Bagaimana cara mengetahui bakat anak sejak dini?

bakat anak

Setiap orang tentunya memiliki bakat tersendiri di dalam dirinya. Bakat sendiri merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang yang berasal dari dalam dirinya sendiri yang mana bisa diturunkan dari orang tua ataupun memang bakat alami yang dimiliki seseorang. Tentunya sebagai orang tua penting untuk mengetahui bakat anak sejak dini agar anda bisa mengarahkan sebaik mungkin bakat-bakat tersebut sehingga lebih maksimal seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan anak.

Bagaimana cara mengetahui bakat anak sejak dini ?

Beberapa cara mengetahui bakat anak sejak dini yang bisa dilakukan oleh orang tua, yaitu :

  1. Memperhatikan Kebiasaan dan Kesukaan Anak
    Cara pertama untuk mengetahui bakat yang dimiliki oleh anak adalah dengan memperhatikan kebiasaan dan kesukaan anak anak anda. Biasanya hal hal yang menjadi kebiasaan dan kesukaan bisa jadi merupakan bakat yang dimiliki oleh anak anda tersebut. Untuk itu cobalah untuk memperhatikan segala aktivitas yang anak anda lakukan, bisa jadi salah satu diantaranya merupakan bakat atau potensi yang cukup kuat untuk dieksplor lebih lanjut. Mulai dari kebiasaan, kesukaan, hobi, hal yang sering dilakukan, minat dan semuanya perlu anda perhatikan dengan baik.

  2. Membiarkan Anak Mengeksplorasi Kemampuan Yang Dimiliki
    Cobalah untuk membiarkan anak mencoba berbagai hal-hal yang positif, dengan cara tersebut akan membantu anak bisa menemukan bakat-bakat yang terpendam di dalam dirinya. Sebagai orang tua, jangan sesekali menekan ataupun membatasi kegiatan anak, hal ini karena sama saja anda menghalangi anak untuk mengeksplorasi kemampuan yang dimilikinya sehingga nantinya tidak bisa memaksimalkan untuk menemukan bakat-bakat terpendam di dalam dirinya. Dan yang perlu anda lakukan adalah cukup mengawasi segala kegiatan anak, jika nantinya ada hal yang disukainya anda bisa mengarahkannya lebih lanjut.

  3. Membangun Komunikasi Positif
    Sebagai orang tua, tentunya anda harus memberikan perhatian pada anak anak anda namun tetap dalam batasan yang wajar. Yang dimaksud dengan wajar ini adalah anak tidak boleh terlalu dimanja dan anak juga tidak terlalu boleh untuk diabaikan, sehingga takarannya harus benar benar proporsional. Untuk mengetahui bakat anak, anda juga bisa langsung bertanya pada anak berhubungan dengan hal-hal yang menjadi kegemarannya, cita-cita, hobi, ataupun hal-hal yang ingin dilakukan.

  4. Menempatkan Anak Di Posisi Terdekat
    Biasanya bakat-bakat yang dimiliki oleh anak akan mudah terlihat saat kondisi anak sedang dalam keadaan terdesak atau terancam. Sehingga hal ini membuat kemampuan yang dimiliki selama ini dapat muncul. Cara ini banyak dilakukan para orang tua agar bisa mengetahui bakat terpendam dalam diri anak. Misalnya saja, coba untuk memberikan anak PR dalam jangka waktu yang mendesak. Kondisi ini bisa membuat anak mencoba berpikir cepat untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dimilikinya.

  5. Mengikutkan Anak Ke Beberapa Perlombaan
    Langkah jitu lainnya yang bisa anda lakukan adalah dengan mengikutkan anak ke beberapa perlombaan, namun ingat semua hal tersebut haruslah sesuai dengan persetujuan anak-anak. Bakat dan minat yang dimiliki anak anak tersebut bisa anda amati dari perlombaan yang diikuti anak anak. Hasil perlombaan yang memiliki pencapaian tertinggi bisa menjadi indikasi jika kemampuan anak lebih dominan pada hal tersebut.

Cara Mengidentifikasi Potensi Anak


Potensi akan nampak terlihat (teraktualisasikan) bila potensi di asah, distimulasi, dan dikembangkan oleh lingkungan sekitarnya. Sebaliknya potensi tidak akan nampak terlihat bila tidak diasah, distimulasi, dan dikembangkan oleh lingkungan sekitarnya. Hasil penelitian ilmiah menunjukkan bahwa anak yang banyak distimulasi oleh lingkungannya terbukti lebih cerdas dibanding dengan yang sedikit stimulasinya. Pengidentifikasian atau istilah yang sering digunakan dalam bidang psikologi adalah diagnostik terhadap potensi dapat dilakukan dengan mengenali keberbakatan anak dan kecenderungan minat jabatannya. Keberbakatan anak dapat dilihat dari tiga hal yaitu kemampuan umum yang tergolong di atas rata-rata (above average ability), kreativitas (creativity) tergolong tinggi, dan komitmen terhadap tugasnya (task commitment) yang tinggi atau sering disebut sebagai motivasi intrinsik. Adapun untuk mengetahui kecenderungan minat jabatan anak dapat dikenali dari tipe kepribadiannya.

  1. Kemampuan Umum

Kemampuan umum anak dapat diketahui dengan melakukan tes inteligensi. Banyak ahli yang sudah mengungkapkan definisi tentang inteligensi, dari yang sangat sederhana sampai yang modern (lebih kompleks), di antaranya dikemukakan Wechsler. Wechsler mengungkapkan bahwa inteligensi adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah, serta menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara afektif. IQ adalah salah satu besaran pengukuran untuk panjang. Selain IQ, hasil tes inteligensi dapat juga dinyatakan dalam bentuk besaran-besaran lain seperti M.A. (mental age, usia mental), skor atau nilai standar, dan lain-lain.

Thurstone mengemukakan bahwa kemampuan umum/kecerdasan seseorang dapat dilihat dari:

  • Kemampuan verbal (verbal comprehension)

  • Kelancaran kata (word fluency)

  • Kemampuan mengenai angka (number)

  • Kemampuan keruangan (space)

  • Kemampuan ingatan (associative memory)

  • Kecepatan persepsi (perceptual speed)

  • Kemampuan menalar (induction, general reasoning)

Senada dengan itu Munandar mengemukakan bahwa kemampuan umum anak merujuk pada beberapa indikator yaitu:

  • Mudah menangkap pelajaran
  • Mudah mengingat kembali
  • Memiliki perbendaharaan kata yang luas
  • Penalaran tajam (berpikir logis, kritis, memahami hubungan sebab akibat)
  • Daya konsentrasi baik
  • Menguasai banyak bahan tentang macam-macam topik
  • Senang dan sering membaca
  • Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, atau pendapat secara lisan/tertulis dengan lancar dan jelas
  • Mampu mengamati secara cermat
  • Senang mempelajari kamus, peta, dan ensiklopedi
  • Cepat memecahkan masalah
  • Cepat menemukan kekeliruan atau kesalahan
  • Cepat menemukan asas dalam suatu uraian
  • Mampu membaca pada usia lebih muda
  • Daya abstraksi lebih tinggi
  • Selalu sibuk menangani berbagai hal

Dalam tes kemampuan umum (inteligensi), soal-soalnya mengukur hal-hal yang kurang dipengaruhi oleh pelajaran sekolah. Tes inteligensi memiliki jenis yang banyak. Ada tes inteligensi untuk anak, ada untuk orang dewasa. Ada yang pemberiannya secara individual, ada juga secara kelompok/klasikal. Ada yang lisan, ada juga yang tulisan. Pengukuran yang dilakukan oleh satu jenis alat tes inteligensi belum tentu akan memberikan hasil yang sama dengan menggunakan tes inteligensi yang lain. Ini disebabkan adanya kemungkinan landasan teori tentang inteligensi pada tes inteligensi yang satu berbeda dengan landasan teori tentang inteligensi pada tes inteligensi yang lain. Mungkin juga dasar pengukurannya berbeda-beda. Secara keseluruhan tes inteligensi terdiri dari: tes inteligensi umum, tes inteligensi khusus, dan tes inteligensi diferensial.

Tes inteligensi umum yang bertujuan memberikan gambaran tentang taraf inteligensi umum seseorang pada umumnya berdasarkan teori Spearmen. Spearmen mengungkapkan bahwa pelaksanaan setiap tugas kognitif (tugas yang membutuhkan pemikiran) membutuhkan kemampuan umum (general factor) dan kemampuan spesifik (spesific factor) untuk tugas tersebut. Menurutnya, pengukuran kemampuan umum yang terbaik adalah melalui persoalan- persoalan yang membutuhkan kemampuan menalar yang abstrak.

Tes inteligensi diferensial yang memberikan keterangan tentang kemampuan di dalam berbagai faktor inteligensi pada umumnya di dasarkan pada teori Thurstone. Menurutnya faktor- faktor yang membentuk inteligensi meliputi: kemampuan verbal (verbal comprehension), kelancaran kata (word fluency), kemampuan mengenai angka (number), kemampuan keruangan (space), kemampuan ingatan (associative memory), kecepatan persepsi (perceptual speed), dan kemampuan menalar (induction, general reasoning).

Selain jenis tes sebagaimana dikemukakan di atas, berikut akan diberikan beberapa contoh tes yang sering digunakan:

  1. Tes inteligensi dari Wechsler, yang mengukur taraf inteligensi umum. Tes inteligensi Wechsler adalah tes individual yang diberikan secara lisan dan dijawab secara lisan pula, serta dasar pengukurannya adalah Deviation IQ dengan nilai rata-rata=100 dan besar penyimpangan=15. Jenis tes ini diklasifikasikan lagi pada:
  • Khusus untuk anak-anak yang berusia 4 tahun sampai 6,5 tahun digunakan W.P.P.S.I. (Wechsler Preschool and Primary School intelligence).
  • Untuk anak-anak berusia 6,5 tahun sampai 16,5 tahun digunakan W. I. S. C (Wechsler Intelligence Scale for Children).
  • Untuk orang-orang dewasa digunakan W.B. (Wechsler Bellevue) dan W.A.I.S. (Wechsler Adult Intelligence Scale)
  1. Tes C.F.I.T (Culture Fair Intelligence Test) dari Cattell, mengukur inteligensi umum, terdiri dari skala 1, skala 2, skala 3, untuk anak yang berusia 4 tahun sampai dengan orang dewasa. Jenis ini merupakan jenis tes inteligensi yang sifatnya nonverbal, yang bersifat kelompok dan tertulis. Dasar pengukurannya adalah Deviation IQ, dengan nilai rata-rata=100, dan besar penyimpangan=16. Dengan tes inteligensi umum diperoleh suatu gambaran mengenai kecerdasan umum dari anak, sehingga pendidik memperoleh keterangan untuk dipergunakan lebih lanjut seperti untuk tujuan seleksi dan untuk tujuan diagnostik.
  1. Kreativitas

Cara kedua untuk mengetahui keberbakatan anak dapat dilihat dari kreativitasnya. Kreativitas merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Kreativitas juga merupakan kemampuan –berdasarkan data atau informasi yang tersedia- menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Tentu saja jawaban-jawaban itu harus sesuai dengan masalahnya. Jadi tidak semata-mata banyaknya jawaban yang dapat diberikan yang menentukan kreativitas seseorang, tetapi juga kualitas atau mutu dari jawabannya. Secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orosinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. Secara detail, kreativitas anak dapat dilihat dari beberapa indikator berikut:

  • Memiliki rasa ingin tahu yang besar

  • Sering mengajukan pertanyaan yang berbobot

  • Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah

  • Mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu

  • Mempunyai/menghargai rasa keindahan

  • Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh orang lain

  • Memiliki rasa humor tinggi

  • Mempunyai daya imajinasi yang kuat

  • Mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dari orang lain (orisinil)

  • Dapat bekerja sendiri

  • Senang mencoba hal-hal baru

  • Mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi)

Berdasarkan indikator di atas jelas bahwa kreativitas dapat terwujud di mana saja dan oleh siapa saja, tidak bergantung pada usia, jenis kelamin, keadaan sosial ekonomi atau tingkat pendidikan tertentu. Kreativitas dimiliki oleh semua orang tanpa pandang bulu. Lebih penting lagi adalah bahwa kreativitas bila dikaitkan dengan masalah pendidikan, dapat ditingkatkan, dan karenanya perlu dipupuk sejak dini.

  1. Motivasi

Cara ketiga untuk memahami keberbakatan anak adalah dapat dilihat dari komitmen tugas anak atau sering disebut sebagai motivasi intrinsik anak. Motivasi intrinsik dapat diartikan sebagai dorongan kuat yang bersumber dari dalam diri anak untuk melakukan sesuatu (belajar). Anak mau belajar karena ia betul-betul memiliki dorongan kuat dari dalam dirinya untuk belajar, bukan karena tergiur oleh iming-iming atau hadiah dari orang tua atau dari gurunya. Bila anak mau belajar karena tergiur oleh hadiah yang akan diberikan orang tuanya maka motivasi yang

dimiliki anak disebut sebagai motivasi ekstrinsik. Indikator dari motivasi (intrinsik) anak meliputi:

  • Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak berhenti sampai selesai).
  • Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
  • Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi.
  • Ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan.
  • Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasinya).
  • Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah “orang dewasa” (misalnya terhadap pembangunan, korupsi, keadilan, dan sebagainya).
  • Senang dan rajin belajar, penuh semangat, cepat bosan dengan tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini tersebut).
  • Mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian).
  • Senang mencari dan memecahkan soal-soal

Berdasarkan indikator-indikator di atas, maka sebagian potensi anak dapat diketahui. Pendidik dapat mengembangkan alat tes motivasi untuk mengetahui motivasi anak berdasarkan pada indikator di atas.

  1. Tes Kepribadian

Dalam perspektif kognitif motivasi intrinsik lebih signifikan bila dibandingkan dengan motivasi ekstrinsik karena motvasi intrinsik sifatnya lebih murni dan lebih langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain (Muhibbin Syah, 2001. Psikologi Pendidikan).

Cara lain untuk mengidentifikasi potensi anak adalah berdasarkan kecenderungan minat jabatannya yang dapat dikenali dari tipe kepribadiannya. Berdasar tes kepribadian maka diperoleh data yang bersifat kualitatif-deskriptif. Penggunaan tes ini sering tidak dilakukan secara tersendiri, melainkan bersama-sama dengan tes-tes psikologi lainnya. Kesulitan dan hambatan dalam prestasi belajar di sekolah tidak selalu disebabkan oleh hal-hal yang berhubungan dengan aspek inteligensi saja, melainkan dapat pula oleh hal-hal lainnya yang berkaitan dengan ciri-ciri kepribadian anak, termasuk cara-cara dan kebiasaaan belajarnya. Berdasar tes kepribadian akan diperoleh deskripsi tentang ciri-ciri kepribadian anak sebagai bahan untuk menentukan sumber timbulnya kesulitan belajar. Gangguan emosi merupakan hal yang sering menghambat kemantapan belajar anak baik di sekolah maupun di rumah. Melalui wawancara dan pengamatan seringkali bisa diperoleh data-data yang penting, tetapi seringkali pula harus dilakukan tes kepribadian untuk bisa memancing hal-hal yang lebih mendalam dan mendasar pada kepribadian anak. Dengan mengetahui adanya kepribadian-kepribadian tertentu pada anak yang dapat menghambat prestasi belajarnya, maka akan dapat ditentukan langkah- langkah lebih lanjut untuk mengatasinya.

Jenis tes kepribadian sangat banyak, setiap psikolog mempunyai kesenangan untuk mempergunakan tes-tes kepribadian berdasar yang paling dikuasai dan dirasakan dapat dipergunakan secara produktif, sesuai dengan tujuan pemeriksaan.
Bila berdasarkan tes kepribadian diperoleh adanya masalah belajar pada anak, maka diperlukan kerja sama dengan pihak sekolah, pendidik, wali kelas, kepala sekolah dan tidak terkecuali juga pihak orang tua atau keluarganya untuk mengatasinya. Dari identifikasi kepribadian anak menunjukkan bahwa tidak semua jabatan cocok untuk semua orang.

Setiap tipe kepribadian tertentu mempunyai kecenderungan terhadap minat jabatan tertentu pula. Adapun tipe kepribadian dan ciri-cirinya menurut Holland meliputi:

  1. Realistik (realistic) yaitu kecenderungan untuk bersikap apa adanya atau realistik. Ciri- cirinya: rapi, terus terang, keras kepala, tidak suka berkhayal, tidak suka kerja keras.
  2. Penyeilidik (investigative) yaitu kecenderungan sebagai penyelidik. Ciri-cirinya: analitis, hati-hati, kritis, suka yang rumit, rasa ingin tahu besar.
  3. Seni (artistic) yaitu kecenderungan menyukai seni. Ciri-cirinya: tidak teratur, emosi, idealis, imajinatif, terbuka.
  4. Sosial (social) yaitu kecenderungan suka terhadap kegaiatn-kegiatan yang bersifat sosial. Ciri-cirinya melakukan kerjasama, sabar, bersahabat, rendah hati, menolong, dan hangat.
  5. Suka usaha (enterprising) yaitu kecenderungan menyukai bidang usaha. Ciri-cirinya: ambisius, energik, optimis, percaya diri, dan suka berbicara.
  6. Tidak mau berubah (conventional) yaitu kecenderungan untuk mempertahankan hal-hal yang sudah ada, enggan terhadap perubahan. Ciri-cirinya: hati-hati, bertahan, kaku, tertutup, patuh, konsisten.

Berdasarkan ciri-ciri itulah seorang anak dapat diketahui tipe kepribadiannya. Selanjutnya potensi anak dapat diketahui dalam bidang apa dan kemana ia akan diarahkan.