Bagaimana cara menggunakan elektrokardiograf?

Elektrokardiograf

Elektrokardiograf (EKG) merupakan suatu alat yang berfungsi untuk melihat potensial listrik yang dialirkan ke jantung. Bagaimana cara menggunakan EKG?

Jantung adalah organ muskular berlubang yang berfungsi sebagai pompa ganda sistem kardiovaskular. Sisi kanan jantung memompa darah ke paru sedangkan sisi kiri memompa darah ke seluruh tubuh. Jantung mempunyai empat ruangan, atrium kanan dan kiri , ventrikel kanan dan kiri.

Jantung merupakan otot tubuh yang bersifat unik karena mempunyai sifat membentuk impuls secara otomatis dan berkontraksi ritmis. Pembentukan impuls listrik terjadi dalam sistem penghantar jantung.

Adapun jalur hantaran listrik jantung normal terjadi dalam urutan berikut : nodus sinoatrial (SA) - nodus atrioventrikular (AV) – berkas His – cabang berkas – serabut purkinje – otot ventrikel [Atwood.1996]

image
Gambar Sistem Kelistrikan Pada Jantung

Pembentukan dan hantaran impuls listrik ini menimbulkan arus listrik yang lemah dan menyebar melalui tubuh. Kegiatan impuls listrik pada jantung ini dapat direkam oleh elektrokardiograf dengan meletakkan elektroda- elektroda ke berbagai permukaan tubuh (sadapan/leads). Rekaman grafik potensial-potensial listrik yang ditimbulkan oleh jaringan jantung ini disebut sebagai elektrokardiogram (EKG) [Khandpur.1997].


Gambar EKG Normal

Pada Gambar di atas, suatu pulsa jantung normal manusia memiliki nilai magnitude sebesar 1.1 mV, hal ini dapat dilihat dengan menghitung jumlah kotak dari titik Q ke titik R, dimana jumlah kotak tersebut ada 11 kotak. Masing-masing kotak sama dengan 0.1 mV, sehingga 11 kotak sama dengan 1.1 mV.

Tabel Karakteristik Elektrokardiogram
image

Fase depolarisasi merupakan kondisi dimana terjadi proses penyebaran impuls/sinyal pada jantung. Fase repolarisasi merupakan kondisi dimana otot-otot jantung tidak melakukan aktifitas sementara (istirahat). Fase defleksi merupakan penyebaran proses depolarisasi.

Sebuah sinyal yang didapat dari elektrokardiogram normal memiliki ciri-ciri seperti tertera pada Tabel berikut ini [Ekananda. 2008]

Tabel Ciri-ciri Elektrokardiogram Normal
image

Sadapan (Lead) EKG

Salah satu metode pengambilan sinyal EKG yang biasa digunakan untuk menganalisis kondisi kesehatan jantung pasien adalah Standard Clinical EKG, yaitu dengan menggunakan sepuluh buah elektroda dengan dua belas titik sadapan (12 leads). Sepuluh buah elektroda tersebut dihubungkan ke tubuh manusia yaitu, Right Arm (RA), Left Arm (LA), Left Leg (LL), Right Leg (RL), Chest 1 (C1), C2, C3, C4, C5 dan C6.

Namun dalam tugas akhir ini hanya akan dibahas mengenai tiga leads yang dihasilkan melalui sadapan bipolar standar.

Sadapan bipolar standar merupakan sadapan asli yang dipilih untuk merekam potensial listrik pada bidang frontal [Gabriel, J.F. 1998]. Sadapan bipolar standar ini menghasilkan tiga buah lead, yaitu lead I, II dan III. Elektroda-elektroda diletakkan pada lengan kiri, lengan kanan dan kaki kiri.

Ketiga sadapan ini digambarkan sebagai segitiga sama sisi yang lazim disebut sebagai segitiga Eithoven.

image

Aktifitas listrik jantung merupakan potensial aksi serabut otot jantung. Dalam teknik pemeriksaan klinik, kita tak dapat meletakkan suatu elektroda ekstraseluler pada permukaan jantung, apalagi pemasangan mikroelektroda di dalam sel. Potensial aksi yang ditimbulkan oleh aktifitas jantung cukup besar, sehingga dapat dihantarkan oleh jaringan- jaringan sekeliling jantung sampai pada permukaan badan. Sehingga potensial aksi tersebut dapat ditangkap oleh elektroda-elektroda yang dipasang di permukaan badan. Jaringan sekitar jantung tersebut dinamakan “volume conductor”.

Impuls jantung menjalar ke bagian-bagian jantung menurut urutan tertentu secara teratur. Ada kalanya bahwa satu bagian jantung aktif bersifat elektronegatif pada permukaannya, sedangkan bagian lain yang belum terpacu menjadi elektropositif pada permukaannya. Selama repolarisasi beberapa bagian jantung pulih sebagai sedia kala dan bersifat elektropositif pada permukaan, sedang bagian-bagian lain masih dalam keadaan terpacu dan bersifat elektronegatif.

Elektrokardiografi (EKG) adalah grafik yang merekam potensial listrik pada jantung yang dihantarkan ke permukaan badan dan tercatat sebagai perbedaan potensial pada elektroda-elektroda pada kulit. Perbedaan potensial ini terjadi karena proses eksitasi yang tidak terjadi simultan pada seluruh jantung. Elektrokardiografi merepresentasikan aktivitas listrik total pada jantung yang direkam pada permukaan tubuh. Hal yang harus diingat adalah bahwa elektrokardiografi merupakan “gambaran” listrik suatu objek tiga dimensi.

Peristiwa Listrik pada Siklus Jantung

Setelah kita membahas listrik jantung dan siklus jantung, selanjutnya akan membahas peristiwa listrik dalam hal ini gelombang listrik pada elektrokardiografi dikaitkan dengan kontraksi atau relaksasi otot jantung secara umum. Peristiwa mekanik pada siklus jantung sedikit tertinggal dibanding sinyal listrik jantung (kontraksi otot jantung mengikuti potensial aksi). Hal ini menjadi alasan mengapa digunakan banyak lead (sadapan). Siklus jantung dimulai saat atrium dan ventrikel dalam keadaan istirahat. Sedangkan EKG diawali dengan depolarisasi atrium. Gambar berikut menjelaskan keterkaitan peristiwa listrik (gelombang) EKG selama satu siklus kontraksi-relaksasi otot jantung :

image

CARA PEMASANGAN ELEKTROKARDIOGRAFI


1. Persiapan, kalibrasi

Persiapan probandus/pasien

  • Sebaiknya istirahat 15 mnt sebelum pemeriksaan.
  • Bila menggunakan perhiasan/logam supaya dilepas
  • Pasien diminta membuka baju bagian dada
  • Pasien dipersilakan tidur terlentang, posisi pemeriksa berada di sebelah kiri pasien
  • Pasien diusahakan untuk tenang, bernafas normal, selama proses perekaman tidak boleh bicara
  • Bersihkan daerah yang akan dipasang elektroda dengan kapas beralkohol
  • Oleskan pasta EKG pada elektroda untuk memperbaiki hantaran listrik.
  • Sebaiknya tidak merokok/makan 30 mnt sebelumnya

Untuk membaca/ interpretasi sebuah EKG, paling sedikit kita harus mempunyai data-data tentang hal-hal di bawah ini:

  • Umur penderita: karena bentuk EKG normal pada bayi dan anak-anak sangat berbeda dengan EKG normal orang dewasa.

  • Tinggi, berat dan bentuk badan: orang yang gemuk mempunyai dinding dada yang tebal, sehingga amplitudo semua komplek EKG lebih kecil, sebab voltase berbanding berbalik dengan kuadrat jarak elektroda dengan sel otot jantung.

  • Tekanan darah dan keadaan umum penderita: Hal ini penting apakah peningkatan voltase pada komplek ventrikel kiri ada hubungannya dengan kemungkinan hipertofi dan dilatasi ventrikel kiri.

  • Penyakit paru pada penderita: posisi jantung dan voltase dari komplek-komplek EKG dapat dipengaruhi oleh adanya empisema pulmonum yang berat, pleural effusion dan lain-lain.

  • Penggunaan obat digitalis dan derivatnya: akan sangat mempengaruhi bentuk EKG. Maka misalnya diperlukan hasil EKG yang bebas dari efek, digitalis, perlu dihentikan sekurang-kurangnya 3 minggu dari obat digitalis tersebut.

Persiapan kertas dan alat EKG :

image

  1. Kertas grafik garis horizontal dan vertikal dengan jarak 1 mm.
  2. Garis lebih tebal terdapat pada setiap 5 mm.
  3. Garis horizontal menggambarkan waktu 1 mm = 0,04 detik 5 mm = 0,20 detik
  4. Garis vertikal menggambarkan voltase 1 mm = 0,1 milivolt 10 mm = 1 milivolt
  5. Kecepatan perekaman 25 mm/detik.
  6. Kalibrasi 1 milivolt yang menghasilkan defleksi setinggi 10 mm.

2. Lead (Sadapan)

Bila elektrokardiografi dihubungkan dengan dua titik pada tubuh, maka gambaran spesifik dari tiap pasang hubungan ini disebut lead (sadapan). Jenis lead yang sering digunakan pada EKG adalah:

a. Lead Ekstremitas Bipolar :

Einthoven, bapak EKG, pada th 1913 menerangkan bahwa dipol jantung dapat digambarkan pada bidang frontal yang melalui jantung, dan seolah-olah terletak dipusat daripada segitiga sama sisi, dimana dua sudut terletak sama tinggi di atas dan puncak ada di bawah. Einthoven menggunakan tiga elektroda yang diletakkan pada pergelangan tangan dan kaki (limb), sehingga terbentuk tiga lead ekstremitas bipolar untuk merekam perbedaan potensial arus bioelektrik jantung.

Orientasi polaritas dari sumbu lead ekstremitas bipolar adalah sbb:

  1. Lead I : dimana poll negatif dari elektrokardiografi dihubungkan dengan pergelangan tangan kanan dan poll positif dihubungkan dengan pergelangan tangan kiri.

  2. Lead II : dimana poll negatif dari elektrokardiografi dihubungkan dengan pergelangan tangan kanan dan poll positif dihubungkan dengan pergelangan kaki kiri.

  3. Lead III : dimana poll negatif dihubungkan dengan pergelangan tangan kiri dan poll positif dengan pergelangan kaki kiri.

Dengan menggunakan tiga lead tersebut akan membentuk segitiga sama sisi dengan posisi jantung di tengah. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa tubuh merupakan volume konduktor yang baik. Jadi lead I sebenarnya mengukur perbedaan potensial dari semua arus bioelektrik jantung yang merambat horizontal. Demikian pula lead II dan III masing-masing akan mengukur perbedaan potensial dari semua arus bioelektrik jantung yang membentuk sudut 60° dari kuadran kiri atas ke kanan bawah, dan dari kuadran kanan atas ke kiri bawah.

image

b. Lead Ekstremitas Unipolar :

Pada pencatatan ini 2 anggota dihubungkan dengan terminal tahanan listrik negatif elektrokardiografi, sedangkan anggota ke 3 dihubungkan dengan terminal tahanan listrik positif sehingga terdapatlah 3 macam lead:

  • aVR = bila terminal positif dihubungkan dengan lengan kanan
  • aVL = bila terminal positif dihubungkan dengan lengan kiri
  • aVF = bila terminal positif dihubungkan dengan kaki kiri

c. Lead Prekordial

Pemeriksaan EKG juga memerlukan pemasangan lead pada dinding depan dada di atas jantung. Lead ini dihubungkan dengan terminal positif pada elektrokardiografi, dan elektroda negatif atau disebut pula elektroda indifferens biasanya dihubungkan melalui tahanan listrik pada lengan kanan, lengan kiri dan kaki kiri bersamaan. Pada elektroda indifferens ini dibuat selalu berpotensial nol (0).

Pemasangan lead hanya dengan satu elektroda yang aktif, dinamakan unipolar
lead. Dibedakan 6 macam lead prekordial, yaitu:

  • V1 = elektroda positif pada spatium intercostale (s.i.c) IV lateral linea sternalis kanan
  • V2 = elektroda positif pada s.i.c. IV lateral linea sternalis kanan V3 = antara V2 dan V4
  • V4 = elektroda positif pada s.i.c V pada linea medio klavikularis kiri V5 = elektroda positif pada s.i.c V pada linea aksilaris anterior kiri V6 = elektroda positif pada s.i.c V pada linea aksilaris medialis kiri

3. Pemasangan dan Perekaman EKG

Setelah pasien dan mesin EKG dipersiapkan, selanjutnya dilakukan tahapan sbb:

  1. Pasang elektroda sesuai dengan lead masing-masing
  1. Lead ekstremitas bipolar dan unipolar
    Lead I, II dan III dipasang pada pergelangan tangan kanan dan kiri serta pergelangan kaki kanan dan kiri
  2. Pergelangan tangan kanan dipasang elektroda yang berwarna merah. Pergelangan tangan kiri dipasang elektroda yang berwarna kuning. Pergelangan kaki kanan dipasang elektroda yang berwarna hitam.

Pergelangan kaki kiri dipasang elektroda yang berwarna hijau

a. Lead prekordial

  1. Pasang lead V1 pada spatium intercostale IV lateral linea sternalis kanan
  2. Pasang lead V2 pada spatium intercostale IV lateral linea sternalis kiri
  3. Pasang lead V3 di antara V2 dan V4
  4. Pasang lead V4 pada spatium intercostale V linea medio klavikularis kiri
  5. Pasang lead V5 pada spatium intercostale V linea aksilaris anterior kiri
  6. Pasang lead V6 pada spatium intercostale V linea aksilaris media kiri

2. Tekan tombol ID (Cardimax®)

  • Isian untuk nomer ID: arahkan kursor ke tulisan ID kemudian tekan enter kemudian tekan ↑ atau ↓
  • Isian untuk umur: arahkan kursor pada tulisan umur kemudian tekan enter kemudian tekan ↑ atau ↓
  • Isian untuk jenis kelamin: arahkan kursor pada tulisan SEX kemudian tekan enter kemudian tekan → atau ←
  • Apabila tersedia komputer dan bisa disambungkan, isikan nama probandus.

3. Pilih mode auto/manual kemudian tekan enter kemudian tekan mode lagi untuk keluar

  • Auto : tekan start tunggu sampai tercetak semua lead dan kesimpulan interpretasi hasil EKG
  • Manual : tekan start untuk merekam satu persatu setiap lead secara manual kemudian tekan stop

4. Hasil akan terekam pada kertas EKG. Lakukan interpretasi hasil EKG tersebut

5. Lepas semua lead dan bersihkan sisa pasta EKG dengan kapas beralkohol

INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN EKG


1. Morfologi gelombang EKG

KETERANGAN :

  • Gelombang P: aktivasi atrium.

    • Lebar < 0,12 detik
    • Tinggi < 0,3 milivolt
    • Selalu positif di lead II dan negatif di lead aVR
  • Interval PR: durasi konduksi AV

    • Dari awal gelombang P hingga awal kompleks QRS
    • Durasi normal 0,12–0,20 detik
  • Kompleks QRS: aktivasi ventrikel kanan dan kiri

    • Lebar 0,06–0,12 detik
    • Panjang bervariasi di antara tiap lead
    • Gelombang Q : defleksi negatif pertama
    • Gelombang R : defleksi positif pertama
    • Gelombang S : defleksi negatif setelah gelombang R
  • Durasi kompleks QRS: durasi depolarisasi otot ventrikel

  • Interval PP: durasi siklus atrium

  • Interval RR: durasi siklus ventrikel

  • Interval QT: durasi depolarisasi dan repolarisasi ventrikel

  • Segmen ST

    • Dari akhir gelombang S hingga awal gelombang T
    • Normal: isoelektrik
  • Gelombang T

    • Positif di lead I, II, V3–V6 dan negatif di aVR

Ukuran kotak kecil: 1 mm dan ukuran kotak besar: 5 mm. Kecepatan kertas pencatatan 25 mm/detik, berarti satu kotak kecil adalah 0,04 detik. Amplitudo standar 1 milivolt.

2. Interpretasi EKG

1). Irama :

Dalam keadaan normal impuls untuk kontraksi jantung berasal dari nodus SA dengan melewati serabut-serabut otot atrium impuls diteruskan ke nodus AV, dan seterusnya melalui berkas His  cabang His kiri dan kanan  jaringan Purkinye akhirnya ke serabut otot ventrikel. Disini nodus SA menjadi pacemaker utama dan pacemaker lain yang terletak lebih rendah tidak berfungsi. Apabila nodus SA terganggu maka fungsi sebagai pacemaker digantikan oleh pacemaker yang lain.

Irama jantung normal demikian dinamakan irama sinus yaitu iramanya teratur, dan tiap gelombang P diikuti oleh kompleks QRS. Irama sinus merupakan irama yang normal dari jantung dan nodus SA sebagai pacemaker. Jika irama jantung ditimbulkan oleh impuls yang berasal dari pacemaker yang terletak di luar nodus SA disebut irama ektopik.

Adanya perubahan-perubahan yang ringan dari panjang siklus masih dianggap irama sinus yang normal. Akan tetapi apabila variasi antara siklus yang paling panjang dan paling pendek melebihi 0,12 detik maka perubahan irama ini dinamakan sinus aritmia.

  • Irama Sinus
    image

  • Sinus Aritmia
    image

  • Atrial Fibrillation (AF)
    image

  • Ventricular Tachycardia (VT)
    image

  • Ventricular Fibrillation (VF)
    image

  • Supraventricular Tachycardia (SVT)
    image

2) Frekuensi :

  • Reguler
    Menghitung frekuensi jantung jika irama jantung teratur (reguler) :
    i. 1500 dibagi dengan jumlah kotak kecil antara R-R interval atau P-P interval.
    ii. 300 dibagi jumlah kotak besar antara R-R interval atau P-P interval.
    iii. 60 dibagi dengan jumlah waktu dalam detik antara R-R interval atau P-P interval.

  • Irreguler
    Menghitung frekuensi jantung jika irama jantung tidak teratur (irreguler) : sejumlah R-R interval atau P-P interval dibagi dengan jumlah kotak dari sejumlah R-R interval atau P-P interval dikalikan 1500.

    Frekuensi jantung pada orang dewasa berkisar antara 60 sampai 100 kali/menit. Sinus takikardia ialah irama sinus dimana frekuensi jantung pada orang dewasa lebih dari 100 denyut/menit, pada anak-anak lebih dari 120/menit dan
    pada bayi lebih dari 150 denyut/menit.

    Sinus bradikardia ialah irama sinus dengan frekuensi jantung kurang dari 60 denyut/menit.

3) Aksis :

Yang dimaksud dengan posisi jantung dalam elektrokardiografi adalah posisi listrik dari jantung pada waktu berkontraksi dan bukan dalam arti posisi anatomis. Pada pencatatan EKG kita akan mengetahui posisi jantung terhadap rongga dada. Di bawah ini adalah gambar aksis normal, right axis deviation (RAD) , dan left axis deviation (LAD).

image

Pada beberapa kondisi dapat terjadi perputaran jantung pada aksis longitudinal, yaitu:

  • Jantung berputar ke kiri atau searah jarum jam (clock wise rotation=CWR)
    Arah perputaran ini dilihat dari bawah diafragma ke arah kranial. Pada keadaan ini ventrikel kanan terletak lebih ke depan, sedang ventrikel kiri lebih ke belakang. Ini dapat dilihat pada lead prekordial dengan memperhatikan transitional zone, di mana pada keadaan normal terletak pada V3 dan V4 (transitional zone = R/S = 1/1). Pada clock wise rotation transitional zone lebih ke kiri, yaitu pada V5 dan V6.

  • Jantung berputar ke kanan atau berlawanan dengan arah jarum jam (counter clock wise rotation=CCWR)
    Pada keadaan ini ventrikel kiri terletak lebih ke depan, sedang ventrikel kanan lebih ke belakang. Pada counter clock wise rotation nampak transitional zone pindah ke kanan, yaitu V1 atau V2.

4) Gelombang P :

  • Durasi gelombang P normal
    Gelombang P: ialah suatu defleksi/ penyimpangan yang disebabkan oleh proses depolarisasi atrium.Terjadinya gelombang P adalah akibat depolarisasi atrium menyebar secara radial dari nodus SA ke nodus AV (atrium conduction time). Gelombang P yang normal memenuhi kriteria sbb:

    • panjang gelombang tidak lebih dari 0,12 detik
    • tinggi atau amplitudo tidak lebih dari 3 mm
    • biasanya defleksi ke atas (positif) pada lead-lead I, II, aVL dan V3-V6
    • biasanya defleksi ke bawah (negatif) pada aVR, sering pula pada V1 dan kadang-kadang V2
  • Gelombang P mitral dan P pulmonal
    image

5) Interval PR:

Interval P-R: atau lebih teliti disebut P-Q interval, diukur dari permulaan timbulnya gelombang P sampai permulaan kompleks QRS. Ini menunjukkan lamanya konduksi atrio ventrikuler di mana termasuk pula waktu yang diperlukan untuk depolarisasi atrium dan bagian awal dan repolarisasi atrium. Repolarisasi atrium bagian akhir terjadi bersamaan waktunya dengan depolarisasi ventrikuler. Nilai interval P-R normal ialah: 0,12-0,20 detik.

6) Segmen PR:

Segmen P-R adalah jarak antara akhir gelombang P sampai permulaan kompleks QRS. Dalam keadaan normal segmen PR berada dalam garis isoelektrik atau sedikit depresi dengan panjang tidak lebih dari 0,8 mm. Segmen P-R ini menggambarkan delay of exitation pada nodus AV (atau kelambatan transmisi impuls pada nodus AV).

7) Kompleks QRS:

Yang perlu diperhatikan pada kompleks QRS adalah:

  • Durasi kompleks QRS:
    Menunjukkan waktu depolarisasi ventrikel (total ventricular depolarization time), diukur dari permulaan gelombang Q (atau permulaan R bila Q tak tampak), sampai akhir gelombang S. Nilai normal durasi kompleks QRS adalah 0,08-0,10 detik. V.A.T atau disebut juga intrinsic deflection ialah waktu yang diperlukan bagi impuls melintasi miokardium atau dari endokardium sampai epikardium, diukur dari awal gelombang Q sampai puncak gelombang R. V.A.T tidak boleh lebih dari 0,03 detik pada V1 dan V2, dan tidak boleh lebih dari 0,05 pada V5 dan V6.

  • Gelombang Q patologis
    Gelombang Q patologis merupakan tanda suatu infark miokard lama. Tanda gelombang Q patologis yaitu lebarnya melebihi 0,04 detik dan dalamnya melebihi sepertiga dari tinggi gelombang R pada kompleks QRS yang sama. Karena gelombang Q patologis menunjukkan letak infark miokard, maka untuk mendiagnosis infark miokard lama harus melihat gelombang Q patologis sekurang- kurangnya pada dua lead yang berhubungan. Contoh: diagnosis infark miokard lama inferior dapat ditegakkan apabila ditemukan gelombang Q patologis pada lead II, III, dan aVF (lihat gambar di bawah).

image

8) Segmen S-T :

Segmen S-T disebut juga segmen Rs-T, ialah pengukuran waktu dari akhir kompleks QRS sampai awal gelombang T. Ini menunjukkan waktu di mana kedua ventrikel dalam keadaan aktif (excited state) sebelum dimulai repolarisasi. Titik yang menunjukkan di mana kompleks QRS berakhir dan segmen S-T dimulai, biasa disebut J point. Segmen S-T yang tidak isoelektrik (tidak sejajar dengan segmen P-R atau garis dasar), naik atau turun sampai 2 mm pada lead prekordial (dr.R. Mohammad Saleh menyebutkan 1 mm di atas atau di bawah garis) dianggap tidak normal. Bila segmen ST naik disebut S-T elevasi dan bila turun disebut S-T depresi, keduanya merupakan tanda penyakit jantung koroner. Panjang segmen S-T normal antara 0,05-0,15 detik (interval ST).

image

  • Isoelektrik :
    image

  • ST elevasi dan ST depresi
    image

image

9) Gelombang T :

Gelombang T ialah suatu defleksi yang dihasilkan oleh proses repolarisasi ventrikel jantung. Panjang gelombang T biasanya 0,10-0,25 detik.

Pada EKG yang normal maka gelombang T adalah sbb :

  • positif di lead I dan II, dan mendatar, bifasik atau negatif di lead III
  • negatif di aVR, dan positif, negatif atau bifasik pada aVL atau aVF.
  • negatif di V1, dan positif di V2 sampai V6

image

10) Gelombang U :

Gelombang U biasanya mengikuti gelombang T, belum diketahui dihasilkan oleh proses apa. Gelombang U adalah defleksi yang positif dan kecil setelah gelombang T sebelum gelombang P, juga dinamakan after potensial. Gelombang U yang negatif selalu abnormal.

11) Interval Q-T

Interval Q-T diukur mulai dari permulaan gelombang Q sampai pada akhir gelombang T, menggambarkan lamanya proses listrik saat sistolik ventrikel (duration of electrical systole) atau depolarisasi ventrikel dan repolarisasinya. Interval Q-T ini berubah- ubah tergantung frekuensi jantung, jadi harus dikoreksi sesuai frekuensi jantungnya (Q- Tc). Untuk koreksi ini menggunakan normogram yang memberikan Q-Tc untuk frekuensi jantung 60x/menit. Q-Tc normal pada laki-laki tidak boleh lebih dari 0,42 detik dan pada wanita tidak boleh lebih dari 0,45 detik (dr.R. Mohammad Saleh mengatakan 0,35-0,44 detik).

12) Lain-lain :

  • VES=Ventricular Extra Systole (PVC=Premature Ventricular Contraction)
    image

  • SVES=Supraventricular Extra Systole (PAC= Premature Atrial Contraction)
    image

Referensi :

  • Baltazar, R.F., (2013). Basic and Bedside Electrocardiography. Baltimore,MD : Lippincott Williams & Wilkins.
  • Guyton, A.C dan Hall. J.E (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11. Jakarta : EGC.
  • Kabo, P dan Karim, S (2007). EKG dan Penanggulangan Beberapa Penyakit Jantung untuk Dokter Umum. Jakarta : FK UI.
  • Netter, F.H (2014). Atlas of human anatomy. 6th ed: Elsevier. Silverthorn, Dee Unglaub., (2013). Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC.

Sumber :

  • Keterampilan pemeriksaan elektrokardiografi (EKG), Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2016