki Anda, bekas luka akan segera memudar karena lemon merupakan alat bleaching yang alami.

  3. Madu
    Cara menghilangkan bekas luka di kaki selanjutnya adalah madu dapat mencerahkan kulit karena kaya akan anti-oksidan dan juga dapat mengangkat kulit mati.
    Caranya :
    Ambil 1 sdm madu
    Oleskan pada bekas luka di kaki
    Diamkan selama 30 menit
    Bilas dengan air bersih

Sumber :

Faktor resiko yang memiliki insidens terbesar pada munculnya bekas luka hipertrofik atau keloid adalah gen (Jansen, 2016). Jika terdapat anggota keluarga yang pernah memiliki keloid maka besar kemungkinan dirinya akan mendapatkan keloid juga.

Keloid dapat terjadi pada semua ras, kecuali albino, dan ras kulit hitam memiliki risiko hingga 15 kali lebih besar. Angka kejadian keloid lebih tinggi pada saat masa pubertas dan kehamilan, dan menurun pada masa menopause. Hormon juga diduga menjadi penyebab. Diduga ada peranan sel mast pada terjadinya keloid (Sinto, 2018)

Meskipun terdapat cara untuk menghindari terbentuknya bekas luka hipertrofik atau keloid, cara tersebut masih belum bisa terbukti dapat benar-benar menjamin tidak adanya keloid ketika luka telah sembuh. Oleh karena itu perawatan luka sejak luka pertama kali terbentuk oleh dokter lebih disarankan untuk benar-benar menghindari adanya bekas luka ini. dr. Linda Sinto melalui tulisannya yang berjudul Scar Hipertrok dan Keloid: Patosiologi dan Penatalaksanaan memberikan pilihan bagi anda yang ingin menghindari terbentuknya keloid pada luka melalui terapi.

  1. Terapi Tekan

Efektivitasnya masih belum dapat diuji secara pasti. Mekanisme kerja yang dilakukan adalah dengan pemberian tekanan, sehingga sintesis kolagen menurun karena terbatasnya suplai darah dan oksigen, serta nutrisi ke jaringan scar dan apoptosis kemudian meningkat. Tekanan berkelanjutan (15-40 mmHg) diberikan minimal 23 jam dan/atau 1 hari selama minimal 6 bulan atau selama bekas luka masih aktif. Terapi ini masih terbatas dikarenakan dapat menyebabkan maserasi, eksema, ataupun bau tidak sedap karena penggunaan bahan kain. Metode terapi tekan biasanya berhasil lebih baik pada anak-anak.

  1. Silicone Gel Sheeting

Metode ini bekerja dengan cara meningkatkan temperatur parut 1-2 derajat dari suhu tubuh, sehingga dapat meningkatkan aktivitas kolagenase. Penggunaan dianjurkan ≥12 jam dan/ atau 1 hari dimulai sejak 2 minggu pascapenyembuhan luka. Penggunaan silicone sheet ini lebih disukai pada area yang sering bergerak.

  1. Injeksi Kortikosteroid

Kortikosteroid bekerja menekan proses inflamasi luka. Kortikosteroid juga mampu; 1. mengurangi sintesis kolagen dan glikosaminoglikan 2. meningkatkan degradasi kolagen dan fibroblas 3. menghambat pertumbuhan fibroblas. Injeksi intralesi menggunakan triamcinolon acetonide (TAC) 10-40 mg/mL diulang setiap 3-4 minggu, dilakukan hingga 6 bulan sampai memberikan hasil yang cukup baik, pada kasus tertentu mungkin dibutuhkan tambahan sesi. Apabila hanya melakukan terapi ini, hasil maksimal hingga rata sepenuhnya hanya pada bekas luka yang masih baru. Untuk bekas luka lama, hasil yang dicapai keloid lebih kecil dan membantu mengurangi gejala. Efek samping pada terapi ini adalah atrofi kulit, telangiektasis, dan rasa nyeri di area penyuntikan.

  1. Cryotherapy

Dapat digunakan sebagai terapi tunggal maupun kombinasi dengan terapi injeksi kortikosteroid. Efektif untuk bekas luka hipertrofik. Terbatas hanya untuk bekas luka yang kecil. Efek samping yang sering munculpada terapi ini adalah rasa nyeri dan blister.

  1. Laser

Terapi 585-nm Pulse Dye Laser (PDL) dapat memberikan hasil cukup baik dan sangat dianjurkan untuk terapi bekas luka hipertrofik. Agar mencapai hasil maksimal, sebaiknya terapi diulang hingga 2-6 kali. Terapi ini menggunakan panas yang merusak kolagen, sehingga membentuk kolagenesis baru. Terdapat kemungkinan efek samping hipo- atau hiperpigmentasi serta blister yang bertahan hingga 7-10 hari. Mekanisme kerjan terapi laser adalah dengan menembus jaringan lebih dalam, sangat baik untuk terapi keloid yang tebal.

  1. 5-Fluorouracil (5-FU)

Terapi ini menggunakan zat kemoterapi kanker. Cara kerja terapi 5-FU dengan meningkatkan apoptosis fibroblas. Injeksi 5-FU intralesi (50 mg/mL) setiap minggu selama 12 minggu berhasil mengurangi ukuran bekas luka hingga 50% pada rata-rata pasien tanpa kegagalan dan rekuren dalam 24 bulan kemudian. Efek samping terapi 5-FU adalah nyeri, ulserasi, dan sensasi terbakar.

  1. Botulinum Toxin A (BTA)

BTA dapat mengurangi tegangan kulit dan menghambat mobilisasi otot, sehingga mengurangi mikrotrauma dan inflamasi. Pada uji coba injeksi di sepanjang garis operasi 24 jam pasca-penutupan luka didapatkan hasil cukup baik. Terdapat efek samping yaitu risiko asimetri alis. BTA termasuk jenis terapi yang baru sehingga masih dibutuhkan penelitian lanjutan efektivitas dan pertimbangan lain termasuk biaya terapi.